Sumando
Kacang Miang
Gender adalah
suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun perampuan yang
dikonstruksikan secara sosial maupun budaya. Sedangkan ideologi gender adalah
segala sesuatu aturan yang mengatur hubungan antara laki-laki dan perempuan
melalui pembentukan identitas feminis dan maskulin. Melalui cara pandang
seperti ini para feminis berusaha mengubah konstruksi budaya yang telah lama
berlaku di masyarakat Indonesia (terutama Minangkabau) mengenai perempuan. Bahwa
perempuan itu harus lemah lembut, penurut, setia, selalu tinggal dirumah,
bekerja didapur dan dengan sabar menunggu suami pulang kerja, serta mengurus
suami dan anak-anak. Menurut mereka laki-laki dan perempuan diciptakan dengan
hak dan kewajiban yang sama dan tidak sepatutnya kaum perempuan dibatasi fungsi
dan peranannya pada satu bidang saja yakni bidang domestik (rumah tangga).
Sumber Foto: Internet
Bagi mereka(feminis)
yang dimaksudkan dengan kodrat bagi perempuan ialah hamil, melahirkan,
menyusui, datang bulan/haid, serta memiliki beberapa bagian tubuh yang berbeda
dari laki-laki. Kodrat bagi mereka tidak mengurangi atau menghambat dalam
melakukan aktifitas karena menurut mereka antara laki-laki dan perempuan
memiliki fungsi dan peranan yang sama. Jadi dalam hal ini mereka menuntut keadilan
(kesetaraan gender) bagi perempuan, menuntut untuk diberi kesempatan, peranan,
hak, kewajiban, dan tanggung jawab yang sama dengan laki-laki.
Kita tidak
perlu menggunakan dalil-dalil agama dan adat dalam persoalan ini, saya akan
mengajak anda untuk menggunakan logika sederhana. Kita tentunya pernah
mendengar mengenai teori “keseimbangan” yakni kaya-miskin, tua-muda,
kuat-lemah, siang-malam atau yin dan yang
dalam kebudayaan Cina, ada juga yang mengatakan contoh-contoh yang saya
sebutkan di atas ialah berpasangan. Sekarang apa jadinya jika semua orang menjadi
kaya atau semuanya jadi orang miskin, atau orang-orang yang mediami bumi ini
berumur tua atau muda kesemuanya, atau dihuni oleh orang-orang kuat saja atau sebaliknya,
akankah ada kehidupan di bumi ini? Kehidupan di dunia diciptakan oleh Sang
Pencipta dengan memelihara keseimbangan, dimana salah satunya ialah saling
mengisi dalam kekurangan.
Setiap muslim
tentunya tahu dengan perintah untuk menunaikan zakat bagi orang-orang yang
memiliki kekayaan yang telah sampai senisab, salah satu tujuannya ialah untuk
memelihara keseimbangan karena jika orang yang terkena wajib zakat mungkir dari
kewajibannya maka akan muncul ketidak-seimbangan yang ujung-ujungnya merugikan
diri si wajib zakat sendiri. Kita juga pernah mendengar bahwa sekeras-kerasnya
hukum itu ditegakkan, tetap akan ada orang yang melakukan pelanggar, kenapa?
Tidak lain ialah untuk memelihara keseimbangan, karena jika tidak terjadi
pelanggaran maka akan menumpulkan kemampuan aparat penegak hukum dalam melaksan
tugasnya.
Laki-laki dan
Perempuan ialah makhluk yang berbeda, berbeda dalam segala hal tidak hanya
kodrat akan tetapi fungsi diri mereka dihadapan keluarga, masyarakat, bangsa,
negara, dan terlebih dihadapan agama. Usaha memungkiri perbedaan tersebut
merupakan salah satu usaha untuk menghancurkan ras manusia karena jika terjadi
keseragaman terhadap fungsi antara laki-laki dan perempuan maka akan muncul
berbagai kekacauan, baik itu dalam keluarga, masyarakat, hingga negara.
Berbedanya fungsi masing-masing jenis gender tidak berarti yang satu lebih
rendah dari yang lain, melainkan justeru menimbulkan harmoni dalam kehidupan.
Sebagai laki-laki saya akui dengan jantan tanpa sokongan moril dari perempuan
terdekat dalam hidup saya maka hidup saya tiada berarti. Bagi kami kaum
laki-laki sokongan satu orang wanita terdekat dalam hidup kami lebih berarti
dari sokongan 100 orang laki-laki. Dan kami kaum laki-laki tidak pernah
menganggap rendah kaum perempuan, stereotip semacam itu biasanya muncul dari
kalangan laki-laki yang minim pengetahuan agamanya dan rendah tingkat
intelektualnya. Berbagai kasus kekerasan terhadap perempuan umumnya dilakukan
oleh laki-laki yang berasal dari tingkat pemahaman agamanya yang minim dan
tingkat intelektual yang rendah pula.
Sungguh sangat
mengherankan jika perempuan Minangkabau yang mengaku beriman dan tahu akan akar
budayanya menjadi penyokong dan penyebar ideologi feminis yang jelas-jelas
merusak tatanan agama dan adat yang telah ada. Berpendidikan tinggi (sekolah
hingga keluar negeri di universitas ternama pula) tidak menjadikan mereka
semakin mencintai agama dan budaya sendiri justeru menjadikan mereka kamanakan durako bagi Minangkabau. Janganlah
dilupakan petuah orang tua-tua kita;
Tirulah ilmu padi, samakin barisi
samakin marunduanyo…..
Berbagai
ideologi asing yang sekarang beredar dengan bebas di Indonesia
(walaupun telah dinyatakan haram oleh MUI) berasal dari masyarakat yang berbeda
agama dan kebudayaannya dengan masyarakat Indonesia . Berbagai pimikiran ini
lahir sebagai anti-tesis dari zaman dimana ideologi itu tumbuh. Idelogi ini (SEPILIS[1],
Feminis, dll) lahir dari orang-orang yang mencermati keadaan masyarakatnya yang
terpuruk oleh tatanan agama (yang jelas-jelas berbeda dengan agama yang dianut
sebagian besar rakyat di negeri ini), adat, dan politik. Ideologi ini lahir
sebagai pemberontakan terhadap penguasa agama dan politik di Eropa yang berbeda
tatanannya dengan masyarakat Indonesia .
Lalu kenapa
kita harus menerima ideologi ini…..?
Karena
ideologi ini lahir dari bangsa yang Superior ,
dimana sekarang menjadi pusat dunia (IPTEK)?
Lalu dimanakah
sikap kritis yang diajarkan oleh para guru besar lulusan universitas ternama
dari luar negeri terhadap mahasiswanya di Indonesia ? Kenapa dalam menerima
ajaran agama tuan-tuan yang mengaku Tercerahkan
tersebut menyuruh kita untuk kritis, jangan taklid buta karena ulama
terdahulu merupakan ulama purba yang berasal dari abad
pertengahan. Sedangkan untuk kasus ideologi Barat, mereka menelan begitu saja,
kepandaian dan segala sikap kritis mereka menjadi tumpul. Persis seperti
laki-laki yang kehilangan segala kecerdikannya ketika berhadapan dengan wanita
bohay nan sexy.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar