Minggu, 25 Maret 2012

Hidup dg Syari'at


Bijaklah dalam Kehidupan

Sabar, satu kata ini sangat susah sekali untuk mengamalkannya dengan sepenuh hati. Bohong pabila tuan kata “mudah” sebab pada masa sekarang kesabaran merupakan barang langka. Tuan tengoklah di televisi ataupun koran, sangat mudah sekali orang saling pukul hanya karena perkara sepele, seperti tersenggol di jalan raya misalnya. Ataupun secara tidak sengaja terinjak kakinya oleh oranglain, atau karena tersenggol oleh orang ketika berjalan, dan lain sebagainya.
Sebagian besar dari manusia zaman sekarang tenggelam dalam perlombaan, persaingan, dan kecemburuan. Sangat susah sekali mencari orang-orang yang ikhlas berhati bersih dan suci. Semua hendak menohok yang lain, menyerang dan menjatuhkan, sudah merupakan kelaziman pada manusia zaman sekarang.
Kebanyakan orang yang berusaha untuk mengamalkan sifat sabar akan dicemooh, dianggap bodoh atau pandir karena di zaman sekarang sudah tak patut bersikap sabar lagi. “biasa itu..” kata mereka. Maksud mereka ialah biasa pada zaman sekarang bersikap egois, sombong, dan sama sekali tidak pandai menimbang raso dalam pergaulan.
Berkali-kali keluar di mulut sebagian orang yang telah kehabisan akal menghadapi manusia-manusia semacam ini “zaman sekarang memanglah sudah gila, manusia-manusia sudah kehilangan kemanusiaan mereka. Lebih serupa binatang yang menganut hukum siapa yang kuat dialah yang menang”
Namun aku terkenang akan perkataan dari Saidina Ali bin Abi Thalib, begini kata beliau “Janganlah tuan cemoohkan zaman, sebab pabila zaman dapat berkata-kata niscaya manusialah yang akan dicemoohnya.”

Memang benarlah tuan perkataan dari Saidina Ali tersebut. Bukan zaman yang berubah, bukan dunia yang berubah, melainkan manusia itu sendiri yang telah berubah. Perubahan bukan ke arah yang lebih baik melainkan ke arah yang lebih buruk. Saya terkenang kembali akan perkataan dari kaum intelektual, begini perkataan mereka “Tidak ada seorangpun yang dapat menghalangi perubahan. Karena perubahan adalah sesuatu yang pasti. Barang siapa yang berdiri menentangnya maka niscaya dia akan hancur”
Benar tuan perkataan kaum intelektual tersebut, yang kebanyakan hasil didikan dunia Barat. Sayapun tak hendak menentangnya, namun satu hal tuan, segala perubahan yang terjadi dalam kehidupan kita ini hendaknya disesuaikan dengan ajaran agama dan adat kita bukan sebaliknya. Coba saya tanya tuan “Siapakah gerangan yang menggerakkan segala perubahan yang terjadi dalam kehidupan kita umat manusia zaman sekarang?”
Atau tuan hendak mengatakan bahwasanya segala perubahan yang terjadi di dunia ini berjalan begitu saja tanpa ada yang merancangnya? Tanpa ada yang menggerakkannya? Benarkah serupa itu duhai tuan yang mulia?
Ada sesuatu dalam diri kita yang hendak diambil, bukan tuan..bukan diambil..melainkan dirampas. Apakah itu duhai tuan? Agama kita, agama kita tuan..agama kita..
Janganlah sampai kita kehilangan sifat “sabar” jangan sampai kita kehilangan kepedualian  kita kepada saudara kita. “Biarkan saja mereka, asalkan apa yang dilakukannya tidak mendatangkan kerugian kepada kita.” Itu merupakan contoh pernyataan yang keluar dari mulut seseorang yang telah kehilangan kepeduliannya kepada sesama, egois, dan individualis. Semoga Allah Ta’ala menjauhkan kita dari sifat semacam itu...
Semoga kita umat Islam tetap berpegang teguh kepada agama kita, jangan lah sekali-kali tuan berucap “Kehidupan agama merupakan urusan pribadi ku, jadi jangan engku coba-coba untuk mencampurinya. Kapan aku hendak shalat, apakah aku akan mengerjakan perintah ataupun menjauhi larangan agama merupakan urusan ku. Bukankah aku juga yang akan berdosa ataupun mendapat pahala. Ini negara bukan negara agama, negara ini negara bebas. Jadi janganlah engku berlagak sok lebih tahu agama dari aku. Karena siapa tahu pengetahuan agama ku jauh lebih banyak dari engku..
Benar tuan, pengetahuan agama tuan mungkin lebih banyak dari saya. Syukurlah kalau begitu, tapi sayangnya pengamalan dalam kehidupan sehari-hari serta kesadaran untuk menjalani hukum-hukum agama sangatlah kurang pada diri tuan. Saya tak hendak mengajari, saya hanya berkeinginan membuka pintu hati tuan, jangalah tuan berpaling terus dari ajaran agama kita. Rumput di halaman jiran lebih hijau dari rumput di halaman sendiri, janganlah begitu hendaknya tuan...


Sumber gambar:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Minggu, 25 Maret 2012

Hidup dg Syari'at


Bijaklah dalam Kehidupan

Sabar, satu kata ini sangat susah sekali untuk mengamalkannya dengan sepenuh hati. Bohong pabila tuan kata “mudah” sebab pada masa sekarang kesabaran merupakan barang langka. Tuan tengoklah di televisi ataupun koran, sangat mudah sekali orang saling pukul hanya karena perkara sepele, seperti tersenggol di jalan raya misalnya. Ataupun secara tidak sengaja terinjak kakinya oleh oranglain, atau karena tersenggol oleh orang ketika berjalan, dan lain sebagainya.
Sebagian besar dari manusia zaman sekarang tenggelam dalam perlombaan, persaingan, dan kecemburuan. Sangat susah sekali mencari orang-orang yang ikhlas berhati bersih dan suci. Semua hendak menohok yang lain, menyerang dan menjatuhkan, sudah merupakan kelaziman pada manusia zaman sekarang.
Kebanyakan orang yang berusaha untuk mengamalkan sifat sabar akan dicemooh, dianggap bodoh atau pandir karena di zaman sekarang sudah tak patut bersikap sabar lagi. “biasa itu..” kata mereka. Maksud mereka ialah biasa pada zaman sekarang bersikap egois, sombong, dan sama sekali tidak pandai menimbang raso dalam pergaulan.
Berkali-kali keluar di mulut sebagian orang yang telah kehabisan akal menghadapi manusia-manusia semacam ini “zaman sekarang memanglah sudah gila, manusia-manusia sudah kehilangan kemanusiaan mereka. Lebih serupa binatang yang menganut hukum siapa yang kuat dialah yang menang”
Namun aku terkenang akan perkataan dari Saidina Ali bin Abi Thalib, begini kata beliau “Janganlah tuan cemoohkan zaman, sebab pabila zaman dapat berkata-kata niscaya manusialah yang akan dicemoohnya.”

Memang benarlah tuan perkataan dari Saidina Ali tersebut. Bukan zaman yang berubah, bukan dunia yang berubah, melainkan manusia itu sendiri yang telah berubah. Perubahan bukan ke arah yang lebih baik melainkan ke arah yang lebih buruk. Saya terkenang kembali akan perkataan dari kaum intelektual, begini perkataan mereka “Tidak ada seorangpun yang dapat menghalangi perubahan. Karena perubahan adalah sesuatu yang pasti. Barang siapa yang berdiri menentangnya maka niscaya dia akan hancur”
Benar tuan perkataan kaum intelektual tersebut, yang kebanyakan hasil didikan dunia Barat. Sayapun tak hendak menentangnya, namun satu hal tuan, segala perubahan yang terjadi dalam kehidupan kita ini hendaknya disesuaikan dengan ajaran agama dan adat kita bukan sebaliknya. Coba saya tanya tuan “Siapakah gerangan yang menggerakkan segala perubahan yang terjadi dalam kehidupan kita umat manusia zaman sekarang?”
Atau tuan hendak mengatakan bahwasanya segala perubahan yang terjadi di dunia ini berjalan begitu saja tanpa ada yang merancangnya? Tanpa ada yang menggerakkannya? Benarkah serupa itu duhai tuan yang mulia?
Ada sesuatu dalam diri kita yang hendak diambil, bukan tuan..bukan diambil..melainkan dirampas. Apakah itu duhai tuan? Agama kita, agama kita tuan..agama kita..
Janganlah sampai kita kehilangan sifat “sabar” jangan sampai kita kehilangan kepedualian  kita kepada saudara kita. “Biarkan saja mereka, asalkan apa yang dilakukannya tidak mendatangkan kerugian kepada kita.” Itu merupakan contoh pernyataan yang keluar dari mulut seseorang yang telah kehilangan kepeduliannya kepada sesama, egois, dan individualis. Semoga Allah Ta’ala menjauhkan kita dari sifat semacam itu...
Semoga kita umat Islam tetap berpegang teguh kepada agama kita, jangan lah sekali-kali tuan berucap “Kehidupan agama merupakan urusan pribadi ku, jadi jangan engku coba-coba untuk mencampurinya. Kapan aku hendak shalat, apakah aku akan mengerjakan perintah ataupun menjauhi larangan agama merupakan urusan ku. Bukankah aku juga yang akan berdosa ataupun mendapat pahala. Ini negara bukan negara agama, negara ini negara bebas. Jadi janganlah engku berlagak sok lebih tahu agama dari aku. Karena siapa tahu pengetahuan agama ku jauh lebih banyak dari engku..
Benar tuan, pengetahuan agama tuan mungkin lebih banyak dari saya. Syukurlah kalau begitu, tapi sayangnya pengamalan dalam kehidupan sehari-hari serta kesadaran untuk menjalani hukum-hukum agama sangatlah kurang pada diri tuan. Saya tak hendak mengajari, saya hanya berkeinginan membuka pintu hati tuan, jangalah tuan berpaling terus dari ajaran agama kita. Rumput di halaman jiran lebih hijau dari rumput di halaman sendiri, janganlah begitu hendaknya tuan...


Sumber gambar:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar