Rabu, 25 April 2012

K-Pop


Drama Korea

Demam Budaya K-Pop benar-benar tengah melanda dunia. Mulai dari drama, musik, fashion, hingga gaya hidup para artis Korea menjadi sorotan. Di Jakarta, tiket konser salah satu Boysbandtersohor asal Negeri Gingseng tersebut menjadi rebutan. Para penggemar yang kebanyakan terdiri dari remaja belia perempuan ini rela antri mananti berjam-jam (kabarnya 12-18 jam mereka menanti). Sungguh suatu perjuangan yang patut untuk diberi acungan jempol sebanyak empat buah (dua jempol tangan & dua jempol kaki). Akankah mereka juga mau berkorban dan bersabar semacam itu demi orangtua dan keluarga mereka?
Apa gerangan yang membuat kebanyakan generasi muda Indonesia sampai tergila-gila dengan K-Pop? Apakah karena kerupawan lelaki dan kejelitaan perempuannya? Sebab kebanyakan orang Indonesia yang sawo matang suka dengan yang putih-putih, putih menjadi standar nilai bagi kecantikan kaum perempuan dan ketampanan kaum lelaki.
Dalam tulisan ini kami akan mencoba menyoroti salah stu budaya K-Pop yakni Drama Seri atau orang Indonesia menyebutnya Sinetron. Berbagai Drama Korea yang ditayangkan di televisi sangat disukai dan disenangi, terutama oleh gadis remaja. Apa gerangan penyebab mereka menyukai Drama Korea ini?
Indonesia merupakan negara yang paling maju industri hiburannya di Asia Tenggara. Jiran kita Malaysia telah beberapa kali mengimpor sinetron dari Indonesia, tidak hanya sinetron  akan tetapi juga lagu-lagu dari Indoensiapun digemari di negeri jiran. Pernah kenalan dari Malaysia datang bertandang ke kampung kami, diwaktu luang dihabiskannya dengan menonton acara hiburan di televisi. Segala macam sinetron ditonton olehnya.
Di akhir tahun 1990-an di Indonesia pernah berjaya drama dari Amerika Latin yang populer disebut dengan Telenovela. Tontonan ini sangat digemari tidak hanya oleh gadis remaja akan tetapi juga oleh ibu-ibu. Telenovela hanya asyik untuk ditonton pada seri-seri pertama hingga pertangahan sedangkan pada bagian akhir hanya ditonton pada episode terakhir saja. Hal ini karena seri telenovela ini sangat panjang dan ceritanya yang berbelit-belit, serta alur yang membosankan.

Anehnya, hal ini pulalah yang ditiru oleh sinetron Indonesia. Sinetron Indonesia yang mulanya berepisodekan pendek-pendek, sekarang telah berubah menjadi panjang, bertele-tele, dan membosankan. Ditambah dengan akting yang apa adanya, tokoh yang dibuat-buat penokohannya, cerita yang tidak masuk akal, serta artis yang yang hanya bermodalkan kecantikan ataupun ketampanan saja.
Sudah banyak orang yang memprotes ketololan sinetron Indonesia namun sayangnya kepentingan & pengaruh kapitalis (pemilik modal) dan agen-agen rahasia asing yang berniat menghancurkan generasi muda Indonesia  sangat kuat. Salah seorang budak kapitalis di Indonesia pernah benjawab hujatan orang-orang dengan jawaban “Memangnya kenapa jika saya menjual mimpi? Apa jadinya kita hidup kalau tidak mempunyai mimpi?
Ada juga yang berpendapat, kalau sinetron Indonesia dipenuhi dengan kebencian. Seperti ibu tiri yang jahat, mertua yang menyebalkan, adik, kakak, sepupu, ataupun kawan yang pendeki, dan lain sebagainya. Akting mereka bagus, terutama yang menjadi antagonis sehingga dapat menyebabkan orang-orang benci kepada mereka. Namun sayangnya, bukan ini yang ingin ditonton oleh orang-orang. Sejahat-jahatnya kehidupan, orang-orang masih ingin melihat kebaikan dalam setiap tontonan yang mereka tonton.
Sekarang Drama Korea masuk melakukan ekspansi budaya ke Indonesia. Mereka digemari, disukai, dan disenangi oleh para remaja belia. Drama mereka lebih menarik, memiliki jalan cerita yang jelas, serta akhir yang pasti. Kebanyakan Drama Korea tidak pernah mencapai 20 episode, sangat berbeda dengan sinetron Indonesia. Satu hal lagi, pada Drama Korea ini tidak dikenal apa yang disebut dengan kejar tayang.
Sekarang kembali kepada orang-orang yang selama ini berada dibalik pembuatan beragam sinetron di Indonesia. Apakah ingin mempertahankan sinetron Indonesia yang seperti sekarang atau berubah mengikuti contoh yang telah diberikan oleh Korea. Sebab walau bagaimanapun terdapat beberapa sisi dalam drama Korea ini yang tak patut untuk ditonton. Semuanya tentu harus kita sesuaikan dengan agama dan budaya masyarakat kita.


sumber gambar: internet

2 komentar:

  1. betul., tu gan
    sepertinya bangsa kita sudah tidak percaya diri lagi akan kemampuannya sendiri, dalam menciptakan karya" yang berkualitas.
    salam kenal.
    tp klaw saya pribadi lebih menyukai kebudayaan jepang :)
    di follbek ya gan :))))))

    BalasHapus
  2. salam kenal juga..

    memang benar, begitulah adanya sekarang. sibuk meniru, suatu kebiasaan yang telah mendarah daging rupanya.

    blog kawan telah kami cantumkan pada daftar "blog kawan-kawan" kami.

    maaf terlambat, maklumlah kami masih belajar & tidak bagitu faham dengan dunia blogger..:)

    BalasHapus

Rabu, 25 April 2012

K-Pop


Drama Korea

Demam Budaya K-Pop benar-benar tengah melanda dunia. Mulai dari drama, musik, fashion, hingga gaya hidup para artis Korea menjadi sorotan. Di Jakarta, tiket konser salah satu Boysbandtersohor asal Negeri Gingseng tersebut menjadi rebutan. Para penggemar yang kebanyakan terdiri dari remaja belia perempuan ini rela antri mananti berjam-jam (kabarnya 12-18 jam mereka menanti). Sungguh suatu perjuangan yang patut untuk diberi acungan jempol sebanyak empat buah (dua jempol tangan & dua jempol kaki). Akankah mereka juga mau berkorban dan bersabar semacam itu demi orangtua dan keluarga mereka?
Apa gerangan yang membuat kebanyakan generasi muda Indonesia sampai tergila-gila dengan K-Pop? Apakah karena kerupawan lelaki dan kejelitaan perempuannya? Sebab kebanyakan orang Indonesia yang sawo matang suka dengan yang putih-putih, putih menjadi standar nilai bagi kecantikan kaum perempuan dan ketampanan kaum lelaki.
Dalam tulisan ini kami akan mencoba menyoroti salah stu budaya K-Pop yakni Drama Seri atau orang Indonesia menyebutnya Sinetron. Berbagai Drama Korea yang ditayangkan di televisi sangat disukai dan disenangi, terutama oleh gadis remaja. Apa gerangan penyebab mereka menyukai Drama Korea ini?
Indonesia merupakan negara yang paling maju industri hiburannya di Asia Tenggara. Jiran kita Malaysia telah beberapa kali mengimpor sinetron dari Indonesia, tidak hanya sinetron  akan tetapi juga lagu-lagu dari Indoensiapun digemari di negeri jiran. Pernah kenalan dari Malaysia datang bertandang ke kampung kami, diwaktu luang dihabiskannya dengan menonton acara hiburan di televisi. Segala macam sinetron ditonton olehnya.
Di akhir tahun 1990-an di Indonesia pernah berjaya drama dari Amerika Latin yang populer disebut dengan Telenovela. Tontonan ini sangat digemari tidak hanya oleh gadis remaja akan tetapi juga oleh ibu-ibu. Telenovela hanya asyik untuk ditonton pada seri-seri pertama hingga pertangahan sedangkan pada bagian akhir hanya ditonton pada episode terakhir saja. Hal ini karena seri telenovela ini sangat panjang dan ceritanya yang berbelit-belit, serta alur yang membosankan.

Anehnya, hal ini pulalah yang ditiru oleh sinetron Indonesia. Sinetron Indonesia yang mulanya berepisodekan pendek-pendek, sekarang telah berubah menjadi panjang, bertele-tele, dan membosankan. Ditambah dengan akting yang apa adanya, tokoh yang dibuat-buat penokohannya, cerita yang tidak masuk akal, serta artis yang yang hanya bermodalkan kecantikan ataupun ketampanan saja.
Sudah banyak orang yang memprotes ketololan sinetron Indonesia namun sayangnya kepentingan & pengaruh kapitalis (pemilik modal) dan agen-agen rahasia asing yang berniat menghancurkan generasi muda Indonesia  sangat kuat. Salah seorang budak kapitalis di Indonesia pernah benjawab hujatan orang-orang dengan jawaban “Memangnya kenapa jika saya menjual mimpi? Apa jadinya kita hidup kalau tidak mempunyai mimpi?
Ada juga yang berpendapat, kalau sinetron Indonesia dipenuhi dengan kebencian. Seperti ibu tiri yang jahat, mertua yang menyebalkan, adik, kakak, sepupu, ataupun kawan yang pendeki, dan lain sebagainya. Akting mereka bagus, terutama yang menjadi antagonis sehingga dapat menyebabkan orang-orang benci kepada mereka. Namun sayangnya, bukan ini yang ingin ditonton oleh orang-orang. Sejahat-jahatnya kehidupan, orang-orang masih ingin melihat kebaikan dalam setiap tontonan yang mereka tonton.
Sekarang Drama Korea masuk melakukan ekspansi budaya ke Indonesia. Mereka digemari, disukai, dan disenangi oleh para remaja belia. Drama mereka lebih menarik, memiliki jalan cerita yang jelas, serta akhir yang pasti. Kebanyakan Drama Korea tidak pernah mencapai 20 episode, sangat berbeda dengan sinetron Indonesia. Satu hal lagi, pada Drama Korea ini tidak dikenal apa yang disebut dengan kejar tayang.
Sekarang kembali kepada orang-orang yang selama ini berada dibalik pembuatan beragam sinetron di Indonesia. Apakah ingin mempertahankan sinetron Indonesia yang seperti sekarang atau berubah mengikuti contoh yang telah diberikan oleh Korea. Sebab walau bagaimanapun terdapat beberapa sisi dalam drama Korea ini yang tak patut untuk ditonton. Semuanya tentu harus kita sesuaikan dengan agama dan budaya masyarakat kita.


sumber gambar: internet

2 komentar:

  1. betul., tu gan
    sepertinya bangsa kita sudah tidak percaya diri lagi akan kemampuannya sendiri, dalam menciptakan karya" yang berkualitas.
    salam kenal.
    tp klaw saya pribadi lebih menyukai kebudayaan jepang :)
    di follbek ya gan :))))))

    BalasHapus
  2. salam kenal juga..

    memang benar, begitulah adanya sekarang. sibuk meniru, suatu kebiasaan yang telah mendarah daging rupanya.

    blog kawan telah kami cantumkan pada daftar "blog kawan-kawan" kami.

    maaf terlambat, maklumlah kami masih belajar & tidak bagitu faham dengan dunia blogger..:)

    BalasHapus