Lamakno jadi PNS (Its
delicious to be Civil Servant..^_*)
![]() |
Sumber Gambar: Internet |
Seorang kawan berkisah
pada ku, rupanya hatinya sedang gundah. Sambil duduk-duduk sehabis Shalat Zuhur
di kantor kami, diapun bercerita kalau hatinya sedang kesal. Penyebabnya ialah
kesal karena mendengar pandangan umum masyarakat perihal PNS. Aku langsung
berfikir, pasti karena banyak yang menganggap pekerjaan PNS senang. Senang
karena mereka tak ada kerjaan sehingga memiliki banyak waktu untuk
bermalas-malasan. Banyak uang dan sejahtera, makanya begitu banyak orang di
negeri ini sangat mengidamkan pekerjaan menjadi PNS.
Rupanya tidak seluruhnya
benar perkiraan ku tersebut. Sambil memperbaiki duduknya, lalu dia mulai
berkisah “Ketika aku pulang kampung, aku bercakap-cakap sambil makan tengah
hari dengan salah seorang anggota keluarga ku. Sebenarnya tak patut pula jika
aku katakan kalau itu merupakan makan tengah hari, melainkan sarapan pagi yang
telah terlambat. Sambil makan maka bercelotehla beliau ini, begini katanya “PNS biasanya makan pukul tujuh pagi kan,
terus pukul sembilan atau pukul sepuluh sudah tersedia air minum dan makana
kecil untuk dimakan. Siangnya dapat pula tidur untuk istirahat. Petang hari
dapat besantai. Beda selali dengan kami-kami ini yang tidak memiliki cukup
waktu untuk bersantai. Bahkan bekerja sampai malam..” aku coba menjawab
kalau pengalaman yang ku alami tidaklah demikian. Akan tetapi tidak
dihiraukan..”
Aku hanya tersenyum
mendengar kisah kawan ku ini. Mukanya masam sewaktu bercerita, berusaha menahan
kesabaran. Memang tidaklah demikian yang kami alami di kantor kami ini,
terutama aku dan kawan ku ini. Memang terdapat beberapa orang kawan yang
terlihat santai dan berusaha tidak terbebani dengan pekerjaan yang dijalaninya.
Walaupun dalam penglihatan kami bebannya cukuplah besar juga. Tengah hari dia
masih dapat bersantai sambil main game online di komputer. Kemudian dilanjutkan
pada petang hari sepulang kantor, dia tidak langsung pulang melainkan tetap di
kantor dan bermain game. Pada hal kami sampai membawa pekerjaan pulang ke
rumah, menyelesaikan apa yang belum terselesaikan hari ini.
![]() |
Sumber Gambar: Internet |
Wajar memang kawan ku ini
merasa kesal. Apalagi pekerjaan menjadi PNS bukanla idaman dirinya. Pekerjaan
ini dijalaninya lantaran tak ada pilihan sebab lowongan pekerjaan untuk sarjana
dengan jurusan yang dimilikinya tidaklah banyak bahkan boleh dikatan tidak ada.
Yang meminta sarjana lulusan bidang keilmuan seperti yang dimiliki kawan ku ini
hanya kantor atau badan-badan pemerintah. Pekerjaan menjadi pedagang yang
hendak dilakoninyapun tidak mendapat restu dari orang tuanya. Tampaknya orang
tuanya di kampung sangat menginginkan anaknya menjadi Pegawai Negeri. Hal ini
terbukti ketika kelulusan dirinya menjadi PNS, orangtuanyalah yang paling
bahagia.
Aku mencoba untuk
menghibur dirinya “Sudahlah biarkan saja, pandangan orang memang sulit bagi
kita untuk merubahnya. Mereka tidak tahu pekerjaan seperti apa yang kita hadapi
dan hidup yang seperti apa pula yang kita jalani. Kebanyakan orang hanya dapat
menilai dari jauh, dari atas geladak
kapal bahasa sejarawannya. Usahlah bersedih hati sebab bukan hanya engkau
yang mengalaminya. Akupun mengalami hal yang serupa walau tak sama. Amini saja penilaian orang semacam itu,
mudah-mudahan menjadi do’a yang makbul untuk kita..”
Kawan ku ini hanya
tersenyum masam “Sayang sekali, waktu itu aku mendongkol mendengarnya. Selesai
makan akupun langsung beranjak, tak hendak mendengar ucapan berikutnya.
Daripada bertambah dosa ku nantinya” lanjutnya.
“Memangnya siapa yang
bercakap-cakap dengan mu?” tanya ku
Dia diam sesaat, sambil
melihat diri ku dengan ekor matanya dia berucap dengan pelan “Ayah ku…”
Walah.. akupun terdiam.
Dasar, kenapa dia tidak bilang dari tadi? Aku tersenyum, berusaha memberikan
senyuman ku yang termanis buat dirinya. Berharap senyuman ku ini dapat menjadi
pengganti permintaan maaf yang berat rasanya diucapkan oleh bibir ini.
Diapun membalas senyuman
ku, kami berdua sama-sama tersenyum dan akhirnya tertawa ringan. Dia beranjak
ke mejanya dan akupun pergi ke meja ku. Melanjutkan pekerjaan yang sedang
menumpuk untuk dituntaskan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar