Sabtu, 12 Mei 2012

Ujung Pelangi


Harta di Ujung Pelangi


Pernahkah engku melihat pelangi, tentunya pernah bukan. Melihat pelangi merupakan perkara yang langka, sebab taK muncul tiap harinya. Munculnya pabila hujan turun di kala cuaca cerah atau kata orang kampung bilang ujan paneh. Tidak selalu ada ujan panas, kadang-kadang.
Tahukah engku dalam masyarakat Asia Timur dikenal sebuah legenda yang bernama Siluman Rubah Berekor Sembilan. Konon menurut yang ampunya cerita, pabila hujan dikala hari cerah merupakan suatu pertanda Siluman Rubah sedang menangis. Sungguh cerita rakyat yang menarik.
Namun bukan perkara cerita rakyat dari Asia Timur yang hendak kami bahas pada tulisan kita kali ini. Kami akan mencoba membagi salah satu pengalaman hidup yang jarang kami jumpai. Yakni melihat ujung pelangi, pernahkah engku melihat ujung pelangi?
Pernah ketika kanak-kanak dahulu kami mendapat sebuah cerita dari sebuah majalah kanak-kanak, kalau tak salah nama majalah tersebut ialah “BoBo..”. Ceritanya tentang seorang pemuda dari Negeri Cina yang terkenal akan kepandirannya. Kami tidak begitu dapat mengingat dengan baik kisah tersebut, namun kira-kira begini kisahnya:
Pada suatu masa di Negeri Cina, hiduplah seorang pemuda yang amat sederhana. Selain sederhana dia juga pandir. Pada suatu ketika dia melihat kawannya yang pulang dari merantau, rupanya hidupnya telah makmur dengan harta. Seketika bertanyalah Si Pandir ini kepada kawannya, perihal harta kekayaan yang didapatnya. Sang kawan yang telah maklum akan keadaan Si Pandir, seketika muncul niat usil dalam fikirannya, diapun berkata “Segala harta yang ada pada ku ini, ku dapat dengan mencari emas yang terdapat di ujung pelangi.”
Mendengar hal yang semacam itu maka tercenganglah Si Pandir, kemudian diapun berniat “Pabila nanti pelangi muncul maka akan ku telusuri sampai ke ujungnya..”

Benar saja, ketika pelangi muncul maka diikutinyalah hingga ke ujung. Namun apa hendak dikata, rupanya dia tak pernah menjumpai ujung pelangi. Sudah habis hari satu hari, belumlah didapatnya apa yang dicari. Manalahkan bertemu ujungnya, sebab pelangi hanyalah khayalan mata belaka. Dia tidaklah nyata melainkan hanya tipuan penglihatan. Kata orang nan cerdik hal itu terjadi sebab adanya pembiasan cahaya sebagai akibat butiran hujan yang turun disambut oleh cahaya matahari. Bukankah pelangi kan muncul pabila hujan turun dikala hari cerah?
Begitulah engku, ketika hari Jum’at petang hari tanggal 20 April 2012, hari itu hujan mendera Sawahlunto. Kota yang telah lebih dari satu tahun menjadi tempat aku mencari hidup. Hujannya tak pula deras, hanya butiran-butiran kecil yang turun membasahi bumi. Hari tidak pula mendung benar, melainkan matahari masih sempat memancarkan cahayanya ke bumi. Ketika kami melewati wilayah Kandi, kami melihat pelangi dari arah Sijantang (salah satu nama kawasan di Kota Sawahlunto). Masya Allah, sungguh menakjubkan engku. Cobalah engku bersama kami ketika itu, tentunya engku akan sependapat dengan kami.
Awalnnya kami kira hanya kan menikmati pemandangan yang sama dengan yang biasanya. Namun tidak demikian rupanya, ketika kami semakin dekat dengan simpang di Sijantang, pelanginya juga bertambah dekat. Sejenak kami terkenang kembali dengan kisah yang pernah kami baca semasa kanak-kanak dahululah. Tahukah engku? Percayakah engku jika kami sampaikan kalau kami telah melihat ujung pelangi? Dan benar engku, di sana memang ada emas. Tapi sayang kami tak dapat mengambilnya engku..
Satu hal yang sangat kami sesalkan ialah, bahwa kami tak dapat mengambil gambar pelangi tersebut. Sebab ketika itu, kamera kepunyaan kami terperangkap dalam tas ransel yang telah ditutupi dengan coverback dan plastik asoi itam besar.


Sumber Gambar: Internet


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sabtu, 12 Mei 2012

Ujung Pelangi


Harta di Ujung Pelangi


Pernahkah engku melihat pelangi, tentunya pernah bukan. Melihat pelangi merupakan perkara yang langka, sebab taK muncul tiap harinya. Munculnya pabila hujan turun di kala cuaca cerah atau kata orang kampung bilang ujan paneh. Tidak selalu ada ujan panas, kadang-kadang.
Tahukah engku dalam masyarakat Asia Timur dikenal sebuah legenda yang bernama Siluman Rubah Berekor Sembilan. Konon menurut yang ampunya cerita, pabila hujan dikala hari cerah merupakan suatu pertanda Siluman Rubah sedang menangis. Sungguh cerita rakyat yang menarik.
Namun bukan perkara cerita rakyat dari Asia Timur yang hendak kami bahas pada tulisan kita kali ini. Kami akan mencoba membagi salah satu pengalaman hidup yang jarang kami jumpai. Yakni melihat ujung pelangi, pernahkah engku melihat ujung pelangi?
Pernah ketika kanak-kanak dahulu kami mendapat sebuah cerita dari sebuah majalah kanak-kanak, kalau tak salah nama majalah tersebut ialah “BoBo..”. Ceritanya tentang seorang pemuda dari Negeri Cina yang terkenal akan kepandirannya. Kami tidak begitu dapat mengingat dengan baik kisah tersebut, namun kira-kira begini kisahnya:
Pada suatu masa di Negeri Cina, hiduplah seorang pemuda yang amat sederhana. Selain sederhana dia juga pandir. Pada suatu ketika dia melihat kawannya yang pulang dari merantau, rupanya hidupnya telah makmur dengan harta. Seketika bertanyalah Si Pandir ini kepada kawannya, perihal harta kekayaan yang didapatnya. Sang kawan yang telah maklum akan keadaan Si Pandir, seketika muncul niat usil dalam fikirannya, diapun berkata “Segala harta yang ada pada ku ini, ku dapat dengan mencari emas yang terdapat di ujung pelangi.”
Mendengar hal yang semacam itu maka tercenganglah Si Pandir, kemudian diapun berniat “Pabila nanti pelangi muncul maka akan ku telusuri sampai ke ujungnya..”

Benar saja, ketika pelangi muncul maka diikutinyalah hingga ke ujung. Namun apa hendak dikata, rupanya dia tak pernah menjumpai ujung pelangi. Sudah habis hari satu hari, belumlah didapatnya apa yang dicari. Manalahkan bertemu ujungnya, sebab pelangi hanyalah khayalan mata belaka. Dia tidaklah nyata melainkan hanya tipuan penglihatan. Kata orang nan cerdik hal itu terjadi sebab adanya pembiasan cahaya sebagai akibat butiran hujan yang turun disambut oleh cahaya matahari. Bukankah pelangi kan muncul pabila hujan turun dikala hari cerah?
Begitulah engku, ketika hari Jum’at petang hari tanggal 20 April 2012, hari itu hujan mendera Sawahlunto. Kota yang telah lebih dari satu tahun menjadi tempat aku mencari hidup. Hujannya tak pula deras, hanya butiran-butiran kecil yang turun membasahi bumi. Hari tidak pula mendung benar, melainkan matahari masih sempat memancarkan cahayanya ke bumi. Ketika kami melewati wilayah Kandi, kami melihat pelangi dari arah Sijantang (salah satu nama kawasan di Kota Sawahlunto). Masya Allah, sungguh menakjubkan engku. Cobalah engku bersama kami ketika itu, tentunya engku akan sependapat dengan kami.
Awalnnya kami kira hanya kan menikmati pemandangan yang sama dengan yang biasanya. Namun tidak demikian rupanya, ketika kami semakin dekat dengan simpang di Sijantang, pelanginya juga bertambah dekat. Sejenak kami terkenang kembali dengan kisah yang pernah kami baca semasa kanak-kanak dahululah. Tahukah engku? Percayakah engku jika kami sampaikan kalau kami telah melihat ujung pelangi? Dan benar engku, di sana memang ada emas. Tapi sayang kami tak dapat mengambilnya engku..
Satu hal yang sangat kami sesalkan ialah, bahwa kami tak dapat mengambil gambar pelangi tersebut. Sebab ketika itu, kamera kepunyaan kami terperangkap dalam tas ransel yang telah ditutupi dengan coverback dan plastik asoi itam besar.


Sumber Gambar: Internet


Tidak ada komentar:

Posting Komentar