Sabtu, 18 Juni 2011

salam ka duo


Minangkabau
(Terkadang dalam arsip Kolonial ditulis sebagai “Minangcabo”)

Katakan pada ku kawan, apa yang terbayang oleh mu jika mendengar kata Minangkabau? Aha,..aku sudah dapat menebak, pasti Sumatera Barat atau Pagaruyung?! Sebenarnya kau tak salah kawan, aku sependapat dengan Bang Andrea Hirata, dalam hal ini Mentri Pendidikan merupakan orang yang paling bertanggung jawab. Tapi bagiku tidak hanya Mentri Pendidikan akan tetapi media massa semacam televisi dan majalah juga ikut bertanggung jawab. Kawan, pemahaman kalian mengenai Minangkabau selama ini sebenarnya keliru. Marilah aku luruskan….

Benarlah kalau ada yang mengatakan kalau sebagian besar wilayah yang menganut kebudayaan Minangkabau berada dalam wilayah Propinsi Sumatera Barat sekarang. Namun bukan berarti daerah yang tidak termasuk ke dalam Propinsi Sumatera Barat bukan bagian dari Alam Minangkabau. Minangkabau lebih luas dari yang kau bayangkan kawan. Pada tahun 1990-an di daerah Propinsi Riau seperti Teluk Kuantan, Bangkinang, dan daerah-daerah yang berbatasan dengan Propinsi Sumatera Barat masyarakatnya masih mengakui bahwa mereka orang Minangkabau. Begitu juga di Jambi, saudara-saudara kita di Kerinci juga masih mengakui bahwa mereka orang Minangkabau. Entahlah sekarang, kabarnya mereka sudah lebih bangga dengan diri mereka semenjak ditemukannya tulisan rencong dan Kitab Undang-undang Hukum Melayu di daerah mereka.. Propinsi boleh saja berbeda namun asal usul kan tidak. Pembagian wilayah administrasi moderen saat ini sama sekali tidak memperhatikan ruang lingkup kebudayaan di daerah yang mereka bagi.

Bolahkah aku mengenalkan beberapa daerah kerabat kami yang masih memelihara kebudayaan leluhur mereka. Dimana mereka bangga dengan mengaku bahwa mereka menganut "Adat Datuk Parpatiah".Tentu kau pernah mendengar kawan, kalau kami punya kerabat di Tanah Semenanjung (Malaysia) yakni di Negeri Sembilan. Tapi tahukah kau kawan, kalau Meulaboh di Aceh masyarakatnya merupakan keturunan Minangkabau juga. Mereka disebut dengan “Anak Jemu” yang artinya anak tamu. Beberapa keturunan orang Minangkabau juga ada di Barus, yang merupakan kota tertua di Sumatera. Kemudian daerah Muko-muko di Bengkulu, Bahkan Kerajaan Jambi memiliki falasah adat yang sama dengan kami di Minangkabau yakni “Adat Bersendi Syara’, Syara’ Bersendi Kitabullah” dan “ Adat Turun dari Minangkabau, Teliti di Jambi”

kalam pembuka


Tentang “Pelita Ketjil”

Ternyata susah juga memberi tema atau nama untuk sebuah blog. Sekarang baru aku paham kenapa kebanyakan kawan-kawan ku memiliki nama yang aneh-aneh, wajar karena orang tua mereka tak punya inspirasi ketika mereka lahir, “Hendak diberi nama apa anak ku ini?” mungkin begitu gerangan erangan orangtua mereka. Setelah berfikir keras, aku putuskan untuk memberikan nama salah satu koran tertua di Sumatera Barat untuk Blog ku yakni “Pelita Ketjil”.

Pelita Ketjil (dibaca: Pelita Kecil) merupakan salah satu koran pertama berbahasa Melayu di Sumatera Barat. Dipimpin oleh Dt. Soetan Maradjo dan diterbitkan pertama kali oleh seorang Belanda yang bernama H.A. Mess yang merupakan pemimpin umum harian “Sumatera Courant”. Koran ini terbit untuk pertama kalinya pada tanggal 1 Februari 1886. Kawan pasti heran bagaimana Koran berbahasa Melayu bisa terbit di daerah berbahasa Minangkabau. Kawan, marilah ku jelaskan beberapa perkara, pertama, kami orang Minangkabau juga merupakan orang Melayu. Kedua, bahasa Minangkabau merupakan logat lain dari bahasa Melayu. Ketiga, kami orang Minangkabau memiliki tradisi lisan berbahasa Minangkabau sedangkan tradisi tulis kami semenjak masuknya pengaruh Islam ialah berbahasa Melayu Pasar dengan dialek Minangkabau.

Kamis, 16 Juni 2011

Sebuah tanggapan dari seorang amatir


Sang Pencerah
Antara Realita & Fiksi


Telah banyak berbagai ajang pencarian bakat diadakan di republik ini, berbagai stasiun TV merasa diuntungkan dengan banyaknya peminat, iklan, dan tentu saja kerja sama dengan operator telfon seluler. Acara ini dibuat dengan menjual mimpi untuk menjadi orang terkenal, menjadi selebritis. Siapa gerangan yang tak ingin terkenal, dikejar wartawan, masuk tv, hidup mewah dalam kelas societet, dan menjadi orang penting. Banyak anak-anak muda yang masih lugu memandang dunia dari segi keindahannya saja, terperdaya, banyak orang tua dan keluarga yang tergoda ingin hidup seperti hidupnya artis sintetron pujaan mereka.

Sumber Foto: danyhidayatapjautaman.blogspot.com
Kalau boleh dipersentasikan, jumlah orang-orang yang ingin terkenal justeru lebih banyak daripada orang yang memutuskan untuk hidup sederhana apa adanya. Keinginan untuk menjadi terkenal membuat orang menempuh segala daya dan upaya, tak peduli apakah baik atau buruk, terpuji atau terlarangkah dalam pandangan masyarakatnya. Bahkan untuk menjadi terkenal, beberapa orang yang telah kehilangan kewarasannya tak segan-segan menghujat agama yang selama ini mereka anut. Dengan lancangnya keluar dari mulut mereka kata-kata; Ulama tidak berhak menghalal dan mengharamkan segala sesuatu.

Rabu, 08 Juni 2011

Surek Untuak Inyiak Gubernur


Pertumbuhan Ekonomi dan Kemajuan Suatu Daerah


Dalam setiap diskusi ataupun sekedar ota  dengan kawan, penulis selalu mendapat kesan kalau kemajuan suatu daerah erat kaitannya dengan PAD atau Pendapatan Daerah atau Perusahaan atau Investor. Pertumbuhan ekonomi tampaknya menjadi satu-satunya indikator dalam mengukur kemajuan suatu daerah. Daerah yang memiliki PAD yang tinggi lebih bergengsi dari pada yang memiliki PAD yang rendah, lebih dikagumi, serta dianggap lebih berhasil.

Uang memang menjadi indikator dalam mengukur segala sesuatu, mulai dari karir, keberhasilan, kemajuan, dan kebahagiaan. Walau banyak juga yang menyatakan bahwa “uang bukanlah segalanya” namun kebanyakan manusia tetap memprioritaskan uang sabagai satu-satunya tujuan dalam hidupnya. Tragis memang, karena kehancuran yang akan didapat dari mendewakan uang sungguh tak terkira, karena dari generasi ke generasi akan hancur.

Beberapa waktu lalu Gubernur Sumatera Barat menghimbau agar para pemerintah Kabupaten/Kota di Sumatera Barat lebih agresif mencari investor. Gubernur sendiri sudah memperlihatkan di awal  masa jabatannya bagaimana dia berusaha menghadang segala hambatan guna menghadiri pertemuan di Jerman supaya peluang datangnya investor ke Sumatera Barat tidak jatuh ke daerah lain. Gubernur mamang menargetkan agar Sumatera Barat dapat menarik sebanyak-banyak investor supaya segala ketertinggalan dapat dikejar.

NII dan Negara Islam



Akhir-akhir ini sedang marak di berbagai media di Indonesia pemberitaan mengenai Negara Islam Indonesia atau biasa disingkat dengan NII. Hal ini bermula dengan hilangnya beberapa orang mahasiswa yang diduga diculik dan dicuci otaknya oleh aktivis NII. Ajaran mereka dianggap menyimpang yakni berani mencap orang-orang yang diluar golongan mereka sebagai orang kafir. Namun anehnya hal ini belum mendapat konfirmasi dari korban penculikan, apakah benar mereka dicuci otaknya? Sesungguhnya kabar mengenai gerakan ini sudah lama beredar namun hanya hangat-hangat sambalado. Tidak pernah terdengar adanya tindakan dari pihak aparat keamanan ataupun dalam hal ini pemerintah.

Sabtu, 18 Juni 2011

salam ka duo


Minangkabau
(Terkadang dalam arsip Kolonial ditulis sebagai “Minangcabo”)

Katakan pada ku kawan, apa yang terbayang oleh mu jika mendengar kata Minangkabau? Aha,..aku sudah dapat menebak, pasti Sumatera Barat atau Pagaruyung?! Sebenarnya kau tak salah kawan, aku sependapat dengan Bang Andrea Hirata, dalam hal ini Mentri Pendidikan merupakan orang yang paling bertanggung jawab. Tapi bagiku tidak hanya Mentri Pendidikan akan tetapi media massa semacam televisi dan majalah juga ikut bertanggung jawab. Kawan, pemahaman kalian mengenai Minangkabau selama ini sebenarnya keliru. Marilah aku luruskan….

Benarlah kalau ada yang mengatakan kalau sebagian besar wilayah yang menganut kebudayaan Minangkabau berada dalam wilayah Propinsi Sumatera Barat sekarang. Namun bukan berarti daerah yang tidak termasuk ke dalam Propinsi Sumatera Barat bukan bagian dari Alam Minangkabau. Minangkabau lebih luas dari yang kau bayangkan kawan. Pada tahun 1990-an di daerah Propinsi Riau seperti Teluk Kuantan, Bangkinang, dan daerah-daerah yang berbatasan dengan Propinsi Sumatera Barat masyarakatnya masih mengakui bahwa mereka orang Minangkabau. Begitu juga di Jambi, saudara-saudara kita di Kerinci juga masih mengakui bahwa mereka orang Minangkabau. Entahlah sekarang, kabarnya mereka sudah lebih bangga dengan diri mereka semenjak ditemukannya tulisan rencong dan Kitab Undang-undang Hukum Melayu di daerah mereka.. Propinsi boleh saja berbeda namun asal usul kan tidak. Pembagian wilayah administrasi moderen saat ini sama sekali tidak memperhatikan ruang lingkup kebudayaan di daerah yang mereka bagi.

Bolahkah aku mengenalkan beberapa daerah kerabat kami yang masih memelihara kebudayaan leluhur mereka. Dimana mereka bangga dengan mengaku bahwa mereka menganut "Adat Datuk Parpatiah".Tentu kau pernah mendengar kawan, kalau kami punya kerabat di Tanah Semenanjung (Malaysia) yakni di Negeri Sembilan. Tapi tahukah kau kawan, kalau Meulaboh di Aceh masyarakatnya merupakan keturunan Minangkabau juga. Mereka disebut dengan “Anak Jemu” yang artinya anak tamu. Beberapa keturunan orang Minangkabau juga ada di Barus, yang merupakan kota tertua di Sumatera. Kemudian daerah Muko-muko di Bengkulu, Bahkan Kerajaan Jambi memiliki falasah adat yang sama dengan kami di Minangkabau yakni “Adat Bersendi Syara’, Syara’ Bersendi Kitabullah” dan “ Adat Turun dari Minangkabau, Teliti di Jambi”

kalam pembuka


Tentang “Pelita Ketjil”

Ternyata susah juga memberi tema atau nama untuk sebuah blog. Sekarang baru aku paham kenapa kebanyakan kawan-kawan ku memiliki nama yang aneh-aneh, wajar karena orang tua mereka tak punya inspirasi ketika mereka lahir, “Hendak diberi nama apa anak ku ini?” mungkin begitu gerangan erangan orangtua mereka. Setelah berfikir keras, aku putuskan untuk memberikan nama salah satu koran tertua di Sumatera Barat untuk Blog ku yakni “Pelita Ketjil”.

Pelita Ketjil (dibaca: Pelita Kecil) merupakan salah satu koran pertama berbahasa Melayu di Sumatera Barat. Dipimpin oleh Dt. Soetan Maradjo dan diterbitkan pertama kali oleh seorang Belanda yang bernama H.A. Mess yang merupakan pemimpin umum harian “Sumatera Courant”. Koran ini terbit untuk pertama kalinya pada tanggal 1 Februari 1886. Kawan pasti heran bagaimana Koran berbahasa Melayu bisa terbit di daerah berbahasa Minangkabau. Kawan, marilah ku jelaskan beberapa perkara, pertama, kami orang Minangkabau juga merupakan orang Melayu. Kedua, bahasa Minangkabau merupakan logat lain dari bahasa Melayu. Ketiga, kami orang Minangkabau memiliki tradisi lisan berbahasa Minangkabau sedangkan tradisi tulis kami semenjak masuknya pengaruh Islam ialah berbahasa Melayu Pasar dengan dialek Minangkabau.

Kamis, 16 Juni 2011

Sebuah tanggapan dari seorang amatir


Sang Pencerah
Antara Realita & Fiksi


Telah banyak berbagai ajang pencarian bakat diadakan di republik ini, berbagai stasiun TV merasa diuntungkan dengan banyaknya peminat, iklan, dan tentu saja kerja sama dengan operator telfon seluler. Acara ini dibuat dengan menjual mimpi untuk menjadi orang terkenal, menjadi selebritis. Siapa gerangan yang tak ingin terkenal, dikejar wartawan, masuk tv, hidup mewah dalam kelas societet, dan menjadi orang penting. Banyak anak-anak muda yang masih lugu memandang dunia dari segi keindahannya saja, terperdaya, banyak orang tua dan keluarga yang tergoda ingin hidup seperti hidupnya artis sintetron pujaan mereka.

Sumber Foto: danyhidayatapjautaman.blogspot.com
Kalau boleh dipersentasikan, jumlah orang-orang yang ingin terkenal justeru lebih banyak daripada orang yang memutuskan untuk hidup sederhana apa adanya. Keinginan untuk menjadi terkenal membuat orang menempuh segala daya dan upaya, tak peduli apakah baik atau buruk, terpuji atau terlarangkah dalam pandangan masyarakatnya. Bahkan untuk menjadi terkenal, beberapa orang yang telah kehilangan kewarasannya tak segan-segan menghujat agama yang selama ini mereka anut. Dengan lancangnya keluar dari mulut mereka kata-kata; Ulama tidak berhak menghalal dan mengharamkan segala sesuatu.

Rabu, 08 Juni 2011

Surek Untuak Inyiak Gubernur


Pertumbuhan Ekonomi dan Kemajuan Suatu Daerah


Dalam setiap diskusi ataupun sekedar ota  dengan kawan, penulis selalu mendapat kesan kalau kemajuan suatu daerah erat kaitannya dengan PAD atau Pendapatan Daerah atau Perusahaan atau Investor. Pertumbuhan ekonomi tampaknya menjadi satu-satunya indikator dalam mengukur kemajuan suatu daerah. Daerah yang memiliki PAD yang tinggi lebih bergengsi dari pada yang memiliki PAD yang rendah, lebih dikagumi, serta dianggap lebih berhasil.

Uang memang menjadi indikator dalam mengukur segala sesuatu, mulai dari karir, keberhasilan, kemajuan, dan kebahagiaan. Walau banyak juga yang menyatakan bahwa “uang bukanlah segalanya” namun kebanyakan manusia tetap memprioritaskan uang sabagai satu-satunya tujuan dalam hidupnya. Tragis memang, karena kehancuran yang akan didapat dari mendewakan uang sungguh tak terkira, karena dari generasi ke generasi akan hancur.

Beberapa waktu lalu Gubernur Sumatera Barat menghimbau agar para pemerintah Kabupaten/Kota di Sumatera Barat lebih agresif mencari investor. Gubernur sendiri sudah memperlihatkan di awal  masa jabatannya bagaimana dia berusaha menghadang segala hambatan guna menghadiri pertemuan di Jerman supaya peluang datangnya investor ke Sumatera Barat tidak jatuh ke daerah lain. Gubernur mamang menargetkan agar Sumatera Barat dapat menarik sebanyak-banyak investor supaya segala ketertinggalan dapat dikejar.

NII dan Negara Islam



Akhir-akhir ini sedang marak di berbagai media di Indonesia pemberitaan mengenai Negara Islam Indonesia atau biasa disingkat dengan NII. Hal ini bermula dengan hilangnya beberapa orang mahasiswa yang diduga diculik dan dicuci otaknya oleh aktivis NII. Ajaran mereka dianggap menyimpang yakni berani mencap orang-orang yang diluar golongan mereka sebagai orang kafir. Namun anehnya hal ini belum mendapat konfirmasi dari korban penculikan, apakah benar mereka dicuci otaknya? Sesungguhnya kabar mengenai gerakan ini sudah lama beredar namun hanya hangat-hangat sambalado. Tidak pernah terdengar adanya tindakan dari pihak aparat keamanan ataupun dalam hal ini pemerintah.