Rabu, 28 Desember 2011

Tahun Baru Kalender Gregorian



Perayaan Pergantian Tahun Matahari 




Sudah menjadi kebiasaan yang lazim di negara ini bahwa setiap pergantian tahun merupakan momen yang selalu dinanti. Begadang hingga tengah malam menjadi saksi bergantinnya tahun. Beragam bentuk atau ritual yang dilakukan dalam rangka menyambut tahun baru. Mulai dari pesta, apakah itu pesta kecil yang dihadiri keluarga, kenalan, serta handai-taulan. Sampai ke pesta-pesta besar di pub, dikotek, klub malam, kafe, hotel, gedung pertemuan, pusat perbelanjaan, ataupun di stasiun-stasiun TV yang menayangkan secara langsung momen pergantian tahun. Adapula yang memilih untuk pergi mendaki ke puncak gunung. Ritual yang satu ini boleh dikatakan hampir merata di seluruh pelosok Indonesia. Di setiap puncak-puncak gunung yang ada di Indonesia dikibarkan bendera merah putih. Inilah wujud dari rasa nasionalis yang ditunjukkan oleh beberapa orang generasi muda Indonesia.


Sumber Foto: Internet 


Namun ada juga yang melakukan hal lain, seperti selain mengadakan atau mengikuti pesta mereka akan menghabiskan malam dengan kekasih mereka. Tak jarang hubungan semacam ini akan berakhir dengan kelakuan terlarang (yang merupakan bentuk lain dari hubungan di atas ranjang, dapat juga beralas koran, atau tanah dilapangan terbuka. Dapat bermacam-macam alas yang dipakai, atau bahkan tidak beralas). Tentunya minuman alkohol sudah menjadi kebutuhan primer di moment penting semacam ini. Bahkan ada yang ditemani dengan obat-obatan terlarang. Ada pula yang mengunjungi tempat-tempat wisata semacam tepi pantai yang merupakan salah satu lokasi favorit untuk menghabiskan malam tahun baru. Apalagi jika didampingi oleh sang kekasih.

Hampir setiap tahun orang-orang saling bertanya “Kemana tahun baru kemarin?” atau “Menghabiskan malam tahun baru dimana?”. Suatu pertanyaan yang menunjukkan perhatian dan kepedulian. Namun sesungguhnya merupakan wujud dari ketidak-tahuan dari hakekat tahun baru itu sendiri. 

Pernahkah kita bertanya kenapa tahun baru dirayakan? Kenapa  satu Januari yang dijadikan awal mula tahun? Kenapa begini dan kenapa begitu?

Tidak..! Sebagian besar dari kita menerima begitu saja. Menerima tanpa mempertanyakan, begitulah generasi sekarang. Bukan..bukan menerima, melainkan meniru, mencontoh, atau latah kata orang Jakarta. Tidak ada proses berfikir dalam hal ini, yang ada ialah perasaan keren dan up to date jika kita ikut merayakan, merayakan perayaan yang dirayakan oleh kelompok sosial tertentu, komunitas tertentu, atau penganut kebudayaan tertentu. Hal ini terjadi karena kita kehilangan kepercayaan diri, merasa rendah diri, atau minder kata anak-anak gaul Jakarta. Kita selalu menganggap kecil diri sendiri, sehingga sering merasa malu dengan kebudayaan kita, yang merupakan identitas kita sebagai sebuah bangsa.

Sekarang, marilah kita menengok kembali sejarah penetapan tahun baru masehi. Sebenarnya tidak tepat juga jika kita sebut sebagai tahun Masehi. Karena tahun Masehi merujuk kepada kelahiran Yesus. Sedangkan dikalangan sejarawan masih muncul keraguan apakah benar Yesus lahir pada  bulan dan tahun yang diyakini tersebut.

Selasa, 27 Desember 2011

Kekayaan yang Membawa Petaka


Mimpi Indah Memajukan Negeri
Uang(Investor) Bukanlah Segalanya


Belum habis cerita mengenai Mesuji di Lampung, belum kering air mata yang mengalir atas nyawa yang melayang, belum terbalas perbuatan keji yang diderita oleh rakyat tak berdaya. Namun beberapa hari yang lalu muncul berita baru, berita yang tak kalah menyedihkannya dengan yang di Lampung.

Tempat kejadiannya berada di daerah bagian timur dari Republik ini, daerah yang kaya akan sumber daya alam namun miskin dalam kehidupan masyarakatnya. Faktor pemicunya sama dengan yang di Lampung yakni uang, uang, dan uang yang berwujud kepada investor yang memiliki perusahaan-perusahaan besar. Nusa Tenggara Barat nama provinsinya dan negeri yang bernama  Lambu, Sape dan Langgudu yang manjadi saksi penderitaan rakyatnya. Negeri seluas 14.318 Ha begitu memikat bagi Abdi Uang karena negerinya menyimpan kandungan emas.

Rakyatnya hanya bekerja sebagai nelayan dan petani, mereka memiliki pelabuhan di Sape yang menjadi pusat tragedi. Pada tahun 2008 sebuah perusahaan datang dengan membawa tawaran investasi kepada pemerintahannya. Ditanda tangani kontrak selama 25 tahun untuk penambangan emas. Kemudian pada tahun 2010 kontraknya diperbaharui oleh Pemda Bima dengan mengeluarkan Surat IUP bernomor 188/45/357/004/2010.

Jumat, 23 Desember 2011

Hari Ibu???


Asal Usul Hari Ibu


Pada tanggal 22 Desember setiap tahunnya diperingati sebagai “Hari Ibu” di Indonesia. Walau tidak ditetapkan sebagai hari libur nasional, peringatan hari ibu ini cukup semarak. Apalagi ditengah-tengah zaman “jejaring sosial” seperti saat ini. Ribuan status mengucapkan selamat hari ibu, beberapa pusat perbelanjaan di beberapakota di Indonesia menyemarakkan hari ibu dengan membagikan aneka kue sebagai wujud terimakasih kepada seorang ibu. Belum lagi para politisi sok akrab yang membuat spanduk mengucapkan selamat merayakan hari ibu.

Apakah kita tahu kenapa tanggal 22 Desember ditetapkan sebagai hari ibu di Indonesia? Bagaimana pula asal mulanya peringatan atau perayaan ini? Dan kenapa pula kita mesti merayakannya?

Saya yakin banyak diantara kita yang tidak tahu kenapa sampai ada perayaan ini dan kenapa pula tanggal 22 Desember ditetapkan sebagai tanggal keramat untuk perayaan hari ibu. Ya.. karena sebagian dari kita lebih suka ikut-ikutan tanpa mencari tahu makna dan tujuan dari suatu peristiwa, kegiatan, atau apapun itu namanya. Kita, terutama generasi muda akan merasa tertinggal dari generasi muda lainnya jika tidak merayakan hari yang di Barat populer dengan sebutan “Mother Day”. “tidak cool kalau tidak merayakannya” begitu kira-kira suara hati anak muda zaman sekarang.

Kamis, 22 Desember 2011

Lomba Blog Wisata Sejarah


Sawahlunto
Belanda Kecil di Daratan Tinggi Minangkabau


Penduduk Minangkabau mengenal Sawahlunto sebagai “Kota Baro”, baro merupakan  Bahasa Minangkabau dari “bara” yang mengacu kepada batubara. Batubara telah lama ditambang di Sawahlunto, karena bahan tambang inilah kota ini lahir. Orang-orang Belanda membangun kota ini disebabkan penemuan batubara yang diumumkan pada tahun 1870 oleh ahli pertambangan mereka. Insyinyur yang sangat berjasa dalam penemuan batubara ini ialah William Hendrik de Greve.

Pusat Kota Sawahlunto dilihat dari Ketinggian

Batubara memang bertuah, bagaimana tidak? Karena bahan tambang jenis ini sangat diperlukan oleh pasar dunia. Di abad ke-19 teknologi mesin uap merupakan primadona, untuk menggerakkan mesin-mesin ini digunakan batubara sebagai bahan bakar. Oleh karena itulah orang-orang Belanda begitu bersemangat mengeksploitasi daerah ini.

Banyak peninggalan orang-orang Belanda selama mendiami daerah ini. Utama sekali dipusat Kota Sawahlunto. Pusat kota terletak di suatu lembah yang dahulunya merupakan areal persawahan milik penduduk dari Nagari Kubang.[1] Lembah ini dialiri oleh sebuah sungai yang biasa disebut oleh masyarakat setempat dengan Batang Lunto[2]. Lunto merupakan nama salah satu nagari di sekitar Sawahlunto yang daerahnya dilalui oleh aliran sungai ini. Karena sungai ini mengalir melewati nagari ini maka masyarakat setempat menamai sungai itu dengan nama Batang Lunto (Sungai Lunto).

Orang-orang Belanda memilih daerah ini sebagai pusat pemerintahan, Lembah Sugar namanya. Sekarang lebih dikenal dengan nama Lembah Segar yang pada saat ini menjadi nama salah satu kecamatan di kota ini. Dikelilingi oleh perbukitan dan dialiri oleh aliran sungai di dasar lembah. Tempat ini menjadi tempat yang cocok untuk mengembangkan pemerintahan. Selain itu di tempat ini juga ditemukan kandungan batubara. Loebang Tambang Soero yang pada saat sekarang ini menjadi salah satu objek wisata andalan di Sawahlunto merupakan lubang tambang pertama di Sawahlunto.

Pembangunan pertama yang dilakukan Belanda di lembah ini ialah pembangunan PLTU Kubang Serakuk yang berfungsi dalam rentang waktu 1894-1924. Merupakan PLTU pertama di Sumatera Barat. Sebelumnya, tepatnya dalam rentang waktu 1887-1894 telah mulai dibangun jalur kereta api menuju Emma Heven atau sekarang bernama Teluk Bayur. Pada saat sekarang ini bangunan PLTU tersebut sudah tidak ada, sekitar tahun 1950-an dibangun Masjid Agung dibekas bangunan PLTU tersebut. Walau bangunannya sudah tidak ada, namun cerobong  asap peninggalan zaman keemasan PLTU tersebut masih ada dan dijadikan menara adzan untuk Masjid Agung Nurul Iman. Di depan Masjid Agung Nurul Iman terdapat sebuah rumah yang dibangun tahun 1920, dahulunya merupakan kediaman Asisten Residen. Kini bangunan tersebut menjadi rumah dinas bagi Walikota Sawahlunto.

Kantor PT.BA-UPO
Di masa Belanda Merupakan Kantor Pusat Perusahaan Tambang Ombilin

Terdapat sebuah gedung yang hingga saat ini tetap menjadi Landmark Kota Sawahlunto. Bangunan tersebut dibangun pada tahun 1916 yang digunakan sebagai kantor bagi Perusahaan Pertambangan Ombilin. Gaya arsitekturnya khas kolonial dan hingga kini masih berfungsi sebagai bangunan kantor bagi perusahaan tambang yang sekarang telah beralih nama menjadi PT. Tambang Batubara Bukit Asam Unit Pertambangan Ombilin (PT.BA-UPO).

Minggu, 18 Desember 2011

Rumah Gadang, tinggal kenangan...







Ini merupakan foto salah satu Rumah Gadang yang masih ada di beberapa nagari di Minangkabau. Pada saat sekarang ini, rumah gadang sudah menjadi barang langka di Minangkabau. Banyak pelancong yang kecewa karena tidak berhasil menemukan nagari yang ramai dengan rumah bagonjongnya.

Gambar di samping merupakan gambar salah sati jenis rumah gadang di Minangkabau. Dari gaya arsitekturnya dapat dilihat kalau rumah ini bertipe Kelarasan Bodi Chaniago. hal ini dapat dilihat dari bentuk atap pada masing-masing sisi samping gonjong.

Rumah ini tidak berukir, hal ini karena pada masa dahulu hanya orang-orang beruanglah yang sanggup mengupah tukang ukir untuk mengukir rumahnya. Sehingga rumah berukir di sebagian besar nagari di Minangkabau merupakan sebagai tanda kekayaan yang dimiliki suatu keluarga. Namun hal ini tidak berlaku di semua nagari di Minangkabau. Salah satu nagari di Kubung Tigo Baleh yakni di Nagari Selayo yang berbatasan langsung dengan Kota Solok, kebanyakan rumah gadangnya memiliki ukir. Menurut salah seorang penduduk di sana, memang sudah lazim di nagarinya hal yang demikian.

Sebentar lagi rumah gadang seperti yang terlihat pada gambar akan segera punah dari Minangkabau. Digantikan oleh rumah-rumah dari susunan bata dan semen, tak berkolong, bahkan ada yang sama tinggi dengan halaman. Hilanglah salah satu ciri Kebudayaan Minangkabau. Kenapa demikian? Karena pada rumah gadang tidak hanya terdapat ciri dari arsitektur tradisional Minangkabau akan tetapi juga padanya falsafah hidup dari si penghuni. Falsafah hidup yang amat dalam nilai dan maknanya. Falsafah Hidup yang hampir semua orang Minangkabau telah tinggalkan.

Sabtu, 17 Desember 2011

"Belajarlah dari pengalaman orang lain" Saidina Ali


 Kasus Mesuji
Contoh Bagi Sumatera Barat

Sudah beberapa hari ini pemberitaan di negara ini diramaikan oleh kasus pembantaian yang di duga terjadi di sebuah daerah di pedalaman Pulau Sumatera. Sangat aneh sekali mendengar kata “pembantaian” karena kata ini biasanya digunakan pada kondisi tertentu seperti di tengah kancah peperangan, pertikaian dua negara atau rezim, ataupun agresi dari negara yang kuat terhadap negara yang lemah. Lalu kenapa hal semacam ini dapat terjadi di Indonesia yang katanya negara merdeka, menganut paham kebebasan, pluralisme dalam segala hal, serta pada saat sekarang sedang tidak dalam kondisi perang? Apa gerangan yang terjadi pada negara ini?

Alkisah di negara ini ada suatu daerah yang bernama Mesuji (ketika pertama kali mendengar nama ini, aku pikir ini nama suatu daerah di Negeri Para Samurai-Jepang). Daerah ini terletak di perbatasan dua propinsi di Pulau Sumatera, yakni Propinsi Sumatera Selatan dan Propinsi Lampung. Konon kabarnya daerah Mesuji masuk ke dalam wilayah administratif dua propinsi ini. Sehingga ada dua daerah Mesuji yakni Mesuji-Lampung dan Mesuji-Sumsel. Kedua daerah ini hanya dipisahkan oleh sebuah sungai.

Daerah ini merupakan daerah terisolir, minim pembangunan. Konon kabarnya semenjak tahun 2003 sudah ada sebuah perusahaan perkebunan dari negara tetangga yang dipimpin oleh seseorang yang bernama Benny Sutanto atau biasa disapa Abeng yang membuka lahan perkebunan di daerah ini.  Namun sayangnya hal ini mendapat penentangan dari penduduk. Maka konflik antar pengusaha dan rakyatpun pecah. Puncaknya ialah semenjak tahun 2009-2011 ini. Katanya sudah 30 nyawa yang menjadi korban. Dibantai bak hewan, sehingga banyak orang yang terguncang karena pernah menyaksikan salah satu anggota keluarganya dibantai. Hingga kini, pihak keamanan masih belum berkomentar, tidak mengiyakan, tidak pula menidakkan. “Hendak mencari perusuh yang menyerang perkebunan” katanya.

Kamis, 15 Desember 2011

Beda Politikus dengan Non Politik

Dari Kota Tambang ke Kota Wisata
Visi seorang Pemimpin


Tidak seorangpun yang akan menyangka, bahkan penduduk Sawahlunto sekalipun. Bahwa kota mereka yang berada diambang pesimisme berhasil kembali bergairah gerak kehidupannya. Siapa gerangan yang akan mengira, bahwa kota yang selama ini mengandalkan batubara sebagai andalan utama dalam menggerak segenap kehidupan warganya akan berubah haluan.

Kota ini pernah mengalamai sakaratul maut, bagaimana tidak. Batubara yang lebih selama satu abad ditambang di kota ini telah begitu menyatu dengan warganya. Menjalar menjadi urat nadi di kehidupan warga kota ini. Karena batubara kota ini lahir, karena batubara kota ini hidup, akankah karena batubara jua kota ini mati?


Telah banyak yang pindah dari kota ini begitu produksi batubara mengalami penurunan. Menjual segenap harta benda yang dimiliki dan pindah ke daerah lain guna memulai lembaran baru. Namun segala berubah. Berubah hanya karena satu orang, ya..cukup satu orang untuk mengubah segalanya.

Tahun 2003 merupakan titik balik dari ini semua, pada tahun ini kereta api berhenti merayap di Sumatera Barat. Selama ini, jalur kereta api hanya dilalui oleh kereta pengangkut batubara dari Sawahlunto ke Telukbayur, lain tidak. Telah lama jalur kereta api di tempat lain di Sumatera Barat tidak digunakan. Kereta sebagai pengangkut manusia telah tiada, yang ada hanya kereta pengangkut baro (batubara).

Pada tahun inipula Kota Sawahlunto dipimpin oleh orang baru, orang dengan visi baru,dan dengan ide baru. Talawi kampungnya, Sawahlunto kotanya. Namanya Amran Nur, seorang insyinyur teknik tamatan ITB. Entah apa yang ada dibenaknya, yang jelas sekarang dia yang menjadi pemimpin di Sawahlunto. Kata orang dia pemarah, mejapun bisa terbang jika dipukulnya, jika seorang pejabat kena panggil ke kantor balaikota alamat badan tak selamat, menggillah badannya, mengalirlah keringat dingin disekujur tubuhnya.

Rabu, 07 Desember 2011

Feminisme di Minangkabau


Sumando Kacang Miang


Gender adalah suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun perampuan yang dikonstruksikan secara sosial maupun budaya. Sedangkan ideologi gender adalah segala sesuatu aturan yang mengatur hubungan antara laki-laki dan perempuan melalui pembentukan identitas feminis dan maskulin. Melalui cara pandang seperti ini para feminis berusaha mengubah konstruksi budaya yang telah lama berlaku di masyarakat Indonesia (terutama Minangkabau) mengenai perempuan. Bahwa perempuan itu harus lemah lembut, penurut, setia, selalu tinggal dirumah, bekerja didapur dan dengan sabar menunggu suami pulang kerja, serta mengurus suami dan anak-anak. Menurut mereka laki-laki dan perempuan diciptakan dengan hak dan kewajiban yang sama dan tidak sepatutnya kaum perempuan dibatasi fungsi dan peranannya pada satu bidang saja yakni bidang domestik (rumah tangga).

Sumber Foto: Internet

Bagi mereka(feminis) yang dimaksudkan dengan kodrat bagi perempuan ialah hamil, melahirkan, menyusui, datang bulan/haid, serta memiliki beberapa bagian tubuh yang berbeda dari laki-laki. Kodrat bagi mereka tidak mengurangi atau menghambat dalam melakukan aktifitas karena menurut mereka antara laki-laki dan perempuan memiliki fungsi dan peranan yang sama. Jadi dalam hal ini mereka menuntut keadilan (kesetaraan gender) bagi perempuan, menuntut untuk diberi kesempatan, peranan, hak, kewajiban, dan tanggung jawab yang sama dengan laki-laki.

Kita tidak perlu menggunakan dalil-dalil agama dan adat dalam persoalan ini, saya akan mengajak anda untuk menggunakan logika sederhana. Kita tentunya pernah mendengar mengenai teori “keseimbangan” yakni kaya-miskin, tua-muda, kuat-lemah, siang-malam atau yin dan yang dalam kebudayaan Cina, ada juga yang mengatakan contoh-contoh yang saya sebutkan di atas ialah berpasangan. Sekarang apa jadinya jika semua orang menjadi kaya atau semuanya jadi orang miskin, atau orang-orang yang mediami bumi ini berumur tua atau muda kesemuanya, atau dihuni oleh orang-orang kuat saja atau sebaliknya, akankah ada kehidupan di bumi ini? Kehidupan di dunia diciptakan oleh Sang Pencipta dengan memelihara keseimbangan, dimana salah satunya ialah saling mengisi dalam kekurangan.

Sabtu, 31 Desember 2011

Rabu, 28 Desember 2011

Tahun Baru Kalender Gregorian



Perayaan Pergantian Tahun Matahari 




Sudah menjadi kebiasaan yang lazim di negara ini bahwa setiap pergantian tahun merupakan momen yang selalu dinanti. Begadang hingga tengah malam menjadi saksi bergantinnya tahun. Beragam bentuk atau ritual yang dilakukan dalam rangka menyambut tahun baru. Mulai dari pesta, apakah itu pesta kecil yang dihadiri keluarga, kenalan, serta handai-taulan. Sampai ke pesta-pesta besar di pub, dikotek, klub malam, kafe, hotel, gedung pertemuan, pusat perbelanjaan, ataupun di stasiun-stasiun TV yang menayangkan secara langsung momen pergantian tahun. Adapula yang memilih untuk pergi mendaki ke puncak gunung. Ritual yang satu ini boleh dikatakan hampir merata di seluruh pelosok Indonesia. Di setiap puncak-puncak gunung yang ada di Indonesia dikibarkan bendera merah putih. Inilah wujud dari rasa nasionalis yang ditunjukkan oleh beberapa orang generasi muda Indonesia.


Sumber Foto: Internet 


Namun ada juga yang melakukan hal lain, seperti selain mengadakan atau mengikuti pesta mereka akan menghabiskan malam dengan kekasih mereka. Tak jarang hubungan semacam ini akan berakhir dengan kelakuan terlarang (yang merupakan bentuk lain dari hubungan di atas ranjang, dapat juga beralas koran, atau tanah dilapangan terbuka. Dapat bermacam-macam alas yang dipakai, atau bahkan tidak beralas). Tentunya minuman alkohol sudah menjadi kebutuhan primer di moment penting semacam ini. Bahkan ada yang ditemani dengan obat-obatan terlarang. Ada pula yang mengunjungi tempat-tempat wisata semacam tepi pantai yang merupakan salah satu lokasi favorit untuk menghabiskan malam tahun baru. Apalagi jika didampingi oleh sang kekasih.

Hampir setiap tahun orang-orang saling bertanya “Kemana tahun baru kemarin?” atau “Menghabiskan malam tahun baru dimana?”. Suatu pertanyaan yang menunjukkan perhatian dan kepedulian. Namun sesungguhnya merupakan wujud dari ketidak-tahuan dari hakekat tahun baru itu sendiri. 

Pernahkah kita bertanya kenapa tahun baru dirayakan? Kenapa  satu Januari yang dijadikan awal mula tahun? Kenapa begini dan kenapa begitu?

Tidak..! Sebagian besar dari kita menerima begitu saja. Menerima tanpa mempertanyakan, begitulah generasi sekarang. Bukan..bukan menerima, melainkan meniru, mencontoh, atau latah kata orang Jakarta. Tidak ada proses berfikir dalam hal ini, yang ada ialah perasaan keren dan up to date jika kita ikut merayakan, merayakan perayaan yang dirayakan oleh kelompok sosial tertentu, komunitas tertentu, atau penganut kebudayaan tertentu. Hal ini terjadi karena kita kehilangan kepercayaan diri, merasa rendah diri, atau minder kata anak-anak gaul Jakarta. Kita selalu menganggap kecil diri sendiri, sehingga sering merasa malu dengan kebudayaan kita, yang merupakan identitas kita sebagai sebuah bangsa.

Sekarang, marilah kita menengok kembali sejarah penetapan tahun baru masehi. Sebenarnya tidak tepat juga jika kita sebut sebagai tahun Masehi. Karena tahun Masehi merujuk kepada kelahiran Yesus. Sedangkan dikalangan sejarawan masih muncul keraguan apakah benar Yesus lahir pada  bulan dan tahun yang diyakini tersebut.

Selasa, 27 Desember 2011

Kekayaan yang Membawa Petaka


Mimpi Indah Memajukan Negeri
Uang(Investor) Bukanlah Segalanya


Belum habis cerita mengenai Mesuji di Lampung, belum kering air mata yang mengalir atas nyawa yang melayang, belum terbalas perbuatan keji yang diderita oleh rakyat tak berdaya. Namun beberapa hari yang lalu muncul berita baru, berita yang tak kalah menyedihkannya dengan yang di Lampung.

Tempat kejadiannya berada di daerah bagian timur dari Republik ini, daerah yang kaya akan sumber daya alam namun miskin dalam kehidupan masyarakatnya. Faktor pemicunya sama dengan yang di Lampung yakni uang, uang, dan uang yang berwujud kepada investor yang memiliki perusahaan-perusahaan besar. Nusa Tenggara Barat nama provinsinya dan negeri yang bernama  Lambu, Sape dan Langgudu yang manjadi saksi penderitaan rakyatnya. Negeri seluas 14.318 Ha begitu memikat bagi Abdi Uang karena negerinya menyimpan kandungan emas.

Rakyatnya hanya bekerja sebagai nelayan dan petani, mereka memiliki pelabuhan di Sape yang menjadi pusat tragedi. Pada tahun 2008 sebuah perusahaan datang dengan membawa tawaran investasi kepada pemerintahannya. Ditanda tangani kontrak selama 25 tahun untuk penambangan emas. Kemudian pada tahun 2010 kontraknya diperbaharui oleh Pemda Bima dengan mengeluarkan Surat IUP bernomor 188/45/357/004/2010.

Jumat, 23 Desember 2011

Hari Ibu???


Asal Usul Hari Ibu


Pada tanggal 22 Desember setiap tahunnya diperingati sebagai “Hari Ibu” di Indonesia. Walau tidak ditetapkan sebagai hari libur nasional, peringatan hari ibu ini cukup semarak. Apalagi ditengah-tengah zaman “jejaring sosial” seperti saat ini. Ribuan status mengucapkan selamat hari ibu, beberapa pusat perbelanjaan di beberapakota di Indonesia menyemarakkan hari ibu dengan membagikan aneka kue sebagai wujud terimakasih kepada seorang ibu. Belum lagi para politisi sok akrab yang membuat spanduk mengucapkan selamat merayakan hari ibu.

Apakah kita tahu kenapa tanggal 22 Desember ditetapkan sebagai hari ibu di Indonesia? Bagaimana pula asal mulanya peringatan atau perayaan ini? Dan kenapa pula kita mesti merayakannya?

Saya yakin banyak diantara kita yang tidak tahu kenapa sampai ada perayaan ini dan kenapa pula tanggal 22 Desember ditetapkan sebagai tanggal keramat untuk perayaan hari ibu. Ya.. karena sebagian dari kita lebih suka ikut-ikutan tanpa mencari tahu makna dan tujuan dari suatu peristiwa, kegiatan, atau apapun itu namanya. Kita, terutama generasi muda akan merasa tertinggal dari generasi muda lainnya jika tidak merayakan hari yang di Barat populer dengan sebutan “Mother Day”. “tidak cool kalau tidak merayakannya” begitu kira-kira suara hati anak muda zaman sekarang.

Kamis, 22 Desember 2011

Lomba Blog Wisata Sejarah


Sawahlunto
Belanda Kecil di Daratan Tinggi Minangkabau


Penduduk Minangkabau mengenal Sawahlunto sebagai “Kota Baro”, baro merupakan  Bahasa Minangkabau dari “bara” yang mengacu kepada batubara. Batubara telah lama ditambang di Sawahlunto, karena bahan tambang inilah kota ini lahir. Orang-orang Belanda membangun kota ini disebabkan penemuan batubara yang diumumkan pada tahun 1870 oleh ahli pertambangan mereka. Insyinyur yang sangat berjasa dalam penemuan batubara ini ialah William Hendrik de Greve.

Pusat Kota Sawahlunto dilihat dari Ketinggian

Batubara memang bertuah, bagaimana tidak? Karena bahan tambang jenis ini sangat diperlukan oleh pasar dunia. Di abad ke-19 teknologi mesin uap merupakan primadona, untuk menggerakkan mesin-mesin ini digunakan batubara sebagai bahan bakar. Oleh karena itulah orang-orang Belanda begitu bersemangat mengeksploitasi daerah ini.

Banyak peninggalan orang-orang Belanda selama mendiami daerah ini. Utama sekali dipusat Kota Sawahlunto. Pusat kota terletak di suatu lembah yang dahulunya merupakan areal persawahan milik penduduk dari Nagari Kubang.[1] Lembah ini dialiri oleh sebuah sungai yang biasa disebut oleh masyarakat setempat dengan Batang Lunto[2]. Lunto merupakan nama salah satu nagari di sekitar Sawahlunto yang daerahnya dilalui oleh aliran sungai ini. Karena sungai ini mengalir melewati nagari ini maka masyarakat setempat menamai sungai itu dengan nama Batang Lunto (Sungai Lunto).

Orang-orang Belanda memilih daerah ini sebagai pusat pemerintahan, Lembah Sugar namanya. Sekarang lebih dikenal dengan nama Lembah Segar yang pada saat ini menjadi nama salah satu kecamatan di kota ini. Dikelilingi oleh perbukitan dan dialiri oleh aliran sungai di dasar lembah. Tempat ini menjadi tempat yang cocok untuk mengembangkan pemerintahan. Selain itu di tempat ini juga ditemukan kandungan batubara. Loebang Tambang Soero yang pada saat sekarang ini menjadi salah satu objek wisata andalan di Sawahlunto merupakan lubang tambang pertama di Sawahlunto.

Pembangunan pertama yang dilakukan Belanda di lembah ini ialah pembangunan PLTU Kubang Serakuk yang berfungsi dalam rentang waktu 1894-1924. Merupakan PLTU pertama di Sumatera Barat. Sebelumnya, tepatnya dalam rentang waktu 1887-1894 telah mulai dibangun jalur kereta api menuju Emma Heven atau sekarang bernama Teluk Bayur. Pada saat sekarang ini bangunan PLTU tersebut sudah tidak ada, sekitar tahun 1950-an dibangun Masjid Agung dibekas bangunan PLTU tersebut. Walau bangunannya sudah tidak ada, namun cerobong  asap peninggalan zaman keemasan PLTU tersebut masih ada dan dijadikan menara adzan untuk Masjid Agung Nurul Iman. Di depan Masjid Agung Nurul Iman terdapat sebuah rumah yang dibangun tahun 1920, dahulunya merupakan kediaman Asisten Residen. Kini bangunan tersebut menjadi rumah dinas bagi Walikota Sawahlunto.

Kantor PT.BA-UPO
Di masa Belanda Merupakan Kantor Pusat Perusahaan Tambang Ombilin

Terdapat sebuah gedung yang hingga saat ini tetap menjadi Landmark Kota Sawahlunto. Bangunan tersebut dibangun pada tahun 1916 yang digunakan sebagai kantor bagi Perusahaan Pertambangan Ombilin. Gaya arsitekturnya khas kolonial dan hingga kini masih berfungsi sebagai bangunan kantor bagi perusahaan tambang yang sekarang telah beralih nama menjadi PT. Tambang Batubara Bukit Asam Unit Pertambangan Ombilin (PT.BA-UPO).

Minggu, 18 Desember 2011

Rumah Gadang, tinggal kenangan...







Ini merupakan foto salah satu Rumah Gadang yang masih ada di beberapa nagari di Minangkabau. Pada saat sekarang ini, rumah gadang sudah menjadi barang langka di Minangkabau. Banyak pelancong yang kecewa karena tidak berhasil menemukan nagari yang ramai dengan rumah bagonjongnya.

Gambar di samping merupakan gambar salah sati jenis rumah gadang di Minangkabau. Dari gaya arsitekturnya dapat dilihat kalau rumah ini bertipe Kelarasan Bodi Chaniago. hal ini dapat dilihat dari bentuk atap pada masing-masing sisi samping gonjong.

Rumah ini tidak berukir, hal ini karena pada masa dahulu hanya orang-orang beruanglah yang sanggup mengupah tukang ukir untuk mengukir rumahnya. Sehingga rumah berukir di sebagian besar nagari di Minangkabau merupakan sebagai tanda kekayaan yang dimiliki suatu keluarga. Namun hal ini tidak berlaku di semua nagari di Minangkabau. Salah satu nagari di Kubung Tigo Baleh yakni di Nagari Selayo yang berbatasan langsung dengan Kota Solok, kebanyakan rumah gadangnya memiliki ukir. Menurut salah seorang penduduk di sana, memang sudah lazim di nagarinya hal yang demikian.

Sebentar lagi rumah gadang seperti yang terlihat pada gambar akan segera punah dari Minangkabau. Digantikan oleh rumah-rumah dari susunan bata dan semen, tak berkolong, bahkan ada yang sama tinggi dengan halaman. Hilanglah salah satu ciri Kebudayaan Minangkabau. Kenapa demikian? Karena pada rumah gadang tidak hanya terdapat ciri dari arsitektur tradisional Minangkabau akan tetapi juga padanya falsafah hidup dari si penghuni. Falsafah hidup yang amat dalam nilai dan maknanya. Falsafah Hidup yang hampir semua orang Minangkabau telah tinggalkan.

Sabtu, 17 Desember 2011

"Belajarlah dari pengalaman orang lain" Saidina Ali


 Kasus Mesuji
Contoh Bagi Sumatera Barat

Sudah beberapa hari ini pemberitaan di negara ini diramaikan oleh kasus pembantaian yang di duga terjadi di sebuah daerah di pedalaman Pulau Sumatera. Sangat aneh sekali mendengar kata “pembantaian” karena kata ini biasanya digunakan pada kondisi tertentu seperti di tengah kancah peperangan, pertikaian dua negara atau rezim, ataupun agresi dari negara yang kuat terhadap negara yang lemah. Lalu kenapa hal semacam ini dapat terjadi di Indonesia yang katanya negara merdeka, menganut paham kebebasan, pluralisme dalam segala hal, serta pada saat sekarang sedang tidak dalam kondisi perang? Apa gerangan yang terjadi pada negara ini?

Alkisah di negara ini ada suatu daerah yang bernama Mesuji (ketika pertama kali mendengar nama ini, aku pikir ini nama suatu daerah di Negeri Para Samurai-Jepang). Daerah ini terletak di perbatasan dua propinsi di Pulau Sumatera, yakni Propinsi Sumatera Selatan dan Propinsi Lampung. Konon kabarnya daerah Mesuji masuk ke dalam wilayah administratif dua propinsi ini. Sehingga ada dua daerah Mesuji yakni Mesuji-Lampung dan Mesuji-Sumsel. Kedua daerah ini hanya dipisahkan oleh sebuah sungai.

Daerah ini merupakan daerah terisolir, minim pembangunan. Konon kabarnya semenjak tahun 2003 sudah ada sebuah perusahaan perkebunan dari negara tetangga yang dipimpin oleh seseorang yang bernama Benny Sutanto atau biasa disapa Abeng yang membuka lahan perkebunan di daerah ini.  Namun sayangnya hal ini mendapat penentangan dari penduduk. Maka konflik antar pengusaha dan rakyatpun pecah. Puncaknya ialah semenjak tahun 2009-2011 ini. Katanya sudah 30 nyawa yang menjadi korban. Dibantai bak hewan, sehingga banyak orang yang terguncang karena pernah menyaksikan salah satu anggota keluarganya dibantai. Hingga kini, pihak keamanan masih belum berkomentar, tidak mengiyakan, tidak pula menidakkan. “Hendak mencari perusuh yang menyerang perkebunan” katanya.

Kamis, 15 Desember 2011

Beda Politikus dengan Non Politik

Dari Kota Tambang ke Kota Wisata
Visi seorang Pemimpin


Tidak seorangpun yang akan menyangka, bahkan penduduk Sawahlunto sekalipun. Bahwa kota mereka yang berada diambang pesimisme berhasil kembali bergairah gerak kehidupannya. Siapa gerangan yang akan mengira, bahwa kota yang selama ini mengandalkan batubara sebagai andalan utama dalam menggerak segenap kehidupan warganya akan berubah haluan.

Kota ini pernah mengalamai sakaratul maut, bagaimana tidak. Batubara yang lebih selama satu abad ditambang di kota ini telah begitu menyatu dengan warganya. Menjalar menjadi urat nadi di kehidupan warga kota ini. Karena batubara kota ini lahir, karena batubara kota ini hidup, akankah karena batubara jua kota ini mati?


Telah banyak yang pindah dari kota ini begitu produksi batubara mengalami penurunan. Menjual segenap harta benda yang dimiliki dan pindah ke daerah lain guna memulai lembaran baru. Namun segala berubah. Berubah hanya karena satu orang, ya..cukup satu orang untuk mengubah segalanya.

Tahun 2003 merupakan titik balik dari ini semua, pada tahun ini kereta api berhenti merayap di Sumatera Barat. Selama ini, jalur kereta api hanya dilalui oleh kereta pengangkut batubara dari Sawahlunto ke Telukbayur, lain tidak. Telah lama jalur kereta api di tempat lain di Sumatera Barat tidak digunakan. Kereta sebagai pengangkut manusia telah tiada, yang ada hanya kereta pengangkut baro (batubara).

Pada tahun inipula Kota Sawahlunto dipimpin oleh orang baru, orang dengan visi baru,dan dengan ide baru. Talawi kampungnya, Sawahlunto kotanya. Namanya Amran Nur, seorang insyinyur teknik tamatan ITB. Entah apa yang ada dibenaknya, yang jelas sekarang dia yang menjadi pemimpin di Sawahlunto. Kata orang dia pemarah, mejapun bisa terbang jika dipukulnya, jika seorang pejabat kena panggil ke kantor balaikota alamat badan tak selamat, menggillah badannya, mengalirlah keringat dingin disekujur tubuhnya.

Rabu, 07 Desember 2011

Feminisme di Minangkabau


Sumando Kacang Miang


Gender adalah suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun perampuan yang dikonstruksikan secara sosial maupun budaya. Sedangkan ideologi gender adalah segala sesuatu aturan yang mengatur hubungan antara laki-laki dan perempuan melalui pembentukan identitas feminis dan maskulin. Melalui cara pandang seperti ini para feminis berusaha mengubah konstruksi budaya yang telah lama berlaku di masyarakat Indonesia (terutama Minangkabau) mengenai perempuan. Bahwa perempuan itu harus lemah lembut, penurut, setia, selalu tinggal dirumah, bekerja didapur dan dengan sabar menunggu suami pulang kerja, serta mengurus suami dan anak-anak. Menurut mereka laki-laki dan perempuan diciptakan dengan hak dan kewajiban yang sama dan tidak sepatutnya kaum perempuan dibatasi fungsi dan peranannya pada satu bidang saja yakni bidang domestik (rumah tangga).

Sumber Foto: Internet

Bagi mereka(feminis) yang dimaksudkan dengan kodrat bagi perempuan ialah hamil, melahirkan, menyusui, datang bulan/haid, serta memiliki beberapa bagian tubuh yang berbeda dari laki-laki. Kodrat bagi mereka tidak mengurangi atau menghambat dalam melakukan aktifitas karena menurut mereka antara laki-laki dan perempuan memiliki fungsi dan peranan yang sama. Jadi dalam hal ini mereka menuntut keadilan (kesetaraan gender) bagi perempuan, menuntut untuk diberi kesempatan, peranan, hak, kewajiban, dan tanggung jawab yang sama dengan laki-laki.

Kita tidak perlu menggunakan dalil-dalil agama dan adat dalam persoalan ini, saya akan mengajak anda untuk menggunakan logika sederhana. Kita tentunya pernah mendengar mengenai teori “keseimbangan” yakni kaya-miskin, tua-muda, kuat-lemah, siang-malam atau yin dan yang dalam kebudayaan Cina, ada juga yang mengatakan contoh-contoh yang saya sebutkan di atas ialah berpasangan. Sekarang apa jadinya jika semua orang menjadi kaya atau semuanya jadi orang miskin, atau orang-orang yang mediami bumi ini berumur tua atau muda kesemuanya, atau dihuni oleh orang-orang kuat saja atau sebaliknya, akankah ada kehidupan di bumi ini? Kehidupan di dunia diciptakan oleh Sang Pencipta dengan memelihara keseimbangan, dimana salah satunya ialah saling mengisi dalam kekurangan.