Harta di Ujung Pelangi
Pernahkah engku melihat
pelangi, tentunya pernah bukan. Melihat pelangi merupakan perkara yang langka,
sebab taK muncul tiap harinya. Munculnya pabila hujan turun di kala cuaca cerah
atau kata orang kampung bilang ujan paneh.
Tidak selalu ada ujan panas, kadang-kadang.
Tahukah engku dalam
masyarakat Asia Timur dikenal sebuah legenda yang bernama Siluman Rubah Berekor Sembilan. Konon menurut yang ampunya cerita, pabila hujan dikala hari
cerah merupakan suatu pertanda Siluman Rubah sedang menangis. Sungguh cerita
rakyat yang menarik.
Namun bukan perkara cerita
rakyat dari Asia Timur yang hendak kami bahas pada tulisan kita kali ini. Kami
akan mencoba membagi salah satu pengalaman hidup yang jarang kami jumpai. Yakni
melihat ujung pelangi, pernahkah engku melihat ujung pelangi?
Pernah ketika kanak-kanak
dahulu kami mendapat sebuah cerita dari sebuah majalah kanak-kanak, kalau tak
salah nama majalah tersebut ialah “BoBo..”. Ceritanya tentang seorang pemuda
dari Negeri Cina yang terkenal akan kepandirannya. Kami tidak begitu dapat
mengingat dengan baik kisah tersebut, namun kira-kira begini kisahnya:
Pada suatu masa di Negeri
Cina, hiduplah seorang pemuda yang amat sederhana. Selain sederhana dia juga
pandir. Pada suatu ketika dia melihat kawannya yang pulang dari merantau,
rupanya hidupnya telah makmur dengan harta. Seketika bertanyalah Si Pandir ini
kepada kawannya, perihal harta kekayaan yang didapatnya. Sang kawan yang telah
maklum akan keadaan Si Pandir, seketika muncul niat usil dalam fikirannya,
diapun berkata “Segala harta yang ada pada ku ini, ku dapat dengan mencari emas
yang terdapat di ujung pelangi.”
Mendengar hal yang semacam
itu maka tercenganglah Si Pandir, kemudian diapun berniat “Pabila nanti pelangi
muncul maka akan ku telusuri sampai ke ujungnya..”
Benar saja, ketika pelangi
muncul maka diikutinyalah hingga ke ujung. Namun apa hendak dikata, rupanya dia
tak pernah menjumpai ujung pelangi. Sudah habis hari satu hari, belumlah
didapatnya apa yang dicari. Manalahkan bertemu ujungnya, sebab pelangi hanyalah
khayalan mata belaka. Dia tidaklah nyata melainkan hanya tipuan penglihatan.
Kata orang nan cerdik hal itu terjadi sebab adanya pembiasan cahaya sebagai
akibat butiran hujan yang turun disambut oleh cahaya matahari. Bukankah pelangi
kan muncul pabila hujan turun dikala hari cerah?
Begitulah engku, ketika
hari Jum’at petang hari tanggal 20 April 2012, hari itu hujan mendera
Sawahlunto. Kota yang telah lebih dari satu tahun menjadi tempat aku mencari
hidup. Hujannya tak pula deras, hanya butiran-butiran kecil yang turun
membasahi bumi. Hari tidak pula mendung benar, melainkan matahari masih sempat
memancarkan cahayanya ke bumi. Ketika kami melewati wilayah Kandi, kami melihat
pelangi dari arah Sijantang (salah satu nama kawasan di Kota Sawahlunto). Masya Allah, sungguh menakjubkan engku.
Cobalah engku bersama kami ketika itu, tentunya engku akan sependapat dengan
kami.
Awalnnya kami kira hanya
kan menikmati pemandangan yang sama dengan yang biasanya. Namun tidak demikian
rupanya, ketika kami semakin dekat dengan simpang di Sijantang, pelanginya juga
bertambah dekat. Sejenak kami terkenang kembali dengan kisah yang pernah kami
baca semasa kanak-kanak dahululah. Tahukah engku? Percayakah engku jika kami
sampaikan kalau kami telah melihat ujung pelangi? Dan benar engku, di sana
memang ada emas. Tapi sayang kami tak dapat mengambilnya engku..
Satu hal yang sangat kami
sesalkan ialah, bahwa kami tak dapat mengambil gambar pelangi tersebut. Sebab
ketika itu, kamera kepunyaan kami terperangkap dalam tas ransel yang telah
ditutupi dengan coverback dan plastik asoi itam besar.
Sumber Gambar: Internet
Tidak ada komentar:
Posting Komentar