Rabu, 25 April 2012

K-Pop


Drama Korea

Demam Budaya K-Pop benar-benar tengah melanda dunia. Mulai dari drama, musik, fashion, hingga gaya hidup para artis Korea menjadi sorotan. Di Jakarta, tiket konser salah satu Boysbandtersohor asal Negeri Gingseng tersebut menjadi rebutan. Para penggemar yang kebanyakan terdiri dari remaja belia perempuan ini rela antri mananti berjam-jam (kabarnya 12-18 jam mereka menanti). Sungguh suatu perjuangan yang patut untuk diberi acungan jempol sebanyak empat buah (dua jempol tangan & dua jempol kaki). Akankah mereka juga mau berkorban dan bersabar semacam itu demi orangtua dan keluarga mereka?
Apa gerangan yang membuat kebanyakan generasi muda Indonesia sampai tergila-gila dengan K-Pop? Apakah karena kerupawan lelaki dan kejelitaan perempuannya? Sebab kebanyakan orang Indonesia yang sawo matang suka dengan yang putih-putih, putih menjadi standar nilai bagi kecantikan kaum perempuan dan ketampanan kaum lelaki.
Dalam tulisan ini kami akan mencoba menyoroti salah stu budaya K-Pop yakni Drama Seri atau orang Indonesia menyebutnya Sinetron. Berbagai Drama Korea yang ditayangkan di televisi sangat disukai dan disenangi, terutama oleh gadis remaja. Apa gerangan penyebab mereka menyukai Drama Korea ini?
Indonesia merupakan negara yang paling maju industri hiburannya di Asia Tenggara. Jiran kita Malaysia telah beberapa kali mengimpor sinetron dari Indonesia, tidak hanya sinetron  akan tetapi juga lagu-lagu dari Indoensiapun digemari di negeri jiran. Pernah kenalan dari Malaysia datang bertandang ke kampung kami, diwaktu luang dihabiskannya dengan menonton acara hiburan di televisi. Segala macam sinetron ditonton olehnya.
Di akhir tahun 1990-an di Indonesia pernah berjaya drama dari Amerika Latin yang populer disebut dengan Telenovela. Tontonan ini sangat digemari tidak hanya oleh gadis remaja akan tetapi juga oleh ibu-ibu. Telenovela hanya asyik untuk ditonton pada seri-seri pertama hingga pertangahan sedangkan pada bagian akhir hanya ditonton pada episode terakhir saja. Hal ini karena seri telenovela ini sangat panjang dan ceritanya yang berbelit-belit, serta alur yang membosankan.

Minggu, 22 April 2012

Musik Keroncong_2


Musik Khas Indonesia


Kelompok Musik Keroncong Malaysia
Pertumbuhan Musik Keroncong
Semenjak awal lahirnya di Indonesia yakni pada tahun 1661 musik ini terus mengalami perubahan. Namun sayangnya tidak terdapat sumber yang menggambarkan perkembangan musik keroncong dari masa 1661-1880. 1880 dijadikan patokan dalam perkembangan musik keroncong selanjutnya karena pada tahun ini ditemukan alat musik petik sejenis Ukulele khas Hawai yang sangat berperan besar dalam pertumbuhan musik keroncong di Indonesia. Ukulele sendiri sudah lama dikenal oleh Bangsa Portugis yang oleh mereka disebut dengan nama Jukulele atau croucho yang berarti kecil. Hal ini karena ukulele merupakan sejenis gitar dengan ukuran kecil dengan jumlah senar empat atau tiga.
Ukulele dari Hawai ini kemudian dikawinkan dengan Ukulelle dari Braguinha[1] sehingga menjadi alat musik khas bagi keroncong di Indonesia. Selain itu dalam pertumbuhan musik ini dipakailah beberapa instrumen tradisional seperti gamelan dan gong yang merupakan alat musik tradisional dari Jawa.
Asal Mula Nama “Keroncong”
Ada kesepakatan diantara para ahli bahwa nama keroncong berasal dari alat musik ukulele yang memiliki bunyi khas “crong..crong..”. Sehingga terkenallah musik ini dengan nama “Keroncong”. Walau berasal dari bunyi salah satu alat musik yang dipakai dalam kesenian ini, namun hal tersebut tidak mengurangi maknanya. Keroncong ialah sebuah seni musik yang berasal dari perpaduan beragam alat musik yang dimainkan bersama.
Alat-alat musik yang dipakai dalam keroncong ialah: ukulele, gitar, biola, seruling, gendang, gamelan, gong, dan beberapa alat musik lainnya. Pada masa sekarang keroncong juga diiringi dengan menggunakan alat musik organ tunggal.

Sabtu, 21 April 2012

Musik Keroncong_1


Perbauran Beragam Budaya


Biola
Seni Musik merupakan salah satu bentuk kesenian yang hampir dimiliki oleh setiap kebudayaan di dunia. Dengan beragam bentuk dan kekhasannya menjadikan musik sebagai identitas bagi suatu kebudayaan. Corak musik yang dimiliki oleh suatu kebudayaan tentunya berbeda dengan musik yang dimiliki kebudayaan lain. Apakah itu dari segi alat musik ataupun irama langgam lagu yang dimainkan. Pada masa sekarang musik telah menjadi bahasa yang mendunia (universal). Beberapa orang sangat menikmati alunan musik dan lagu dari suatu daerah tertentu, walaupun mereka tidak dapat memahami bahasa yang digunakan oleh si penyanyi.
Indonesia memiliki kekayaan dalam segi suku dan budaya. Dari keragaman budaya ini, patut kiranya kita ambil contoh musik sebagai salah satu bentuk dari keragaman budaya. Tentunya yang kami maksudkan disini ialah musik etnik bukan musik pop. Dalam hal ini kami akan mengambil contoh yang lebih kecil yaitu musik keroncong. Musik ini sangatlah unik karena tidak mencerminkan budaya dari salah satu daerah di Indonesia. Melainkan sebagai bukti dari percampuran dari beberapa budaya yang kemudian melahirkan musik yang khas Indonesia.
Lazimnya di Indonesia, sejarah selalu menuai perdebatan, begitu pulalah kiranya dengan Sejarah Musik Keroncong di Indonesia. Dalam tulisan ini akan dikemukakan salah satu versi dari sejarah kelahiran musik Keroncong. Di akhir tulisan akan coba kami bahas perihal Musik Keroncong di Kota Sawahlunto Sumatera Barat.

Musik Tuan & Para Budak
Portugis merupakan salah satu dari negara-negara Eropa yang merintis perjalanan ke Timur. Pada tahun 1512 di bawah pimpinan Alfonso de Albuquerque Bangsa Portugis mulai menginjakkan kakinya di nusantara. Tujuannya ialah Sumber Daya Alam yang sangat dibutuhkan oleh orang-orang di Eropa ketika itu, yakni rempah-rempah. Alfonso mengomandani beberapa orang pelaut dan para budak. Para budak di dapat dari daerah kekuasaan Portugis di India yakni Gowa, Malabar, dan Benggali.[1]
Guitara
Setelah kejatuhan Malaka ke tangan Portugis maka berdiamlah di sana Bangsa Portugis beserta para budaknya tersebut. Para budak tersebut tidak hanya berasal dari India saja, karena semenjak kedatangan Portugis ke Ambon mereka juga membawa budak dari sana. Di Ambo-Maluku, Portugis sempat mengobarkan perang dengan Kerajaan Ternate dan Tidore. Hasil dari peperangan tersebut ialah Portugis terusir dari Maluku.
Malaka yang dikuasai Portugis menjadi benteng utama dalam menghadapi Kaum Moor[2] yang juga terdapat di kepulauan ini. Selain untuk menguasai jalur perdagangan rempah-rempah tentunya. Bandar terbesar di Nusantara ini jatuh ke tangan  Portugis pada tahun 1511, setahun lebih awal dari kedatangan mereka ke Indonesia. Di Malaka Portugis sempat membina kehidupan, beberapa peninggalan Bangsa Portugis masih dapat kita saksikan di kota itu hingga kini. Kemungkinan di Malaka inilah seni tradisional rakyat Portugis yang bernama fado tersebar kepada para budak.
Fado merupakan seni tradisional rakyat Portugis. Akar dari kata Fado merujuk ke bahasa Latin: fatum, dapat kita padankan dengan kata fate dalam Bahasa Inggris yang artinya ialah nasib. Karakteristik musik ini ialah irama dan syairnya yang sentimental-melankolis. Menceritakan mengenai lautan, kehidupan masyarakat miskin, ataupun persahabatan. Sebagian ahli berpendapat bahwa musik ini memiliki akar pada peradaban Bangsa Moor di Semenanjung Iberia[3] pada masa silam.
Keadaan yang jauh dari kampung halaman bagi pelaut Portugis dan nasib sebagai budak yang ditahan oleh bangsa asing di negeri asing oleh para budak, telah membuka dan berkembangnya masuknya musik fado yang sentimental-melankolis. Pada perkembangannya musik ini tidak hanya dimainkan oleh Bangsa Portugis akan tetapi juga oleh para budak mereka dari Benggali, Malabar, Goa dan Maluku.
Pada tahun 1648 Belanda merebut Malaka dari Portugis. Banyak tawanan perang yang ditawan beserta para budak mereka dibawa ke Batavia yang pada masa itu merupakan pusat kekuasaan Belanda di Asia Tenggara. Para tawanan ini kemudian ditempatkan oleh Belanda pada suatu kawasan yang bernama Tanah Serani yang kelak bernama Kampung Tugu. Daerah ini berada di tepi laut, udaranya panas, dan sangat jarang ditemukan air asin. Kalaupun ada sumur, kebanyakan airnya asin pula.

Rabu, 18 April 2012

Budayakan Antri


Sebungkus Pangsit untuk Dinda

Senja hari ketika baru sampai di rumahnya Sutan Sati kena marah oleh isterinya “Kenapa begitu lambatnya tuan pulang, sudah selesai pula orang Shalat Magrib..!” seru isterinya.
“Ah.. dinda janganlah langsung marah macam tu, dengarkan dahulu penjelasan tuan..” jawab Sutan Sati sambil meletakkan bingkisan yang dibawanya pulang di atas meja makan.
Sang isteri hanya diam, merajuk sambil memangku anaknya yang masih 14 bulan umurnya. Sang anak yang tak paham apa yang tengah terjadi merentangkan tangannya minta dipangku oleh sang ayah. Sambl tersenyum manis dia berucap pada Sang Buah Hati “Sabar dahulu upiak, ayah  hendak mengambil wudhu…”
Kesalnya hati Siti Syarifah mendengar jawab suaminya “Ya.. Allah tuan.. Dinda sangka tuan Shalat Magrib di jalan tadi..” ujar sang isteri gemas.
Sutan Sati telah berlalu ke kamar mandi. Dia diam saja mendengar seruan isterinya, sebab dia pernah mendengar seorang buya memberikan pengajian di surau yang mengatakan bahwa di Sunnahkan bagi seorang muslim untuk diam tak berbicara selama mengambil wudhu. Sebab sudah selayaknya bagi seorang muslim ketika berwudhu dia khusyuk serupa mengerjakan shalat. Merenungkan setiap langkah-langkah dalam wudhu. Seperti membasuk kedua tangan, renungkanlah sudah berapa kesalahan yang telah dilakukan sang tangan semenjak Ashar tadi. Membasuh hidung, sudah berapa penciuman tak berguna yang dilakukan si hidung. Membasuh wajah, sudah berapa kali wajah ini dihadapkan ke selain Allah dan melakukan kemungkaran, begitu juga dengan anggota wudhu yang lain.
Sang isteri yang juga memahami perkara tersebut diam, bersabar menunggu kemunculan suaminya dari kamar mandi. Ketika keluar dari kamar mandi, Sutan Sati tersenyum manis kepada kedua orang yang teramat dicintai dalam hidupnya ini. Berdo’a semoga senyumannya ini dapat melunakkan hati sang Isteri.
“Sabar ya dinda, tuan selesaikanlah dahulu menunaikan kewajiban yang telah tuan lalaikan ini. Amat berat pertanggung-jawabannya nanti..” kata Sutan Sati kepada isterinya.
Isterinya diam, beranjak ke meja makan hendak membuka bungkusan yang dibawa suaminya. Dalam bungkusan tersebut terdapat satu bungkus Mie Ayam atau biasa juga disebut dengan Pangsit. Dia teringat kala tadi pagi dia berpesan kepada suaminya supaya dibelikan Pangsit pabila pulang kantor nanti. Siti Syarifah hanya tersenyum dalam hati, tak patut memang dia langsung marah kepada suaminya. Dia juga tahu kalau suaminya bukanlah orang yang suka malala[1] sepulang kerja.

Minggu, 15 April 2012

Menggomballah, niscaya engkau akan dipuja orang



Perlombaan “Merayu” Idols


Malam minggu aku habiskan dengan seorang kawan, kawan senasib karena kami sama-sama masih bujangan. Semenjak sehabis Isya tadi kami sudah asyik di depan Laptop. Bukan mengerjakan tugas ataupun Online, melainkan menonton filem yang telah susah payah di download oleh kawan ku ini. Sekarang kami sedang berehat, menonton berita malam di TV, sambil makan gorengan yang sehabis magrib tadi kami beli. Sudah dingin tentunya, tapi tak apalah, kami cukup menikmati gorengan dingin ini.
Sambil acuh tak acuh kami menonton berita yang disiarkan oleh salah satu Stasiun TV Swasta di Indonesia. Sekarang berita beralih ke berita seputar Pemilukada di Jakarta, pembaca berita menyiarkan berita perihal kedatangan salah seorang Calon Gubernur Jakarta ke Pasar Tradisional. Wajah kawan ku yang mulanya acuh tak acuh perlahan-lahan mulai kelihatan tertarik dengan berita ini. Kemudian sambil tersenyum mencemooh dia berujar “Bukankah dahulu hal yang sama juga pernah terjadi di  negara ini? Jangan katakan pada ku kalau engkau telah lupa, kawan ku yang baik..”
Aku tersenyum mendengar ucapannya, bukan jawaban yang dibutuhkannya dari melainkan dukungan atas maksud yang tergambar dari pertanyaannya “Benar kawan, dahulu disetiap pemilihan. Apakah itu pemilihan Bupati, Walikota, Gubernur, hingga Presiden selalu diiringi dengan hal-hal semacam ini…”
Jawaban ku rupanya tak memuaskannya, dia butuh ketegasan dari ku “Benar kawan, hal yang sama selalu terulang. Benarlah kiranya kalau orang Indonesia ini pandir-pandir semuanya..”
Aku diam sambil mengulum tersenyum, kawan ku ini sudah mulai kesal melihat tingkah ku. Bukan diam yang dibutuhkannya melainkan suatu pernyataan tegas dari ku. Aku paham kemana maksud pembicaraan kawan ku ini. Hal yang sama selalu berulang, akan tetapi tetap saja rakyat berhasil ditipu. Entah apa yang terjadi? Padahal mereka sudah tau kalau akan kena tipu dan masih mau saja ditipu. Benarlah kata seorang negarawan muslim di abad pertengahan yang berasal dari Afrika Utara. Beliau berpendapat bahwa “Sesungguhnya sebagian besar rakyat itu pandir-pandir semuanya, hanya sebagian kecil saja yang pandai. Oleh karena itu janganlah urusan kenegaraan ataupun pemerintahan dalam suatu negara diserahkan kepada mereka. Sebab akan hancur perkara itu dibuatnya..”

Sabtu, 14 April 2012

Janganlah memandang dari permukaan..



Lamakno jadi PNS (Its delicious to be Civil Servant..^_*)


Sumber Gambar: Internet
Seorang kawan berkisah pada ku, rupanya hatinya sedang gundah. Sambil duduk-duduk sehabis Shalat Zuhur di kantor kami, diapun bercerita kalau hatinya sedang kesal. Penyebabnya ialah kesal karena mendengar pandangan umum masyarakat perihal PNS. Aku langsung berfikir, pasti karena banyak yang menganggap pekerjaan PNS senang. Senang karena mereka tak ada kerjaan sehingga memiliki banyak waktu untuk bermalas-malasan. Banyak uang dan sejahtera, makanya begitu banyak orang di negeri ini sangat mengidamkan pekerjaan menjadi PNS.
Rupanya tidak seluruhnya benar perkiraan ku tersebut. Sambil memperbaiki duduknya, lalu dia mulai berkisah “Ketika aku pulang kampung, aku bercakap-cakap sambil makan tengah hari dengan salah seorang anggota keluarga ku. Sebenarnya tak patut pula jika aku katakan kalau itu merupakan makan tengah hari, melainkan sarapan pagi yang telah terlambat. Sambil makan maka bercelotehla beliau ini, begini katanya “PNS biasanya makan pukul tujuh pagi kan, terus pukul sembilan atau pukul sepuluh sudah tersedia air minum dan makana kecil untuk dimakan. Siangnya dapat pula tidur untuk istirahat. Petang hari dapat besantai. Beda selali dengan kami-kami ini yang tidak memiliki cukup waktu untuk bersantai. Bahkan bekerja sampai malam..” aku coba menjawab kalau pengalaman yang ku alami tidaklah demikian. Akan tetapi tidak dihiraukan..”
Aku hanya tersenyum mendengar kisah kawan ku ini. Mukanya masam sewaktu bercerita, berusaha menahan kesabaran. Memang tidaklah demikian yang kami alami di kantor kami ini, terutama aku dan kawan ku ini. Memang terdapat beberapa orang kawan yang terlihat santai dan berusaha tidak terbebani dengan pekerjaan yang dijalaninya. Walaupun dalam penglihatan kami bebannya cukuplah besar juga. Tengah hari dia masih dapat bersantai sambil main game online di komputer. Kemudian dilanjutkan pada petang hari sepulang kantor, dia tidak langsung pulang melainkan tetap di kantor dan bermain game. Pada hal kami sampai membawa pekerjaan pulang ke rumah, menyelesaikan apa yang belum terselesaikan hari ini.

Rabu, 11 April 2012

Menghitung bilangan hari


Bulan 14


Seorang kawan berkisah pada ku, kisah yang diceritakannya kepada ku ialah perkara “Bulan 14”. Ketika ku tanya “Apa maksud engku dengan Bulan 14?”
Diapun menjawab “Maksud ku ialah bulan pernama, bulan penuh. Bukankah bulan penuh itu ialah setiap tanggal 14 atau pertengahan bulan.”


Lalu akupun bertanya padanya perihal maksudnya dengan “Bulan 14”. Diapun menjelaskan bahwa dia baru tersadar perihal “Bulan 14” ini ketika sedang mencuri-curi untuk merokok di luar rumahnya, “Takut ketahuan oleh isteri..?” canda ku.

Dia hanya diam acuh tak menanggapi. Dia lebih tertarik menceritakan perihal Bulan 14 dibandingkan kebiasaannya yang mencuri-curi untuk merokok. Pada malam hari Kamis tangal 5 April kemarin merupakan bulan penuh. Kawan ku inipun terkejut, soalnya sekarangkan baru tanggal 05 April, bukan pada pertengahan bulan. Lama dia termenung, apa gerangan yang salah? Dia yang salah melihat tanggalkah? Tidak, dia yakin kalau Kamis malam kemarin merupakan tanggal 05 April. Atau tukang kalender yang salah mencetak kalender? Dia fikir perkara tersebutpun tak mungkin sebab esoknya orang kantor cuti bersama.

Lama juga kawan ku ini berfikir dan akhirnya dia teringat akan sistem penanggalan orang Yunani dan perbedaannya dengan sistim penanggalan umat muslim. Ya.. kalender yang secara resmi kita pakai saat ini bernama Kalender Gregorian. Tahukah kawan kenapa kalender ini bernama Kalender Gregorian? Cobalah kawan kunjungi blog ini: minangcabo.blogspot.com, Insya Allah pertanyaan kawan akan terjawab. Kalender Gregorian ini mendasari penghitungan bilangan hari, bulan, dan tahun berdasarkan peredaran Bumi mengelilingi Matahari.

Sedangkan kita umat muslim yang bengak ini sebenarnya menggunakan penanggalan Hijriyah yang mendasari penghitungan bilangan hari, bulan, dan tahun pada peredaran bulan mengelilingi bumi. Tentu saja hal ini menyebabkan jatuhnya tanggal pada masing-masing penanggalan berbeda pula. Sayang sekali tidak banyak muslim yang tahu pabila ditanya “Tanggal berapakah sekarang menurut penanggalan Hijriyah?”.

Nah, kawan ku pun teringat akan hal itu “Jangan-jangan yang dimaksudkan dengan tangan 14 setiap bulannya ialah tanggal 14 setiap bulan pada penanggalan Hijriyah..”. Kawan ku pun segera bertanya kepada Sang Isteri Tercinta “Dinda, tahukah dinda sekarang tanggal berapa menurut penanggalan Hijriyah?” tanyanya penuh semangat..

“Astagfirullah tuan, tuan masih merokok? Bukankah tuan sudah janji untuk berhenti merokok! Tuan tahukan seberapa besar petaka yang didatangkan kepada diri tuan dan keluarga kita jika tuan masih tetap saja terpikat dengan daun tembakau itu?” seru isterinya.

Selasa, 10 April 2012

Kisah Bersama Antan_Bagian.2


Orang Minang & Merantau 

Sungguh senang jika melihat orang yang kita sayangi berada dalam keadaan sehat dan kuat selalu dalam menjalani segala pekerjaan ataupun kegiatan sehari-hari. Itupulalah kiranya yang saya rasakan pabila pulang kampung, melihat kedua orang tua dan keluarga lainnya berada dalam keadaan sehat tentunya menambah senang hati.
Antanku rupanya sudah hafal jadwal pulang kampung ku, walau kadang beliau terkicuh karena disangka aku pulang, rupanya dapat jadwal piket dari kantor. Setiap beliau pulang, kami selalu menghabiskan waktu dengan berbincang-bincang, terkadang ditemani oleh ibuku, terkadang hanya kami berdua. Menceritakan banyak hal, pengalaman, petuah beliau kepada ku, bertukar fikiran mengenai suatu perkara, dan lain sebagainya.


Seperti yang terjadi hari ini, kami bercerita perihal keadaan urang awak di perantauan. Cerita beliau bermula ketika aku menyuruh adik bungsu ku untuk berpitaruh[1] kepada antan kami sebab pekan depan dia dan beberapa orang kawannya akan pergi Praktek Lapangan (PL) ke Jambi. Adik bungsu ku sudah memasuki tahun ketiganya di Poltekes Kementrian Kesehatan Padang. Pada saat sekarang ditahun akhir perkuliahannya di Padang merupakan tahun yang sibuk. Bertandang ke berbagai negeri, tentunya bukan hanya sekedar bertandang.

Ketika antan kami bertanya kemana hendak pergi, dia menjawab “ Ke Jambi ntan,..”

“Wah hebat, rantau Jambi bertuah. Banyak urang awak yang mendapat di sana..” ujar antan kami.

Senin, 09 April 2012

Antara Soeharo & Soekarno

Soeharto, G30S/PKI, & Komunis

Soekarno & Sang Geisha
Maota-ota dengan kawan, layaknya otayang kian-kamari, mulai dari masalah agama, politik, dan sejarah. Sampailahota kami kepada Soeharto, perihal presiden kedua RI ini yang katanya melakukan kudeta terselubung. Kawan ku ini termasuk yang sependapat dengan teori ini. Sedangkan aku termasuk yang masih meragukan segala teori yang bermunculan karena masih kurangnya bukti primer. Masing-masing teori memiliki dasarnya sendiri-sendiri dan sama-sama kuat.
Percakapan kami perihal Soeharto ini tentunya melibatkan Komunis yang telah lama menjadi codet bagi Sejarah Nasional Indonesia. Aku kemukakan pendapat ku bahwa, orang-orang zaman sekarang terutama yang menyoroti pembantaian yang dialami oleh orang-orang Komunis ataupun yang terduga komunis, terkesan tidak berimbang (objektif) dalam menyampaikan paparan mereka. Kenapa demikian?
Dalam salah satu acara talk show pada salah satu stasiun TV di republik ini diangkatlah kisah-kisah memilukan yang dialami oleh orang-orang Komunis ini. Bagaimana kejamnya Orde Baru terhadap mereka. Tujuan acara ini tentunya untuk menarik simpati orang banyak supaya kasihan kepada kaum Anti-Tuhan ini.

Sabtu, 07 April 2012

Perkara Riya dalam Beramal

Kisah bersama Antan
 Bagian. 1

Beberapa pekan yang lalu ketika aku pulang kampung bersua dengan salah seorang antan[1] ku. Lazimnya cucu dengan antan pabila bersua saling menanyakan kabar berita dan kemudian saling bertukar cerita. Ujungnya ialah perbincangan kami membahas segala hal. Apakah itu mengenai pengalaman yang ku alamai ataupun pengalaman yang beliau alami. Bertukar fikiran dan bertukar khabar, itulah yang terjadi. Apalagi sebagai orang tua beliau suka sekali berbicara, terutama perihal pendapat beliau mengenai keadaan orang zaman sekarang dan lain sebagainya.

Kebanyakan orang tua memang suka sekali bercerita, kita anak muda harus bersedia mendengarkannya karena dengan begitu hati mereka akan senang. Begitulah tabiat mereka dan Insya Allah akan menjadi tabiat kita juga pabila sudah tua kelak. Mereka bercerita sebagai wujud dari rasa kesepian mereka, rasa sepi diusia senja, rasa sepi karena telah ditinggal pergi oleh banyak kawan-kawan, rasa sepi karena dunia telah berubah dan tidak lagi sama dengan yang mereka tinggali dahulu. Rasa sepi karena tidak ada orang yang sepaham dapat diajak bercerita. Maka jadilah tuan dan engku pendengar yang baik, jangan dibantah, iyakan setiap perkataan mereka, walau hal tersebut bertentangan dengan hati. Niscaya hal tersebut akan mendatangakan kebahagiaan bagi mereka. Tidakkah suka tuan dan engku melihat mereka senang?

Rabu, 25 April 2012

K-Pop


Drama Korea

Demam Budaya K-Pop benar-benar tengah melanda dunia. Mulai dari drama, musik, fashion, hingga gaya hidup para artis Korea menjadi sorotan. Di Jakarta, tiket konser salah satu Boysbandtersohor asal Negeri Gingseng tersebut menjadi rebutan. Para penggemar yang kebanyakan terdiri dari remaja belia perempuan ini rela antri mananti berjam-jam (kabarnya 12-18 jam mereka menanti). Sungguh suatu perjuangan yang patut untuk diberi acungan jempol sebanyak empat buah (dua jempol tangan & dua jempol kaki). Akankah mereka juga mau berkorban dan bersabar semacam itu demi orangtua dan keluarga mereka?
Apa gerangan yang membuat kebanyakan generasi muda Indonesia sampai tergila-gila dengan K-Pop? Apakah karena kerupawan lelaki dan kejelitaan perempuannya? Sebab kebanyakan orang Indonesia yang sawo matang suka dengan yang putih-putih, putih menjadi standar nilai bagi kecantikan kaum perempuan dan ketampanan kaum lelaki.
Dalam tulisan ini kami akan mencoba menyoroti salah stu budaya K-Pop yakni Drama Seri atau orang Indonesia menyebutnya Sinetron. Berbagai Drama Korea yang ditayangkan di televisi sangat disukai dan disenangi, terutama oleh gadis remaja. Apa gerangan penyebab mereka menyukai Drama Korea ini?
Indonesia merupakan negara yang paling maju industri hiburannya di Asia Tenggara. Jiran kita Malaysia telah beberapa kali mengimpor sinetron dari Indonesia, tidak hanya sinetron  akan tetapi juga lagu-lagu dari Indoensiapun digemari di negeri jiran. Pernah kenalan dari Malaysia datang bertandang ke kampung kami, diwaktu luang dihabiskannya dengan menonton acara hiburan di televisi. Segala macam sinetron ditonton olehnya.
Di akhir tahun 1990-an di Indonesia pernah berjaya drama dari Amerika Latin yang populer disebut dengan Telenovela. Tontonan ini sangat digemari tidak hanya oleh gadis remaja akan tetapi juga oleh ibu-ibu. Telenovela hanya asyik untuk ditonton pada seri-seri pertama hingga pertangahan sedangkan pada bagian akhir hanya ditonton pada episode terakhir saja. Hal ini karena seri telenovela ini sangat panjang dan ceritanya yang berbelit-belit, serta alur yang membosankan.

Minggu, 22 April 2012

Musik Keroncong_2


Musik Khas Indonesia


Kelompok Musik Keroncong Malaysia
Pertumbuhan Musik Keroncong
Semenjak awal lahirnya di Indonesia yakni pada tahun 1661 musik ini terus mengalami perubahan. Namun sayangnya tidak terdapat sumber yang menggambarkan perkembangan musik keroncong dari masa 1661-1880. 1880 dijadikan patokan dalam perkembangan musik keroncong selanjutnya karena pada tahun ini ditemukan alat musik petik sejenis Ukulele khas Hawai yang sangat berperan besar dalam pertumbuhan musik keroncong di Indonesia. Ukulele sendiri sudah lama dikenal oleh Bangsa Portugis yang oleh mereka disebut dengan nama Jukulele atau croucho yang berarti kecil. Hal ini karena ukulele merupakan sejenis gitar dengan ukuran kecil dengan jumlah senar empat atau tiga.
Ukulele dari Hawai ini kemudian dikawinkan dengan Ukulelle dari Braguinha[1] sehingga menjadi alat musik khas bagi keroncong di Indonesia. Selain itu dalam pertumbuhan musik ini dipakailah beberapa instrumen tradisional seperti gamelan dan gong yang merupakan alat musik tradisional dari Jawa.
Asal Mula Nama “Keroncong”
Ada kesepakatan diantara para ahli bahwa nama keroncong berasal dari alat musik ukulele yang memiliki bunyi khas “crong..crong..”. Sehingga terkenallah musik ini dengan nama “Keroncong”. Walau berasal dari bunyi salah satu alat musik yang dipakai dalam kesenian ini, namun hal tersebut tidak mengurangi maknanya. Keroncong ialah sebuah seni musik yang berasal dari perpaduan beragam alat musik yang dimainkan bersama.
Alat-alat musik yang dipakai dalam keroncong ialah: ukulele, gitar, biola, seruling, gendang, gamelan, gong, dan beberapa alat musik lainnya. Pada masa sekarang keroncong juga diiringi dengan menggunakan alat musik organ tunggal.

Sabtu, 21 April 2012

Musik Keroncong_1


Perbauran Beragam Budaya


Biola
Seni Musik merupakan salah satu bentuk kesenian yang hampir dimiliki oleh setiap kebudayaan di dunia. Dengan beragam bentuk dan kekhasannya menjadikan musik sebagai identitas bagi suatu kebudayaan. Corak musik yang dimiliki oleh suatu kebudayaan tentunya berbeda dengan musik yang dimiliki kebudayaan lain. Apakah itu dari segi alat musik ataupun irama langgam lagu yang dimainkan. Pada masa sekarang musik telah menjadi bahasa yang mendunia (universal). Beberapa orang sangat menikmati alunan musik dan lagu dari suatu daerah tertentu, walaupun mereka tidak dapat memahami bahasa yang digunakan oleh si penyanyi.
Indonesia memiliki kekayaan dalam segi suku dan budaya. Dari keragaman budaya ini, patut kiranya kita ambil contoh musik sebagai salah satu bentuk dari keragaman budaya. Tentunya yang kami maksudkan disini ialah musik etnik bukan musik pop. Dalam hal ini kami akan mengambil contoh yang lebih kecil yaitu musik keroncong. Musik ini sangatlah unik karena tidak mencerminkan budaya dari salah satu daerah di Indonesia. Melainkan sebagai bukti dari percampuran dari beberapa budaya yang kemudian melahirkan musik yang khas Indonesia.
Lazimnya di Indonesia, sejarah selalu menuai perdebatan, begitu pulalah kiranya dengan Sejarah Musik Keroncong di Indonesia. Dalam tulisan ini akan dikemukakan salah satu versi dari sejarah kelahiran musik Keroncong. Di akhir tulisan akan coba kami bahas perihal Musik Keroncong di Kota Sawahlunto Sumatera Barat.

Musik Tuan & Para Budak
Portugis merupakan salah satu dari negara-negara Eropa yang merintis perjalanan ke Timur. Pada tahun 1512 di bawah pimpinan Alfonso de Albuquerque Bangsa Portugis mulai menginjakkan kakinya di nusantara. Tujuannya ialah Sumber Daya Alam yang sangat dibutuhkan oleh orang-orang di Eropa ketika itu, yakni rempah-rempah. Alfonso mengomandani beberapa orang pelaut dan para budak. Para budak di dapat dari daerah kekuasaan Portugis di India yakni Gowa, Malabar, dan Benggali.[1]
Guitara
Setelah kejatuhan Malaka ke tangan Portugis maka berdiamlah di sana Bangsa Portugis beserta para budaknya tersebut. Para budak tersebut tidak hanya berasal dari India saja, karena semenjak kedatangan Portugis ke Ambon mereka juga membawa budak dari sana. Di Ambo-Maluku, Portugis sempat mengobarkan perang dengan Kerajaan Ternate dan Tidore. Hasil dari peperangan tersebut ialah Portugis terusir dari Maluku.
Malaka yang dikuasai Portugis menjadi benteng utama dalam menghadapi Kaum Moor[2] yang juga terdapat di kepulauan ini. Selain untuk menguasai jalur perdagangan rempah-rempah tentunya. Bandar terbesar di Nusantara ini jatuh ke tangan  Portugis pada tahun 1511, setahun lebih awal dari kedatangan mereka ke Indonesia. Di Malaka Portugis sempat membina kehidupan, beberapa peninggalan Bangsa Portugis masih dapat kita saksikan di kota itu hingga kini. Kemungkinan di Malaka inilah seni tradisional rakyat Portugis yang bernama fado tersebar kepada para budak.
Fado merupakan seni tradisional rakyat Portugis. Akar dari kata Fado merujuk ke bahasa Latin: fatum, dapat kita padankan dengan kata fate dalam Bahasa Inggris yang artinya ialah nasib. Karakteristik musik ini ialah irama dan syairnya yang sentimental-melankolis. Menceritakan mengenai lautan, kehidupan masyarakat miskin, ataupun persahabatan. Sebagian ahli berpendapat bahwa musik ini memiliki akar pada peradaban Bangsa Moor di Semenanjung Iberia[3] pada masa silam.
Keadaan yang jauh dari kampung halaman bagi pelaut Portugis dan nasib sebagai budak yang ditahan oleh bangsa asing di negeri asing oleh para budak, telah membuka dan berkembangnya masuknya musik fado yang sentimental-melankolis. Pada perkembangannya musik ini tidak hanya dimainkan oleh Bangsa Portugis akan tetapi juga oleh para budak mereka dari Benggali, Malabar, Goa dan Maluku.
Pada tahun 1648 Belanda merebut Malaka dari Portugis. Banyak tawanan perang yang ditawan beserta para budak mereka dibawa ke Batavia yang pada masa itu merupakan pusat kekuasaan Belanda di Asia Tenggara. Para tawanan ini kemudian ditempatkan oleh Belanda pada suatu kawasan yang bernama Tanah Serani yang kelak bernama Kampung Tugu. Daerah ini berada di tepi laut, udaranya panas, dan sangat jarang ditemukan air asin. Kalaupun ada sumur, kebanyakan airnya asin pula.

Rabu, 18 April 2012

Budayakan Antri


Sebungkus Pangsit untuk Dinda

Senja hari ketika baru sampai di rumahnya Sutan Sati kena marah oleh isterinya “Kenapa begitu lambatnya tuan pulang, sudah selesai pula orang Shalat Magrib..!” seru isterinya.
“Ah.. dinda janganlah langsung marah macam tu, dengarkan dahulu penjelasan tuan..” jawab Sutan Sati sambil meletakkan bingkisan yang dibawanya pulang di atas meja makan.
Sang isteri hanya diam, merajuk sambil memangku anaknya yang masih 14 bulan umurnya. Sang anak yang tak paham apa yang tengah terjadi merentangkan tangannya minta dipangku oleh sang ayah. Sambl tersenyum manis dia berucap pada Sang Buah Hati “Sabar dahulu upiak, ayah  hendak mengambil wudhu…”
Kesalnya hati Siti Syarifah mendengar jawab suaminya “Ya.. Allah tuan.. Dinda sangka tuan Shalat Magrib di jalan tadi..” ujar sang isteri gemas.
Sutan Sati telah berlalu ke kamar mandi. Dia diam saja mendengar seruan isterinya, sebab dia pernah mendengar seorang buya memberikan pengajian di surau yang mengatakan bahwa di Sunnahkan bagi seorang muslim untuk diam tak berbicara selama mengambil wudhu. Sebab sudah selayaknya bagi seorang muslim ketika berwudhu dia khusyuk serupa mengerjakan shalat. Merenungkan setiap langkah-langkah dalam wudhu. Seperti membasuk kedua tangan, renungkanlah sudah berapa kesalahan yang telah dilakukan sang tangan semenjak Ashar tadi. Membasuh hidung, sudah berapa penciuman tak berguna yang dilakukan si hidung. Membasuh wajah, sudah berapa kali wajah ini dihadapkan ke selain Allah dan melakukan kemungkaran, begitu juga dengan anggota wudhu yang lain.
Sang isteri yang juga memahami perkara tersebut diam, bersabar menunggu kemunculan suaminya dari kamar mandi. Ketika keluar dari kamar mandi, Sutan Sati tersenyum manis kepada kedua orang yang teramat dicintai dalam hidupnya ini. Berdo’a semoga senyumannya ini dapat melunakkan hati sang Isteri.
“Sabar ya dinda, tuan selesaikanlah dahulu menunaikan kewajiban yang telah tuan lalaikan ini. Amat berat pertanggung-jawabannya nanti..” kata Sutan Sati kepada isterinya.
Isterinya diam, beranjak ke meja makan hendak membuka bungkusan yang dibawa suaminya. Dalam bungkusan tersebut terdapat satu bungkus Mie Ayam atau biasa juga disebut dengan Pangsit. Dia teringat kala tadi pagi dia berpesan kepada suaminya supaya dibelikan Pangsit pabila pulang kantor nanti. Siti Syarifah hanya tersenyum dalam hati, tak patut memang dia langsung marah kepada suaminya. Dia juga tahu kalau suaminya bukanlah orang yang suka malala[1] sepulang kerja.

Minggu, 15 April 2012

Menggomballah, niscaya engkau akan dipuja orang



Perlombaan “Merayu” Idols


Malam minggu aku habiskan dengan seorang kawan, kawan senasib karena kami sama-sama masih bujangan. Semenjak sehabis Isya tadi kami sudah asyik di depan Laptop. Bukan mengerjakan tugas ataupun Online, melainkan menonton filem yang telah susah payah di download oleh kawan ku ini. Sekarang kami sedang berehat, menonton berita malam di TV, sambil makan gorengan yang sehabis magrib tadi kami beli. Sudah dingin tentunya, tapi tak apalah, kami cukup menikmati gorengan dingin ini.
Sambil acuh tak acuh kami menonton berita yang disiarkan oleh salah satu Stasiun TV Swasta di Indonesia. Sekarang berita beralih ke berita seputar Pemilukada di Jakarta, pembaca berita menyiarkan berita perihal kedatangan salah seorang Calon Gubernur Jakarta ke Pasar Tradisional. Wajah kawan ku yang mulanya acuh tak acuh perlahan-lahan mulai kelihatan tertarik dengan berita ini. Kemudian sambil tersenyum mencemooh dia berujar “Bukankah dahulu hal yang sama juga pernah terjadi di  negara ini? Jangan katakan pada ku kalau engkau telah lupa, kawan ku yang baik..”
Aku tersenyum mendengar ucapannya, bukan jawaban yang dibutuhkannya dari melainkan dukungan atas maksud yang tergambar dari pertanyaannya “Benar kawan, dahulu disetiap pemilihan. Apakah itu pemilihan Bupati, Walikota, Gubernur, hingga Presiden selalu diiringi dengan hal-hal semacam ini…”
Jawaban ku rupanya tak memuaskannya, dia butuh ketegasan dari ku “Benar kawan, hal yang sama selalu terulang. Benarlah kiranya kalau orang Indonesia ini pandir-pandir semuanya..”
Aku diam sambil mengulum tersenyum, kawan ku ini sudah mulai kesal melihat tingkah ku. Bukan diam yang dibutuhkannya melainkan suatu pernyataan tegas dari ku. Aku paham kemana maksud pembicaraan kawan ku ini. Hal yang sama selalu berulang, akan tetapi tetap saja rakyat berhasil ditipu. Entah apa yang terjadi? Padahal mereka sudah tau kalau akan kena tipu dan masih mau saja ditipu. Benarlah kata seorang negarawan muslim di abad pertengahan yang berasal dari Afrika Utara. Beliau berpendapat bahwa “Sesungguhnya sebagian besar rakyat itu pandir-pandir semuanya, hanya sebagian kecil saja yang pandai. Oleh karena itu janganlah urusan kenegaraan ataupun pemerintahan dalam suatu negara diserahkan kepada mereka. Sebab akan hancur perkara itu dibuatnya..”

Sabtu, 14 April 2012

Janganlah memandang dari permukaan..



Lamakno jadi PNS (Its delicious to be Civil Servant..^_*)


Sumber Gambar: Internet
Seorang kawan berkisah pada ku, rupanya hatinya sedang gundah. Sambil duduk-duduk sehabis Shalat Zuhur di kantor kami, diapun bercerita kalau hatinya sedang kesal. Penyebabnya ialah kesal karena mendengar pandangan umum masyarakat perihal PNS. Aku langsung berfikir, pasti karena banyak yang menganggap pekerjaan PNS senang. Senang karena mereka tak ada kerjaan sehingga memiliki banyak waktu untuk bermalas-malasan. Banyak uang dan sejahtera, makanya begitu banyak orang di negeri ini sangat mengidamkan pekerjaan menjadi PNS.
Rupanya tidak seluruhnya benar perkiraan ku tersebut. Sambil memperbaiki duduknya, lalu dia mulai berkisah “Ketika aku pulang kampung, aku bercakap-cakap sambil makan tengah hari dengan salah seorang anggota keluarga ku. Sebenarnya tak patut pula jika aku katakan kalau itu merupakan makan tengah hari, melainkan sarapan pagi yang telah terlambat. Sambil makan maka bercelotehla beliau ini, begini katanya “PNS biasanya makan pukul tujuh pagi kan, terus pukul sembilan atau pukul sepuluh sudah tersedia air minum dan makana kecil untuk dimakan. Siangnya dapat pula tidur untuk istirahat. Petang hari dapat besantai. Beda selali dengan kami-kami ini yang tidak memiliki cukup waktu untuk bersantai. Bahkan bekerja sampai malam..” aku coba menjawab kalau pengalaman yang ku alami tidaklah demikian. Akan tetapi tidak dihiraukan..”
Aku hanya tersenyum mendengar kisah kawan ku ini. Mukanya masam sewaktu bercerita, berusaha menahan kesabaran. Memang tidaklah demikian yang kami alami di kantor kami ini, terutama aku dan kawan ku ini. Memang terdapat beberapa orang kawan yang terlihat santai dan berusaha tidak terbebani dengan pekerjaan yang dijalaninya. Walaupun dalam penglihatan kami bebannya cukuplah besar juga. Tengah hari dia masih dapat bersantai sambil main game online di komputer. Kemudian dilanjutkan pada petang hari sepulang kantor, dia tidak langsung pulang melainkan tetap di kantor dan bermain game. Pada hal kami sampai membawa pekerjaan pulang ke rumah, menyelesaikan apa yang belum terselesaikan hari ini.

Rabu, 11 April 2012

Menghitung bilangan hari


Bulan 14


Seorang kawan berkisah pada ku, kisah yang diceritakannya kepada ku ialah perkara “Bulan 14”. Ketika ku tanya “Apa maksud engku dengan Bulan 14?”
Diapun menjawab “Maksud ku ialah bulan pernama, bulan penuh. Bukankah bulan penuh itu ialah setiap tanggal 14 atau pertengahan bulan.”


Lalu akupun bertanya padanya perihal maksudnya dengan “Bulan 14”. Diapun menjelaskan bahwa dia baru tersadar perihal “Bulan 14” ini ketika sedang mencuri-curi untuk merokok di luar rumahnya, “Takut ketahuan oleh isteri..?” canda ku.

Dia hanya diam acuh tak menanggapi. Dia lebih tertarik menceritakan perihal Bulan 14 dibandingkan kebiasaannya yang mencuri-curi untuk merokok. Pada malam hari Kamis tangal 5 April kemarin merupakan bulan penuh. Kawan ku inipun terkejut, soalnya sekarangkan baru tanggal 05 April, bukan pada pertengahan bulan. Lama dia termenung, apa gerangan yang salah? Dia yang salah melihat tanggalkah? Tidak, dia yakin kalau Kamis malam kemarin merupakan tanggal 05 April. Atau tukang kalender yang salah mencetak kalender? Dia fikir perkara tersebutpun tak mungkin sebab esoknya orang kantor cuti bersama.

Lama juga kawan ku ini berfikir dan akhirnya dia teringat akan sistem penanggalan orang Yunani dan perbedaannya dengan sistim penanggalan umat muslim. Ya.. kalender yang secara resmi kita pakai saat ini bernama Kalender Gregorian. Tahukah kawan kenapa kalender ini bernama Kalender Gregorian? Cobalah kawan kunjungi blog ini: minangcabo.blogspot.com, Insya Allah pertanyaan kawan akan terjawab. Kalender Gregorian ini mendasari penghitungan bilangan hari, bulan, dan tahun berdasarkan peredaran Bumi mengelilingi Matahari.

Sedangkan kita umat muslim yang bengak ini sebenarnya menggunakan penanggalan Hijriyah yang mendasari penghitungan bilangan hari, bulan, dan tahun pada peredaran bulan mengelilingi bumi. Tentu saja hal ini menyebabkan jatuhnya tanggal pada masing-masing penanggalan berbeda pula. Sayang sekali tidak banyak muslim yang tahu pabila ditanya “Tanggal berapakah sekarang menurut penanggalan Hijriyah?”.

Nah, kawan ku pun teringat akan hal itu “Jangan-jangan yang dimaksudkan dengan tangan 14 setiap bulannya ialah tanggal 14 setiap bulan pada penanggalan Hijriyah..”. Kawan ku pun segera bertanya kepada Sang Isteri Tercinta “Dinda, tahukah dinda sekarang tanggal berapa menurut penanggalan Hijriyah?” tanyanya penuh semangat..

“Astagfirullah tuan, tuan masih merokok? Bukankah tuan sudah janji untuk berhenti merokok! Tuan tahukan seberapa besar petaka yang didatangkan kepada diri tuan dan keluarga kita jika tuan masih tetap saja terpikat dengan daun tembakau itu?” seru isterinya.

Selasa, 10 April 2012

Kisah Bersama Antan_Bagian.2


Orang Minang & Merantau 

Sungguh senang jika melihat orang yang kita sayangi berada dalam keadaan sehat dan kuat selalu dalam menjalani segala pekerjaan ataupun kegiatan sehari-hari. Itupulalah kiranya yang saya rasakan pabila pulang kampung, melihat kedua orang tua dan keluarga lainnya berada dalam keadaan sehat tentunya menambah senang hati.
Antanku rupanya sudah hafal jadwal pulang kampung ku, walau kadang beliau terkicuh karena disangka aku pulang, rupanya dapat jadwal piket dari kantor. Setiap beliau pulang, kami selalu menghabiskan waktu dengan berbincang-bincang, terkadang ditemani oleh ibuku, terkadang hanya kami berdua. Menceritakan banyak hal, pengalaman, petuah beliau kepada ku, bertukar fikiran mengenai suatu perkara, dan lain sebagainya.


Seperti yang terjadi hari ini, kami bercerita perihal keadaan urang awak di perantauan. Cerita beliau bermula ketika aku menyuruh adik bungsu ku untuk berpitaruh[1] kepada antan kami sebab pekan depan dia dan beberapa orang kawannya akan pergi Praktek Lapangan (PL) ke Jambi. Adik bungsu ku sudah memasuki tahun ketiganya di Poltekes Kementrian Kesehatan Padang. Pada saat sekarang ditahun akhir perkuliahannya di Padang merupakan tahun yang sibuk. Bertandang ke berbagai negeri, tentunya bukan hanya sekedar bertandang.

Ketika antan kami bertanya kemana hendak pergi, dia menjawab “ Ke Jambi ntan,..”

“Wah hebat, rantau Jambi bertuah. Banyak urang awak yang mendapat di sana..” ujar antan kami.

Senin, 09 April 2012

Antara Soeharo & Soekarno

Soeharto, G30S/PKI, & Komunis

Soekarno & Sang Geisha
Maota-ota dengan kawan, layaknya otayang kian-kamari, mulai dari masalah agama, politik, dan sejarah. Sampailahota kami kepada Soeharto, perihal presiden kedua RI ini yang katanya melakukan kudeta terselubung. Kawan ku ini termasuk yang sependapat dengan teori ini. Sedangkan aku termasuk yang masih meragukan segala teori yang bermunculan karena masih kurangnya bukti primer. Masing-masing teori memiliki dasarnya sendiri-sendiri dan sama-sama kuat.
Percakapan kami perihal Soeharto ini tentunya melibatkan Komunis yang telah lama menjadi codet bagi Sejarah Nasional Indonesia. Aku kemukakan pendapat ku bahwa, orang-orang zaman sekarang terutama yang menyoroti pembantaian yang dialami oleh orang-orang Komunis ataupun yang terduga komunis, terkesan tidak berimbang (objektif) dalam menyampaikan paparan mereka. Kenapa demikian?
Dalam salah satu acara talk show pada salah satu stasiun TV di republik ini diangkatlah kisah-kisah memilukan yang dialami oleh orang-orang Komunis ini. Bagaimana kejamnya Orde Baru terhadap mereka. Tujuan acara ini tentunya untuk menarik simpati orang banyak supaya kasihan kepada kaum Anti-Tuhan ini.

Sabtu, 07 April 2012

Perkara Riya dalam Beramal

Kisah bersama Antan
 Bagian. 1

Beberapa pekan yang lalu ketika aku pulang kampung bersua dengan salah seorang antan[1] ku. Lazimnya cucu dengan antan pabila bersua saling menanyakan kabar berita dan kemudian saling bertukar cerita. Ujungnya ialah perbincangan kami membahas segala hal. Apakah itu mengenai pengalaman yang ku alamai ataupun pengalaman yang beliau alami. Bertukar fikiran dan bertukar khabar, itulah yang terjadi. Apalagi sebagai orang tua beliau suka sekali berbicara, terutama perihal pendapat beliau mengenai keadaan orang zaman sekarang dan lain sebagainya.

Kebanyakan orang tua memang suka sekali bercerita, kita anak muda harus bersedia mendengarkannya karena dengan begitu hati mereka akan senang. Begitulah tabiat mereka dan Insya Allah akan menjadi tabiat kita juga pabila sudah tua kelak. Mereka bercerita sebagai wujud dari rasa kesepian mereka, rasa sepi diusia senja, rasa sepi karena telah ditinggal pergi oleh banyak kawan-kawan, rasa sepi karena dunia telah berubah dan tidak lagi sama dengan yang mereka tinggali dahulu. Rasa sepi karena tidak ada orang yang sepaham dapat diajak bercerita. Maka jadilah tuan dan engku pendengar yang baik, jangan dibantah, iyakan setiap perkataan mereka, walau hal tersebut bertentangan dengan hati. Niscaya hal tersebut akan mendatangakan kebahagiaan bagi mereka. Tidakkah suka tuan dan engku melihat mereka senang?