Sabtu, 18 Juni 2011

kalam pembuka


Tentang “Pelita Ketjil”

Ternyata susah juga memberi tema atau nama untuk sebuah blog. Sekarang baru aku paham kenapa kebanyakan kawan-kawan ku memiliki nama yang aneh-aneh, wajar karena orang tua mereka tak punya inspirasi ketika mereka lahir, “Hendak diberi nama apa anak ku ini?” mungkin begitu gerangan erangan orangtua mereka. Setelah berfikir keras, aku putuskan untuk memberikan nama salah satu koran tertua di Sumatera Barat untuk Blog ku yakni “Pelita Ketjil”.

Pelita Ketjil (dibaca: Pelita Kecil) merupakan salah satu koran pertama berbahasa Melayu di Sumatera Barat. Dipimpin oleh Dt. Soetan Maradjo dan diterbitkan pertama kali oleh seorang Belanda yang bernama H.A. Mess yang merupakan pemimpin umum harian “Sumatera Courant”. Koran ini terbit untuk pertama kalinya pada tanggal 1 Februari 1886. Kawan pasti heran bagaimana Koran berbahasa Melayu bisa terbit di daerah berbahasa Minangkabau. Kawan, marilah ku jelaskan beberapa perkara, pertama, kami orang Minangkabau juga merupakan orang Melayu. Kedua, bahasa Minangkabau merupakan logat lain dari bahasa Melayu. Ketiga, kami orang Minangkabau memiliki tradisi lisan berbahasa Minangkabau sedangkan tradisi tulis kami semenjak masuknya pengaruh Islam ialah berbahasa Melayu Pasar dengan dialek Minangkabau.


Cobalah kawan baca kembali koran-koran terbitan masa kolonial. Bagi kalian yang besar di rantau, maka kalian takkan paham, karena bahasa yang diapakai ialah bahasa Melayu Tua bercampur dengan beberapa kosakata bahasa Minangkabau. Bahasa inilah yang pada mulanya berkembang di Batavia dan kemudian diakui sebagai bahasa nasional. Hehehe,… aku tahu kawan, bagi sebagian dari kalian pasti keberatan. Tapi tak apa, setiap pendapat pasti ada yang menentangnya.

Aku berharap Pelit Ketjil dapat menjadi cahaya ditengah gelapnya malam yang menyelimuti negeri kita. Aku sendiri tak habis fikir, dari apa gerangan terbuat hati orang-orang yang selama ini dengan lantang bahkan tanpa malu menghujat agama dan adat. Bahkan ada diantara mereka sengaja mengadu domba antara adat dan agama supaya ideologi atau pemahaman mereka dapat menyebar di tengah-tengah orang Minangkabau. Gaya khas Belanda, namun terbukti ampuh walau telah berusia lanjut.

Memang pada dasarnya keahlian orang liberal ialah menyusup, berpura-pura, mengadu-domba, menjelek-jelekkan, dan setelah itu baru mereka menyerang. Akibatnya, bagi yang lengah dan terperdaya, habislah mereka. Jadi bahan olok-olokan bagi agen Yahudi ini. Hati-hatilah kawan, semoga Allah Melindungi kita….




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sabtu, 18 Juni 2011

kalam pembuka


Tentang “Pelita Ketjil”

Ternyata susah juga memberi tema atau nama untuk sebuah blog. Sekarang baru aku paham kenapa kebanyakan kawan-kawan ku memiliki nama yang aneh-aneh, wajar karena orang tua mereka tak punya inspirasi ketika mereka lahir, “Hendak diberi nama apa anak ku ini?” mungkin begitu gerangan erangan orangtua mereka. Setelah berfikir keras, aku putuskan untuk memberikan nama salah satu koran tertua di Sumatera Barat untuk Blog ku yakni “Pelita Ketjil”.

Pelita Ketjil (dibaca: Pelita Kecil) merupakan salah satu koran pertama berbahasa Melayu di Sumatera Barat. Dipimpin oleh Dt. Soetan Maradjo dan diterbitkan pertama kali oleh seorang Belanda yang bernama H.A. Mess yang merupakan pemimpin umum harian “Sumatera Courant”. Koran ini terbit untuk pertama kalinya pada tanggal 1 Februari 1886. Kawan pasti heran bagaimana Koran berbahasa Melayu bisa terbit di daerah berbahasa Minangkabau. Kawan, marilah ku jelaskan beberapa perkara, pertama, kami orang Minangkabau juga merupakan orang Melayu. Kedua, bahasa Minangkabau merupakan logat lain dari bahasa Melayu. Ketiga, kami orang Minangkabau memiliki tradisi lisan berbahasa Minangkabau sedangkan tradisi tulis kami semenjak masuknya pengaruh Islam ialah berbahasa Melayu Pasar dengan dialek Minangkabau.


Cobalah kawan baca kembali koran-koran terbitan masa kolonial. Bagi kalian yang besar di rantau, maka kalian takkan paham, karena bahasa yang diapakai ialah bahasa Melayu Tua bercampur dengan beberapa kosakata bahasa Minangkabau. Bahasa inilah yang pada mulanya berkembang di Batavia dan kemudian diakui sebagai bahasa nasional. Hehehe,… aku tahu kawan, bagi sebagian dari kalian pasti keberatan. Tapi tak apa, setiap pendapat pasti ada yang menentangnya.

Aku berharap Pelit Ketjil dapat menjadi cahaya ditengah gelapnya malam yang menyelimuti negeri kita. Aku sendiri tak habis fikir, dari apa gerangan terbuat hati orang-orang yang selama ini dengan lantang bahkan tanpa malu menghujat agama dan adat. Bahkan ada diantara mereka sengaja mengadu domba antara adat dan agama supaya ideologi atau pemahaman mereka dapat menyebar di tengah-tengah orang Minangkabau. Gaya khas Belanda, namun terbukti ampuh walau telah berusia lanjut.

Memang pada dasarnya keahlian orang liberal ialah menyusup, berpura-pura, mengadu-domba, menjelek-jelekkan, dan setelah itu baru mereka menyerang. Akibatnya, bagi yang lengah dan terperdaya, habislah mereka. Jadi bahan olok-olokan bagi agen Yahudi ini. Hati-hatilah kawan, semoga Allah Melindungi kita….




Tidak ada komentar:

Posting Komentar