Bijaklah dalam
Kehidupan
Sabar, satu kata ini sangat susah sekali untuk
mengamalkannya dengan sepenuh hati. Bohong pabila tuan kata “mudah” sebab pada
masa sekarang kesabaran merupakan barang
langka. Tuan tengoklah di televisi ataupun koran, sangat mudah sekali orang
saling pukul hanya karena perkara sepele, seperti tersenggol di jalan raya
misalnya. Ataupun secara tidak sengaja terinjak kakinya oleh oranglain, atau
karena tersenggol oleh orang ketika berjalan, dan lain sebagainya.
Sebagian besar dari manusia zaman sekarang tenggelam
dalam perlombaan, persaingan, dan kecemburuan. Sangat susah sekali mencari
orang-orang yang ikhlas berhati bersih dan suci. Semua hendak menohok yang
lain, menyerang dan menjatuhkan, sudah merupakan kelaziman pada manusia zaman
sekarang.
Kebanyakan orang yang berusaha untuk mengamalkan
sifat sabar akan dicemooh, dianggap bodoh atau pandir karena di zaman sekarang
sudah tak patut bersikap sabar lagi. “biasa
itu..” kata mereka. Maksud mereka ialah biasa pada zaman sekarang bersikap
egois, sombong, dan sama sekali tidak pandai menimbang raso dalam pergaulan.
Berkali-kali keluar di mulut sebagian orang yang
telah kehabisan akal menghadapi manusia-manusia semacam ini “zaman sekarang
memanglah sudah gila, manusia-manusia sudah kehilangan kemanusiaan mereka.
Lebih serupa binatang yang menganut hukum siapa yang kuat dialah yang menang”
Namun aku terkenang akan perkataan dari Saidina Ali
bin Abi Thalib, begini kata beliau “Janganlah tuan cemoohkan zaman, sebab pabila zaman dapat berkata-kata niscaya manusialah yang akan dicemoohnya.”
Memang benarlah tuan perkataan dari Saidina Ali
tersebut. Bukan zaman yang berubah, bukan dunia yang berubah, melainkan manusia
itu sendiri yang telah berubah. Perubahan bukan ke arah yang lebih baik
melainkan ke arah yang lebih buruk. Saya terkenang kembali akan perkataan dari
kaum intelektual, begini perkataan mereka “Tidak ada seorangpun yang dapat
menghalangi perubahan. Karena perubahan adalah sesuatu yang pasti. Barang siapa
yang berdiri menentangnya maka niscaya dia akan hancur”
Benar tuan perkataan kaum intelektual tersebut, yang
kebanyakan hasil didikan dunia Barat. Sayapun tak hendak menentangnya, namun
satu hal tuan, segala perubahan yang terjadi dalam kehidupan kita ini hendaknya
disesuaikan dengan ajaran agama dan adat kita bukan sebaliknya. Coba saya tanya
tuan “Siapakah gerangan yang menggerakkan segala perubahan yang terjadi dalam
kehidupan kita umat manusia zaman sekarang?”
Atau tuan hendak mengatakan bahwasanya segala
perubahan yang terjadi di dunia ini berjalan begitu saja tanpa ada yang
merancangnya? Tanpa ada yang menggerakkannya? Benarkah serupa itu duhai tuan
yang mulia?
Ada sesuatu dalam diri kita yang hendak diambil,
bukan tuan..bukan diambil..melainkan dirampas. Apakah itu duhai tuan? Agama kita,
agama kita tuan..agama kita..
Janganlah sampai kita kehilangan sifat “sabar” jangan
sampai kita kehilangan kepedualian kita
kepada saudara kita. “Biarkan saja mereka, asalkan apa yang dilakukannya tidak
mendatangkan kerugian kepada kita.” Itu merupakan contoh pernyataan yang keluar
dari mulut seseorang yang telah kehilangan kepeduliannya kepada sesama, egois,
dan individualis. Semoga Allah Ta’ala menjauhkan kita dari sifat semacam itu...
Semoga kita umat Islam tetap berpegang teguh kepada
agama kita, jangan lah sekali-kali tuan berucap “Kehidupan agama merupakan urusan pribadi ku, jadi jangan engku
coba-coba untuk mencampurinya. Kapan aku hendak shalat, apakah aku akan
mengerjakan perintah ataupun menjauhi larangan agama merupakan urusan ku.
Bukankah aku juga yang akan berdosa ataupun mendapat pahala. Ini negara bukan
negara agama, negara ini negara bebas. Jadi janganlah engku berlagak sok lebih
tahu agama dari aku. Karena siapa tahu pengetahuan agama ku jauh lebih banyak
dari engku..”
Benar tuan, pengetahuan agama tuan mungkin lebih
banyak dari saya. Syukurlah kalau begitu, tapi sayangnya pengamalan dalam
kehidupan sehari-hari serta kesadaran untuk menjalani hukum-hukum agama
sangatlah kurang pada diri tuan. Saya tak hendak mengajari, saya hanya berkeinginan
membuka pintu hati tuan, jangalah tuan berpaling terus dari ajaran agama kita. Rumput di halaman jiran lebih hijau dari
rumput di halaman sendiri, janganlah begitu hendaknya tuan...
Sumber
gambar:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar