Rohingnya
Pernahkah tuan mendengar nama tersebut sebelumnya? Nama yang aneh, entah nama dari bahasa apakah itu. Namun yang pasti sekarang orang-orang yang terkait dengan nama itu tengah dibantai.
Nama ini memang jarang disebut, merupakan nama untuk sebuah suku, dimana suku ini dikenal sebagai suku penganut agama Islam. Suku ini terletak di Myanmar, sebuah negara yang selama ini dikenal tertutup, dikuasai militer, otoriter, serta anti demokrasi. Negara ini juga dikenal dengan kegigihan tokoh politik perempuannya yang bernama Aung San Suu Kyi. Beliau merupakan tokoh demokrasi yang pernah mendapat nobel perdamaian dari PBB.
Pada saat sekarang keadaan perpolitikan di negara tersebut mulai membaik, karena penguasa militer telah berkenan untuk mempelonggar kekakuan yang selama ini menguasai negara tersebut. Amerika dan kawan-kawannyapun menyambut baik gerakan ke arah perubahan yang dilakukan oleh penguasa militer.
Akhirnya Amerikapun kembali mengutus duta besarnya ke Myanmar. Mereka kembali rujuk setelah sekian lama bercerai. Aung San Suu Kyi kembali mendapat kebebasan, bertandang ke negara-negara barat dan mendapat berbagai sambutan yang hangat. Hal ini karena Suu Kyi merupakan tokoh politik yang mendahulukan cara-cara damai dalam perjuangan dirinya.


Perlakuan yang mereka dapati hampir sama dengan perlakuan yang didapat oleh saudara-saudara kita di Palestina. Sama-sama diusir dari negeri kelahiran mereka dengan dalih bahwa negeri tersebut bukanlah negeri mereka. Melainkan negeri dari orang yang mengusir. Sungguh lawak, sebab selama ini jika yang diburuh, dibunuh, diusir, dianiaya, dan lain sebagainya ialah Muslim maka hal tersebut bukanlah kejahatan. Akan tetapi jika keadaan dibalik, dimana Muslimlah yang menjadi Sang Agresor maka dengan mudah hal tersebut akan segera menjadi kejahatan internasional.
Berita perihal pembantaian ini tidak begitu mendapat tempat di berbagai media televisi di Indonesia. Tampaknya tidak patut atau tidak memiliki nilai jual, atau apapun itu namanya. Sungguh media memang tidak dapat dipercaya, penuh dengan dusta dan tipu daya. Di Internet memang tersebar luas, namun tuan maklum sajalah dengan yang namanya Internet. Baik dan buruk berbaur menjadi satu, sangatlah susah bagi kita untuk membedakan antara dusta dan benar.

Kami teringat kembali tatkala Republik Indonesia dipimpin oleh salah seorang presiden yang katanya menjunjung tinggi prinsip-prinsip Pluralisme. Dimasa itu tengah terjadi konflik berdarah di Maluku dimana banyak dari umat muslim yang dibantai. Pernah pada suatu ketika, umat mulim diserang, dibunuh, dan dibantai. Lalu mereka meminta kepada pemerintah, mengingat keadaan yang tidak lagi aman dan baik maka sebaiknya diberlakukan Darurat Sipil di Maluku. Rupanya sang presiden tidak menginginkannya, dia melarang, dengan alasan bahwa yang terjadi diambon ialah kerusuhan biasa dan dapat ditangani oleh petugas keamanan di sana.
Namun ketika umat muslim bangkit dan menyerang balik, apa yang terjadi tuan? Presiden yang mengaku beragama Islam ini malah membuat keputusan untuk memberlakukan Darurat Sipil di Maluku. Alasannya ialah karena keadaan disana sudah tidak kondusif dan membahayaka. Pada hal situasi semacam itu juga menimpa umat muslim sebalumnya.
Begitulah dunia zaman sekarang, umat muslim selalu dijadikan korban dari setiap fenomena kehidupan yang tengah berlaku. Muslim selalu salah dan non muslim selalu benar. Jika muslim yang dibunuh maka hal tersebut merupakan suatu tindakan kriminal. Namun apabila muslim yang membunuh maka itu merupakan suatu tindak terorisme.

Akan tetapi pertanyaan kami benarkah? Apakah ada bukti? Kenapa kemarahan begitu menjadi-jadi sampai berujung pembataian dan pengusiran?
Kita tidak pernah tahu kebenarannya sebab yang namanya media penuh dengan dusta dan sangat susah untuk dipercaya. Setiap media memiliki agenda tersendiri, memiliki sasaran dan maksud tersendiri. Jadi kita hanya dapat menerka, menduga-duga akan apa yang terjadi sebenarnya.
Namun yang penting tuan, kita harus berprasangka baik kepada saudara kita. Terserah apapun kabar yang kita terima perihal diri mereka. Yang pasti kita harus tetap percaya kepada mereka. Kalau benar tuduhan yang dituduhkan kepada mereka, kita juga harus tetap percaya kepada mereka. Kita dapat memaafkan dan maklum kepada orang lain, lalu kenapa hal yang sama tidak dapat kita lakukan kepada saudara kita seagama?
sumber gambar: internet
juga dimuat di: htpp:www.soeloehmelajoe.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar