Sabtu, 14 April 2012

Janganlah memandang dari permukaan..



Lamakno jadi PNS (Its delicious to be Civil Servant..^_*)


Sumber Gambar: Internet
Seorang kawan berkisah pada ku, rupanya hatinya sedang gundah. Sambil duduk-duduk sehabis Shalat Zuhur di kantor kami, diapun bercerita kalau hatinya sedang kesal. Penyebabnya ialah kesal karena mendengar pandangan umum masyarakat perihal PNS. Aku langsung berfikir, pasti karena banyak yang menganggap pekerjaan PNS senang. Senang karena mereka tak ada kerjaan sehingga memiliki banyak waktu untuk bermalas-malasan. Banyak uang dan sejahtera, makanya begitu banyak orang di negeri ini sangat mengidamkan pekerjaan menjadi PNS.
Rupanya tidak seluruhnya benar perkiraan ku tersebut. Sambil memperbaiki duduknya, lalu dia mulai berkisah “Ketika aku pulang kampung, aku bercakap-cakap sambil makan tengah hari dengan salah seorang anggota keluarga ku. Sebenarnya tak patut pula jika aku katakan kalau itu merupakan makan tengah hari, melainkan sarapan pagi yang telah terlambat. Sambil makan maka bercelotehla beliau ini, begini katanya “PNS biasanya makan pukul tujuh pagi kan, terus pukul sembilan atau pukul sepuluh sudah tersedia air minum dan makana kecil untuk dimakan. Siangnya dapat pula tidur untuk istirahat. Petang hari dapat besantai. Beda selali dengan kami-kami ini yang tidak memiliki cukup waktu untuk bersantai. Bahkan bekerja sampai malam..” aku coba menjawab kalau pengalaman yang ku alami tidaklah demikian. Akan tetapi tidak dihiraukan..”
Aku hanya tersenyum mendengar kisah kawan ku ini. Mukanya masam sewaktu bercerita, berusaha menahan kesabaran. Memang tidaklah demikian yang kami alami di kantor kami ini, terutama aku dan kawan ku ini. Memang terdapat beberapa orang kawan yang terlihat santai dan berusaha tidak terbebani dengan pekerjaan yang dijalaninya. Walaupun dalam penglihatan kami bebannya cukuplah besar juga. Tengah hari dia masih dapat bersantai sambil main game online di komputer. Kemudian dilanjutkan pada petang hari sepulang kantor, dia tidak langsung pulang melainkan tetap di kantor dan bermain game. Pada hal kami sampai membawa pekerjaan pulang ke rumah, menyelesaikan apa yang belum terselesaikan hari ini.

Sumber Gambar: Internet
Wajar memang kawan ku ini merasa kesal. Apalagi pekerjaan menjadi PNS bukanla idaman dirinya. Pekerjaan ini dijalaninya lantaran tak ada pilihan sebab lowongan pekerjaan untuk sarjana dengan jurusan yang dimilikinya tidaklah banyak bahkan boleh dikatan tidak ada. Yang meminta sarjana lulusan bidang keilmuan seperti yang dimiliki kawan ku ini hanya kantor atau badan-badan pemerintah. Pekerjaan menjadi pedagang yang hendak dilakoninyapun tidak mendapat restu dari orang tuanya. Tampaknya orang tuanya di kampung sangat menginginkan anaknya menjadi Pegawai Negeri. Hal ini terbukti ketika kelulusan dirinya menjadi PNS, orangtuanyalah yang paling bahagia.
Aku mencoba untuk menghibur dirinya “Sudahlah biarkan saja, pandangan orang memang sulit bagi kita untuk merubahnya. Mereka tidak tahu pekerjaan seperti apa yang kita hadapi dan hidup yang seperti apa pula yang kita jalani. Kebanyakan orang hanya dapat menilai dari jauh, dari atas geladak kapal bahasa sejarawannya. Usahlah bersedih hati sebab bukan hanya engkau yang mengalaminya. Akupun mengalami hal yang serupa walau tak sama. Amini saja penilaian orang semacam itu, mudah-mudahan menjadi do’a yang makbul untuk kita..”
Kawan ku ini hanya tersenyum masam “Sayang sekali, waktu itu aku mendongkol mendengarnya. Selesai makan akupun langsung beranjak, tak hendak mendengar ucapan berikutnya. Daripada bertambah dosa ku nantinya” lanjutnya.
“Memangnya siapa yang bercakap-cakap dengan mu?” tanya ku
Dia diam sesaat, sambil melihat diri ku dengan ekor matanya dia berucap dengan pelan “Ayah ku…”
Walah.. akupun terdiam. Dasar, kenapa dia tidak bilang dari tadi? Aku tersenyum, berusaha memberikan senyuman ku yang termanis buat dirinya. Berharap senyuman ku ini dapat menjadi pengganti permintaan maaf yang berat rasanya diucapkan oleh bibir ini.
Diapun membalas senyuman ku, kami berdua sama-sama tersenyum dan akhirnya tertawa ringan. Dia beranjak ke mejanya dan akupun pergi ke meja ku. Melanjutkan pekerjaan yang sedang menumpuk untuk dituntaskan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sabtu, 14 April 2012

Janganlah memandang dari permukaan..



Lamakno jadi PNS (Its delicious to be Civil Servant..^_*)


Sumber Gambar: Internet
Seorang kawan berkisah pada ku, rupanya hatinya sedang gundah. Sambil duduk-duduk sehabis Shalat Zuhur di kantor kami, diapun bercerita kalau hatinya sedang kesal. Penyebabnya ialah kesal karena mendengar pandangan umum masyarakat perihal PNS. Aku langsung berfikir, pasti karena banyak yang menganggap pekerjaan PNS senang. Senang karena mereka tak ada kerjaan sehingga memiliki banyak waktu untuk bermalas-malasan. Banyak uang dan sejahtera, makanya begitu banyak orang di negeri ini sangat mengidamkan pekerjaan menjadi PNS.
Rupanya tidak seluruhnya benar perkiraan ku tersebut. Sambil memperbaiki duduknya, lalu dia mulai berkisah “Ketika aku pulang kampung, aku bercakap-cakap sambil makan tengah hari dengan salah seorang anggota keluarga ku. Sebenarnya tak patut pula jika aku katakan kalau itu merupakan makan tengah hari, melainkan sarapan pagi yang telah terlambat. Sambil makan maka bercelotehla beliau ini, begini katanya “PNS biasanya makan pukul tujuh pagi kan, terus pukul sembilan atau pukul sepuluh sudah tersedia air minum dan makana kecil untuk dimakan. Siangnya dapat pula tidur untuk istirahat. Petang hari dapat besantai. Beda selali dengan kami-kami ini yang tidak memiliki cukup waktu untuk bersantai. Bahkan bekerja sampai malam..” aku coba menjawab kalau pengalaman yang ku alami tidaklah demikian. Akan tetapi tidak dihiraukan..”
Aku hanya tersenyum mendengar kisah kawan ku ini. Mukanya masam sewaktu bercerita, berusaha menahan kesabaran. Memang tidaklah demikian yang kami alami di kantor kami ini, terutama aku dan kawan ku ini. Memang terdapat beberapa orang kawan yang terlihat santai dan berusaha tidak terbebani dengan pekerjaan yang dijalaninya. Walaupun dalam penglihatan kami bebannya cukuplah besar juga. Tengah hari dia masih dapat bersantai sambil main game online di komputer. Kemudian dilanjutkan pada petang hari sepulang kantor, dia tidak langsung pulang melainkan tetap di kantor dan bermain game. Pada hal kami sampai membawa pekerjaan pulang ke rumah, menyelesaikan apa yang belum terselesaikan hari ini.

Sumber Gambar: Internet
Wajar memang kawan ku ini merasa kesal. Apalagi pekerjaan menjadi PNS bukanla idaman dirinya. Pekerjaan ini dijalaninya lantaran tak ada pilihan sebab lowongan pekerjaan untuk sarjana dengan jurusan yang dimilikinya tidaklah banyak bahkan boleh dikatan tidak ada. Yang meminta sarjana lulusan bidang keilmuan seperti yang dimiliki kawan ku ini hanya kantor atau badan-badan pemerintah. Pekerjaan menjadi pedagang yang hendak dilakoninyapun tidak mendapat restu dari orang tuanya. Tampaknya orang tuanya di kampung sangat menginginkan anaknya menjadi Pegawai Negeri. Hal ini terbukti ketika kelulusan dirinya menjadi PNS, orangtuanyalah yang paling bahagia.
Aku mencoba untuk menghibur dirinya “Sudahlah biarkan saja, pandangan orang memang sulit bagi kita untuk merubahnya. Mereka tidak tahu pekerjaan seperti apa yang kita hadapi dan hidup yang seperti apa pula yang kita jalani. Kebanyakan orang hanya dapat menilai dari jauh, dari atas geladak kapal bahasa sejarawannya. Usahlah bersedih hati sebab bukan hanya engkau yang mengalaminya. Akupun mengalami hal yang serupa walau tak sama. Amini saja penilaian orang semacam itu, mudah-mudahan menjadi do’a yang makbul untuk kita..”
Kawan ku ini hanya tersenyum masam “Sayang sekali, waktu itu aku mendongkol mendengarnya. Selesai makan akupun langsung beranjak, tak hendak mendengar ucapan berikutnya. Daripada bertambah dosa ku nantinya” lanjutnya.
“Memangnya siapa yang bercakap-cakap dengan mu?” tanya ku
Dia diam sesaat, sambil melihat diri ku dengan ekor matanya dia berucap dengan pelan “Ayah ku…”
Walah.. akupun terdiam. Dasar, kenapa dia tidak bilang dari tadi? Aku tersenyum, berusaha memberikan senyuman ku yang termanis buat dirinya. Berharap senyuman ku ini dapat menjadi pengganti permintaan maaf yang berat rasanya diucapkan oleh bibir ini.
Diapun membalas senyuman ku, kami berdua sama-sama tersenyum dan akhirnya tertawa ringan. Dia beranjak ke mejanya dan akupun pergi ke meja ku. Melanjutkan pekerjaan yang sedang menumpuk untuk dituntaskan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar