Kamis, 22 September 2011

Yang Hilang dari Sumatera Barat


Jejak Mak Itam di Bukittinggi


Tahukah engkau foto apa itu kawan? Ah, aku tak tahu namanya, yang aku tahu foto tersebut merupakan foto dari salah satu alat pengantur lalu lintas bagi kereta api. Foto ini ku ambil di Tanjuang Alam, sebuah kampung yang terletak di Jalan Raya Bukittnggi-Payakumbuh, sekitar delapan kilometer dari Bukittinggi.
 
Sedih sekali kawan, karena keadaan jalur kereta api disini sudah lama tak terawat, ditumbuhi semak belukar. Kalau tak salah ingat, ketika aku masih kecil jalur-jalur kereta api sepanjang Payakumbuh-Bukittinggi dan Bukittinggi-Padang Panjang tidak pernah dilalui oleh kereta api. Kecuali jalur-jalur di Lembah Anai yang menuju Padang, jalur ini dilewati oleh kereta pengangkut batubara. Jika kereta lewat selalu ku pandangi hingga tak terlihat lagi, tak jarang orangtua ku membangunkan ku jika aku tertidur di atas mobil. Ketika itu, kereta api bagi ku merupakan sesuatu yang unik, menarik, dan menimbulkan rasa ingin tahu.

Rabu, 14 September 2011

Bukik Tinggi-Luhak Agam


Bukik Tinggi Koto Rang Agam

Bukittinggi adalah kota kelahiran ku, walau nyatanya rumah ku berada di luar wilayah administratif kota ini. Aku berasal dari salah satu nagari yang merupakan wilayah administratif dari Kabupaten Agam. Sedangkan Bukittinggi berada 12 Km dari kampung ku, Bukittinggi merupakan kota kecil yang saat ini terus berkembang. Berdasarkan Peraturan Pemerintah yang aku lupa nomornya, wilayah kota ini seharusnya sudah diperluas, seperti layaknya Kota Sawahlunto. Namun hingga kini perluasan tersebut masih terhalang karena ditentang oleh rakyat yang nagari mereka hendak dimasukkan ke dalam wilayah kota ini. Entah apa penyebab penolakan mereka, aku hanya mendengar kabar angin yang aku ragukan kebenarannya, makanya tak dapat aku sebutkan disini.
Sumber Foto: Internet

Bukik Tinggi Koto Rang Agam, begitulah bunyi sepenggal sair lagu Elly Kasim, penyanyi kebanggan Rang Minang. Makna lagunya sungguh menggambarkan realitas yang ada di daerah kami. Secara administratif Bukittinggi dan Agam merupakan wilayah Tingkat Dua yang berbeda dan sejajar namun secara sosial-budaya kedua daerah ini sebenarnya satu. Wilayah Kabupaten Agam sekarang, sebagian besar merupakan wilayah dari Luhak Agam, kecuali Tiku[1] dan beberapa daerah lainnya yang terletak arah ke Lubukbasung. Sedangkan Bukittinggi yang dulunya bernama Pasa Kurai[2] merupakan bagian dari Luhak Agam. Makanya orang Bukittinggi juga disebut orang Agam karena secara kultural Bukittinggi merupakan bagian dari Luhak Agam, salah satu dari tiga Luhak yang diyakini sebagai daerah asal orang Minangkabau. Aku teringat tulisan Bung Hatta diawal Memoirnya, kira-kira begini bunyi kutipannya:

Senin, 12 September 2011

Nasehat dari Sang Panglima


Wasiat Sulthan Muhammad Al-Fatih Kepada Anaknya. 



Seketika, saya terharu membaca beberapa helaian yang mencatat isi sebahagian wasiat dan nasihat Sulthan Muhammad Al-Fatih kepada anaknya ketika beliau di ambang kematian. Terasa seolah-olah Al-Fatih sedang berbicara di hadapan saya.Cukup menyentuh, memberi kesan serta muhasabah buat mereka yang bergelar pimpinan.


Beliau Berkata:



-Jadilah seorang yang adil, shaleh, dan penyayang.



-Pemudahkan (jangan menyusahkan) atas pemeliharaanmu (terhadap sesuatu urusan) tanpa ada diskriminasi.



-Beramallah untuk menyebarkan agama Islam, kerana itu adalah kewajiban pemimpin di atas muka bumi.



-Utamakan perkara-perkara agama di atas segala sesuatu, dan jangan kamu hilangkan ketabahan ( untuk melaksanakannya ).


Kamis, 22 September 2011

Yang Hilang dari Sumatera Barat


Jejak Mak Itam di Bukittinggi


Tahukah engkau foto apa itu kawan? Ah, aku tak tahu namanya, yang aku tahu foto tersebut merupakan foto dari salah satu alat pengantur lalu lintas bagi kereta api. Foto ini ku ambil di Tanjuang Alam, sebuah kampung yang terletak di Jalan Raya Bukittnggi-Payakumbuh, sekitar delapan kilometer dari Bukittinggi.
 
Sedih sekali kawan, karena keadaan jalur kereta api disini sudah lama tak terawat, ditumbuhi semak belukar. Kalau tak salah ingat, ketika aku masih kecil jalur-jalur kereta api sepanjang Payakumbuh-Bukittinggi dan Bukittinggi-Padang Panjang tidak pernah dilalui oleh kereta api. Kecuali jalur-jalur di Lembah Anai yang menuju Padang, jalur ini dilewati oleh kereta pengangkut batubara. Jika kereta lewat selalu ku pandangi hingga tak terlihat lagi, tak jarang orangtua ku membangunkan ku jika aku tertidur di atas mobil. Ketika itu, kereta api bagi ku merupakan sesuatu yang unik, menarik, dan menimbulkan rasa ingin tahu.

Rabu, 14 September 2011

Bukik Tinggi-Luhak Agam


Bukik Tinggi Koto Rang Agam

Bukittinggi adalah kota kelahiran ku, walau nyatanya rumah ku berada di luar wilayah administratif kota ini. Aku berasal dari salah satu nagari yang merupakan wilayah administratif dari Kabupaten Agam. Sedangkan Bukittinggi berada 12 Km dari kampung ku, Bukittinggi merupakan kota kecil yang saat ini terus berkembang. Berdasarkan Peraturan Pemerintah yang aku lupa nomornya, wilayah kota ini seharusnya sudah diperluas, seperti layaknya Kota Sawahlunto. Namun hingga kini perluasan tersebut masih terhalang karena ditentang oleh rakyat yang nagari mereka hendak dimasukkan ke dalam wilayah kota ini. Entah apa penyebab penolakan mereka, aku hanya mendengar kabar angin yang aku ragukan kebenarannya, makanya tak dapat aku sebutkan disini.
Sumber Foto: Internet

Bukik Tinggi Koto Rang Agam, begitulah bunyi sepenggal sair lagu Elly Kasim, penyanyi kebanggan Rang Minang. Makna lagunya sungguh menggambarkan realitas yang ada di daerah kami. Secara administratif Bukittinggi dan Agam merupakan wilayah Tingkat Dua yang berbeda dan sejajar namun secara sosial-budaya kedua daerah ini sebenarnya satu. Wilayah Kabupaten Agam sekarang, sebagian besar merupakan wilayah dari Luhak Agam, kecuali Tiku[1] dan beberapa daerah lainnya yang terletak arah ke Lubukbasung. Sedangkan Bukittinggi yang dulunya bernama Pasa Kurai[2] merupakan bagian dari Luhak Agam. Makanya orang Bukittinggi juga disebut orang Agam karena secara kultural Bukittinggi merupakan bagian dari Luhak Agam, salah satu dari tiga Luhak yang diyakini sebagai daerah asal orang Minangkabau. Aku teringat tulisan Bung Hatta diawal Memoirnya, kira-kira begini bunyi kutipannya:

Senin, 12 September 2011

Nasehat dari Sang Panglima


Wasiat Sulthan Muhammad Al-Fatih Kepada Anaknya. 



Seketika, saya terharu membaca beberapa helaian yang mencatat isi sebahagian wasiat dan nasihat Sulthan Muhammad Al-Fatih kepada anaknya ketika beliau di ambang kematian. Terasa seolah-olah Al-Fatih sedang berbicara di hadapan saya.Cukup menyentuh, memberi kesan serta muhasabah buat mereka yang bergelar pimpinan.


Beliau Berkata:



-Jadilah seorang yang adil, shaleh, dan penyayang.



-Pemudahkan (jangan menyusahkan) atas pemeliharaanmu (terhadap sesuatu urusan) tanpa ada diskriminasi.



-Beramallah untuk menyebarkan agama Islam, kerana itu adalah kewajiban pemimpin di atas muka bumi.



-Utamakan perkara-perkara agama di atas segala sesuatu, dan jangan kamu hilangkan ketabahan ( untuk melaksanakannya ).