Rabu, 30 Mei 2012

What is Indonesia


Indonesia tidak Hanya Jakarta
Peta Kota Jakarta
Sudah menjadi kelaziman di Indonesia pada saat sekarang ini menjadikan Jakarta sebagai acuan. Jakarta yang menjadi pusat pemerintahan, ekonomi, dan budaya populer di Indonesia. Segala peristiwa ataupun kejadian yang menimpa Jakarta menjadi masalah nasional di Indonesia. Mulai dari banjir, macet, kerusuhan, penggusuran, ataupun kriminalitas seperti keganasan gank motor beberapa waktu yang silam.

Tidak hanya itu, karena pusat penyiaran berada di Jakarta. Dimana seluruh televisi nasional milik swasta mengudara dari Jakarta maka pola fikir, sudut pandang (persepsi), ataupun standar nilai yang dipakai ialah standar nilai Jakarta. Perlu juga diingat bahwa segala macam drama televisi atau di Indonesia lazim disebut dengan sineteron mengambil tempat kejadian (setting) di daerah Jakarta dan sekitarnya (Jabodetabek). Begitu Super Powernya Daerah Kota Istimewa Jakarta di Indonesia sehingga kebanyakan masyarakat di daerah kehilangan kepercayaan diri jika berhadapan dengan orang-orang dari Jakarta.

Televisi memanglah efektif untuk perkara propaganda. Karena dengan perantaraan media ini, secara perlahan-lahan rakyat di daerah akan menjadikan gaya hidup Jakarta sebagai acuan. Contohnya ialah pemakaian “bahasa”. Bahasa gaul yang dipakai oleh kebanyakan anak-anak muda Kota Jabodetabek dan menyebar ke beberapa kota besar lainnya di Pulau Jawa telah menjadi standar dari pergaulan anak muda zaman sekarang. Stigma yang melekat pada bahasa ini ialah bahwa pemakainya merupakan anak-anak muda yang tidak ketinggalan zaman. Menggunakan Bahasa Indonesia dengan Baik dan Benar merupakan perkara yang memalukan. Sehingga akan sangat jaranglah ditemukan anak-anak muda yang mau memakai Bahasa Indonesia dengan baik di Jakarta. Bahasa ini telah masuk ke rumah-rumah, dipakai tidak hanya pergaulan antara anak muda melainkan juga dengan orang tua ataupun kerabat dekat.


Hal inilah yang menyebar ke daerah-daerah. Dengan logat yang patah-patah dan masih kental nuansa kedaerahannya, orang-orang kampung di daerah-daerah mencoba dengan sekuat tenaga untuk meniru gaya bahasa anak-anak gaul di Jakarta. Subhanallah.. hasilnya ialah serupa anak kecil yang mencoba untuk bercakap dengan orang tuanya. Sakarek ula, sakarek baluik.. masih dapat diterima namun sayangnya bahasa yang diucapkan tidak jelas di telinga.

Begitu juga gaya berpakaian dan gaya hidup. Anak-anak di daerah akan merasa bangga jika berhasil meniru cara berpakaian anak-anak gaul di Jakarta. Anak-anak kampung yang masih dungu, ditambah kurangnya didikan dari orang tua, telah menjadikan mereka budak dari hedonisme yang dikembangkan Jakarta.
Nah engku-engku, begitupulalah kiranya dengan artis idola. Orang Jakarta suka Drama Korea, orang di daerahpun suka dengan Drama Korea. Orang Jakarta suka Lagu Korea, orang daerahpun suka Lagu Korea. Dan Orang Jakarta Suka Lady Gaga-pun, orang daerahpun suka dengan Lady Gaga. Sampai kepada orang Jakarta yang manja-manja ini berkeluh kesah, merajuk, protes, tidak senang, dan marah-marah dengan pelarangan Konser Lady Gaga. Orang di daerahpun ikut-ikutan marah dan protes dengan pelarangan tersebut.

Entah apa gunanya bagi mereka, bukankah kalau seandainya Lady Gaga ini berhasil konser di Jakarta, orang di daerahpun tidak akan dapat ikut menonton. Kenapa engku? Kenapa? Coba terangkan kepada kami?

Janganlah bercakap perihal kebebasan, bhineka tunggal ika, janganlah engku. Engku sendiri paham tidak makna dari kata-kata tersebut. Inilah buah dari masyarakat bebas itu, keras kepala, tidak menimbang perasaan orang lain, batas antara baik dan buruk menjadi kabur. Surga dan neraka menjadi tiada yang ada hanyalah ego, cinta kepada diri sendiri. Tidak menghargai pendapat orang lain, memandang rendah nilai-nilai budaya tradisional (adat & agama) telah menjadi ciri khas sebagian masyarakat di daerah.

Usahlah kita ikut perkara ini, biarkan saja orang Jakarta itu. Mereka bukanlah warga kelas satu ataupun makhluk hebat yang patut dijadikan acuan dalam hidup kita. Ingat engku Bahasa Menentukan Bangsa. Bangga sajalah dengan bahasa dan budaya kita, kita memiliki otak untuk berfikir, akal untuk bertindak, dan hati sebagai pembeda baik dan buruk. Pergunakanlah itu engku, kebanyakan manusia sekarang tidak menggunakan hati dalam berbicara maupun bertindak.

Berhentilah menjadi orang lain engku, kita ini "bangsa beradat"..


sumber gambar: internet

juga dimuat di: http://soeloehmelajoe.wordpress.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Rabu, 30 Mei 2012

What is Indonesia


Indonesia tidak Hanya Jakarta
Peta Kota Jakarta
Sudah menjadi kelaziman di Indonesia pada saat sekarang ini menjadikan Jakarta sebagai acuan. Jakarta yang menjadi pusat pemerintahan, ekonomi, dan budaya populer di Indonesia. Segala peristiwa ataupun kejadian yang menimpa Jakarta menjadi masalah nasional di Indonesia. Mulai dari banjir, macet, kerusuhan, penggusuran, ataupun kriminalitas seperti keganasan gank motor beberapa waktu yang silam.

Tidak hanya itu, karena pusat penyiaran berada di Jakarta. Dimana seluruh televisi nasional milik swasta mengudara dari Jakarta maka pola fikir, sudut pandang (persepsi), ataupun standar nilai yang dipakai ialah standar nilai Jakarta. Perlu juga diingat bahwa segala macam drama televisi atau di Indonesia lazim disebut dengan sineteron mengambil tempat kejadian (setting) di daerah Jakarta dan sekitarnya (Jabodetabek). Begitu Super Powernya Daerah Kota Istimewa Jakarta di Indonesia sehingga kebanyakan masyarakat di daerah kehilangan kepercayaan diri jika berhadapan dengan orang-orang dari Jakarta.

Televisi memanglah efektif untuk perkara propaganda. Karena dengan perantaraan media ini, secara perlahan-lahan rakyat di daerah akan menjadikan gaya hidup Jakarta sebagai acuan. Contohnya ialah pemakaian “bahasa”. Bahasa gaul yang dipakai oleh kebanyakan anak-anak muda Kota Jabodetabek dan menyebar ke beberapa kota besar lainnya di Pulau Jawa telah menjadi standar dari pergaulan anak muda zaman sekarang. Stigma yang melekat pada bahasa ini ialah bahwa pemakainya merupakan anak-anak muda yang tidak ketinggalan zaman. Menggunakan Bahasa Indonesia dengan Baik dan Benar merupakan perkara yang memalukan. Sehingga akan sangat jaranglah ditemukan anak-anak muda yang mau memakai Bahasa Indonesia dengan baik di Jakarta. Bahasa ini telah masuk ke rumah-rumah, dipakai tidak hanya pergaulan antara anak muda melainkan juga dengan orang tua ataupun kerabat dekat.


Hal inilah yang menyebar ke daerah-daerah. Dengan logat yang patah-patah dan masih kental nuansa kedaerahannya, orang-orang kampung di daerah-daerah mencoba dengan sekuat tenaga untuk meniru gaya bahasa anak-anak gaul di Jakarta. Subhanallah.. hasilnya ialah serupa anak kecil yang mencoba untuk bercakap dengan orang tuanya. Sakarek ula, sakarek baluik.. masih dapat diterima namun sayangnya bahasa yang diucapkan tidak jelas di telinga.

Begitu juga gaya berpakaian dan gaya hidup. Anak-anak di daerah akan merasa bangga jika berhasil meniru cara berpakaian anak-anak gaul di Jakarta. Anak-anak kampung yang masih dungu, ditambah kurangnya didikan dari orang tua, telah menjadikan mereka budak dari hedonisme yang dikembangkan Jakarta.
Nah engku-engku, begitupulalah kiranya dengan artis idola. Orang Jakarta suka Drama Korea, orang di daerahpun suka dengan Drama Korea. Orang Jakarta suka Lagu Korea, orang daerahpun suka Lagu Korea. Dan Orang Jakarta Suka Lady Gaga-pun, orang daerahpun suka dengan Lady Gaga. Sampai kepada orang Jakarta yang manja-manja ini berkeluh kesah, merajuk, protes, tidak senang, dan marah-marah dengan pelarangan Konser Lady Gaga. Orang di daerahpun ikut-ikutan marah dan protes dengan pelarangan tersebut.

Entah apa gunanya bagi mereka, bukankah kalau seandainya Lady Gaga ini berhasil konser di Jakarta, orang di daerahpun tidak akan dapat ikut menonton. Kenapa engku? Kenapa? Coba terangkan kepada kami?

Janganlah bercakap perihal kebebasan, bhineka tunggal ika, janganlah engku. Engku sendiri paham tidak makna dari kata-kata tersebut. Inilah buah dari masyarakat bebas itu, keras kepala, tidak menimbang perasaan orang lain, batas antara baik dan buruk menjadi kabur. Surga dan neraka menjadi tiada yang ada hanyalah ego, cinta kepada diri sendiri. Tidak menghargai pendapat orang lain, memandang rendah nilai-nilai budaya tradisional (adat & agama) telah menjadi ciri khas sebagian masyarakat di daerah.

Usahlah kita ikut perkara ini, biarkan saja orang Jakarta itu. Mereka bukanlah warga kelas satu ataupun makhluk hebat yang patut dijadikan acuan dalam hidup kita. Ingat engku Bahasa Menentukan Bangsa. Bangga sajalah dengan bahasa dan budaya kita, kita memiliki otak untuk berfikir, akal untuk bertindak, dan hati sebagai pembeda baik dan buruk. Pergunakanlah itu engku, kebanyakan manusia sekarang tidak menggunakan hati dalam berbicara maupun bertindak.

Berhentilah menjadi orang lain engku, kita ini "bangsa beradat"..


sumber gambar: internet

juga dimuat di: http://soeloehmelajoe.wordpress.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar