Selasa, 06 Maret 2012

Cinta..


Cinta atau Nafsu

Saat kecil ku pernah bertanya
Bahwa arti cinta pada bunda
Bunda pun menjawab
Cinta adalah kasih sayang ibu dan anaknya

Saat ku mulai branjak dewasa
Pada sahabat kupun bertanya
Diapun menjawab cinta adalah
Kasih sayang dua insan manusia

Ref:
Dan kau yang mampu menjawab
Makna cinta yang slalu ku tanyakan

Dan kau yang terjerat rasa cinta
Hanya pendamkan cahya suka dan duka

Ku trus mencoba tuk bertanya
Walau kini ku terjerat cinta
Bundapun menjawab dan berkata
Mungkin cinta hanya tuk dirasa

Ref:
Suka duka akan mewarnai cintai
Yang menyatukan dua insan berbeda
Mungkin tak kan ku temukan makna cinta
Sebelum ku menjalaninya...



Judul lagu tersebut ialah “Makna Cinta” yang dinyanyikan oleh seorang penyanyi yang bernama Bram. Bukan Bram vocalis grup band Samson, kemunculannya lebih awal dari kemunculan grup band Samson. Namun sayangnya popularitasnya tidak begitu terdengar, bahkan lagunyapun jarang terdengar diputar di televisi ataupun radio. Lagu ini ku dengar sekitar tahun 2005, ketika itu aku masih kuliah di Unand. Beberapa kali vidio klipnya diputar di salah satu tv swasta daerah di Bukittinggi, dan hanya sekali ku dengar diperdendangkan oleh stasiun radio di kota tersebut.

Mulanya, seperti para pendengar lagu kebanyakan. aku hanya sekedar mendengarkannya saja. Sebab irama dan suara sang penyanyi begitu menggugah. Namun lama kelamaan, telingaku yang mada ini mulai dapat menangkap beberapa lirik yang dinyanyikan oleh sang penyanyi.
Cinta, memang suatu perkara yang tak ada habisnya jikalau dikaji. Karena setiap makhluk hidup merasakan yang dinamakan “cinta”. Awalnya ku kira hanya manusia, namun setelah ku amat-amati rupanya binatang memiliki rasa cinta. Walaupun rasa cinta yang muncul pada binatang dapat kita perdebatkan lebih dalam. Mungkin disini kita dapat membedakan antara “cinta” dan “nafsu”. Apakah kedua perkara itu sama?
Saat kecilku pernah bertanya, bahwa arti cinta pada bunda, bundapun menjawab, cinta adalah kasih sayang ibu dan anaknya. Katakan pada ku tuan, apa gerangan pendapat tuan mengenai lirik lagu ini. Tahap awal dari kehidupan kita, kita belum dapat sepenuhnya menafsirkan apa itu arti cinta. Cinta kepada ibu, ayah, saudara, dan cinta kepada orang-orang disekitar kita. Apakah sama?
Kita hanya mengenal orang-orang terdekat kita, ibu, ayah, kakek, nenek, adik, kakak, nenek, kakek, pakcik, dan lain sebagainya. Kita belum dapat membedakan rasa cinta yang kita rasakan tersebut. Namun sesungguhnya hati kita yang masih bersih tersebut dapat merasakan bahwa apa yang kita rasakan kepada kedua orang tua kita, kepada kaka atau adik, serta kepada kakek dan nenek, tidaklah sama. Bagaimana cara membedakannya?
Saat ku mulai branjak dewasa, Pada sahabat kupun bertanya, Diapun menjawab cinta adalah, Kasih sayang dua insan manusia. Semakin besar kita mulai merasakan ketertarikan kepada lawan jenis. Walau ada beberapa yang memiliki kelainan justeru tertarik kepada sesama jenis. Namun dalam hal ini kami berkeberatan jika ini disebut cinta melainkan nafsu. Mungkin tuan ingin mendebat saya, tak apalah nanti kita lanjutkan.
Cinta kepada seseorang yang menurut kita menarik, mungkin itulah yang pertama kali kita rasakan. Namun seiring bertambahnya usia, kitapun semakin menyadari dan memahami akan rasa yang muncul dihati. Nafsukah atau cinta, suatu rasa yang dalam atau hanya sekedar rasa keingintahuan yang belum terjawab.
Sesungguhnya cinta menyimpan misteri. Kebanyakan dia muncul diiringi nafsu, cinta karena cantik/tampan, cinta karena harta, cinta karena pekerjaannnya, cinta karena kepintarannya, atau sebab-sebab lainnya. Sesungguhnya itu bukan cinta, melainkan nafsu. Ego yang timbul akibat lemahnya iman manusia zaman sekarang. Seperti apapun rupanya, akhlaknya, ataupun agamanya yang penting dia sudah bekerja, memiliki penghasilan, dan berharta. Itulah prinsip manusia zaman sekarang.
Masihkah patutkah tuan, hal semacam itu kita sebut dengan cinta? Cinta karena kecantikan atau ketampanannya, bagaimana jika dia sudah tak cantik atau tampan lagi, kulitnya mulai mengerut, badannya mulai bau, dan tak lagi sekuat dulu.
Karena harta atau pekerjaannya? Bagaimana jika dia jatuh miskin, diberhentikan dari tempat dirinya bekerja. Masihkah tuan, engku, atau encik mencintainya?
Atau karena dia pintar atau orang berpangkat. Bagaimana jika karirnya hancur? Masihkah tuan, engku, atau encik kan berada disisinya?
Atau sekedar terburu-buru karena deadline umur yang sudah terbilang tua untuk menikah, takut tak dapat jodoh, jadi perawan tua atau bujang lapuk? Lupakah tuan, engku, dan encik akan agama kita? Bukankah Allah lah yang kuasa atas segalanya, kita hanya bisa berusaha, bersabar, dan bertawakal. Kenapa tak hendak bersabar, kalau seandainya diminta menunggu agak beberapa bulan atau setahun misalnya? Atau kalau belumlah bersua dengan belahan jiwa, patutkah kita paksakan jua untuk menikah?
Suka duka akan mewarnai cintai, Yang menyatukan dua insan berbeda, Mungkin tak kan ku temukan makna cinta, Sebelum ku menjalaninya...
Ya.. kita takkan memahami makna dari cinta sebelum kita merasakan sakit dan bahagia karena cinta. Segala perkara yang mengiringi rasa cinta akan menambah kedewasaan kita dalam menghadapinya. Walau terkadang terperosok jua ke dalam jurang kesalahan karena ketika hati dikendalikan cinta maka akal sehat tak lagi bertindak. Segala indera kita dibutakan, penglihatan, pendengaran, dan perasaan menjadi tak berguna. Karena kita terbelenggu oleh cinta, cinta yang disertai nafsu.
Mudaha-mudaha, saya, tuan, engku, dan encik termasuk ke dalam orang-orang yang diberi rahmat oleh Allah Ta’ala dalam menghadapi perkara ini. Jangan sampai hendaknya hati ini dikendalikan oleh nafsu yang bersembunyi dibalik rasa cinta. Karena sekuat-kuatnya iman seseorang, tetap saja dia akan kepayahan menghadapi perkara yang satu ini. Tak peduli seorang ulama atau orang biasa, dia akan berhadapan dengan rasa yang bernama “cinta”. Hanya saja cara menghadapinya saja yang berbeda.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Selasa, 06 Maret 2012

Cinta..


Cinta atau Nafsu

Saat kecil ku pernah bertanya
Bahwa arti cinta pada bunda
Bunda pun menjawab
Cinta adalah kasih sayang ibu dan anaknya

Saat ku mulai branjak dewasa
Pada sahabat kupun bertanya
Diapun menjawab cinta adalah
Kasih sayang dua insan manusia

Ref:
Dan kau yang mampu menjawab
Makna cinta yang slalu ku tanyakan

Dan kau yang terjerat rasa cinta
Hanya pendamkan cahya suka dan duka

Ku trus mencoba tuk bertanya
Walau kini ku terjerat cinta
Bundapun menjawab dan berkata
Mungkin cinta hanya tuk dirasa

Ref:
Suka duka akan mewarnai cintai
Yang menyatukan dua insan berbeda
Mungkin tak kan ku temukan makna cinta
Sebelum ku menjalaninya...



Judul lagu tersebut ialah “Makna Cinta” yang dinyanyikan oleh seorang penyanyi yang bernama Bram. Bukan Bram vocalis grup band Samson, kemunculannya lebih awal dari kemunculan grup band Samson. Namun sayangnya popularitasnya tidak begitu terdengar, bahkan lagunyapun jarang terdengar diputar di televisi ataupun radio. Lagu ini ku dengar sekitar tahun 2005, ketika itu aku masih kuliah di Unand. Beberapa kali vidio klipnya diputar di salah satu tv swasta daerah di Bukittinggi, dan hanya sekali ku dengar diperdendangkan oleh stasiun radio di kota tersebut.

Mulanya, seperti para pendengar lagu kebanyakan. aku hanya sekedar mendengarkannya saja. Sebab irama dan suara sang penyanyi begitu menggugah. Namun lama kelamaan, telingaku yang mada ini mulai dapat menangkap beberapa lirik yang dinyanyikan oleh sang penyanyi.
Cinta, memang suatu perkara yang tak ada habisnya jikalau dikaji. Karena setiap makhluk hidup merasakan yang dinamakan “cinta”. Awalnya ku kira hanya manusia, namun setelah ku amat-amati rupanya binatang memiliki rasa cinta. Walaupun rasa cinta yang muncul pada binatang dapat kita perdebatkan lebih dalam. Mungkin disini kita dapat membedakan antara “cinta” dan “nafsu”. Apakah kedua perkara itu sama?
Saat kecilku pernah bertanya, bahwa arti cinta pada bunda, bundapun menjawab, cinta adalah kasih sayang ibu dan anaknya. Katakan pada ku tuan, apa gerangan pendapat tuan mengenai lirik lagu ini. Tahap awal dari kehidupan kita, kita belum dapat sepenuhnya menafsirkan apa itu arti cinta. Cinta kepada ibu, ayah, saudara, dan cinta kepada orang-orang disekitar kita. Apakah sama?
Kita hanya mengenal orang-orang terdekat kita, ibu, ayah, kakek, nenek, adik, kakak, nenek, kakek, pakcik, dan lain sebagainya. Kita belum dapat membedakan rasa cinta yang kita rasakan tersebut. Namun sesungguhnya hati kita yang masih bersih tersebut dapat merasakan bahwa apa yang kita rasakan kepada kedua orang tua kita, kepada kaka atau adik, serta kepada kakek dan nenek, tidaklah sama. Bagaimana cara membedakannya?
Saat ku mulai branjak dewasa, Pada sahabat kupun bertanya, Diapun menjawab cinta adalah, Kasih sayang dua insan manusia. Semakin besar kita mulai merasakan ketertarikan kepada lawan jenis. Walau ada beberapa yang memiliki kelainan justeru tertarik kepada sesama jenis. Namun dalam hal ini kami berkeberatan jika ini disebut cinta melainkan nafsu. Mungkin tuan ingin mendebat saya, tak apalah nanti kita lanjutkan.
Cinta kepada seseorang yang menurut kita menarik, mungkin itulah yang pertama kali kita rasakan. Namun seiring bertambahnya usia, kitapun semakin menyadari dan memahami akan rasa yang muncul dihati. Nafsukah atau cinta, suatu rasa yang dalam atau hanya sekedar rasa keingintahuan yang belum terjawab.
Sesungguhnya cinta menyimpan misteri. Kebanyakan dia muncul diiringi nafsu, cinta karena cantik/tampan, cinta karena harta, cinta karena pekerjaannnya, cinta karena kepintarannya, atau sebab-sebab lainnya. Sesungguhnya itu bukan cinta, melainkan nafsu. Ego yang timbul akibat lemahnya iman manusia zaman sekarang. Seperti apapun rupanya, akhlaknya, ataupun agamanya yang penting dia sudah bekerja, memiliki penghasilan, dan berharta. Itulah prinsip manusia zaman sekarang.
Masihkah patutkah tuan, hal semacam itu kita sebut dengan cinta? Cinta karena kecantikan atau ketampanannya, bagaimana jika dia sudah tak cantik atau tampan lagi, kulitnya mulai mengerut, badannya mulai bau, dan tak lagi sekuat dulu.
Karena harta atau pekerjaannya? Bagaimana jika dia jatuh miskin, diberhentikan dari tempat dirinya bekerja. Masihkah tuan, engku, atau encik mencintainya?
Atau karena dia pintar atau orang berpangkat. Bagaimana jika karirnya hancur? Masihkah tuan, engku, atau encik kan berada disisinya?
Atau sekedar terburu-buru karena deadline umur yang sudah terbilang tua untuk menikah, takut tak dapat jodoh, jadi perawan tua atau bujang lapuk? Lupakah tuan, engku, dan encik akan agama kita? Bukankah Allah lah yang kuasa atas segalanya, kita hanya bisa berusaha, bersabar, dan bertawakal. Kenapa tak hendak bersabar, kalau seandainya diminta menunggu agak beberapa bulan atau setahun misalnya? Atau kalau belumlah bersua dengan belahan jiwa, patutkah kita paksakan jua untuk menikah?
Suka duka akan mewarnai cintai, Yang menyatukan dua insan berbeda, Mungkin tak kan ku temukan makna cinta, Sebelum ku menjalaninya...
Ya.. kita takkan memahami makna dari cinta sebelum kita merasakan sakit dan bahagia karena cinta. Segala perkara yang mengiringi rasa cinta akan menambah kedewasaan kita dalam menghadapinya. Walau terkadang terperosok jua ke dalam jurang kesalahan karena ketika hati dikendalikan cinta maka akal sehat tak lagi bertindak. Segala indera kita dibutakan, penglihatan, pendengaran, dan perasaan menjadi tak berguna. Karena kita terbelenggu oleh cinta, cinta yang disertai nafsu.
Mudaha-mudaha, saya, tuan, engku, dan encik termasuk ke dalam orang-orang yang diberi rahmat oleh Allah Ta’ala dalam menghadapi perkara ini. Jangan sampai hendaknya hati ini dikendalikan oleh nafsu yang bersembunyi dibalik rasa cinta. Karena sekuat-kuatnya iman seseorang, tetap saja dia akan kepayahan menghadapi perkara yang satu ini. Tak peduli seorang ulama atau orang biasa, dia akan berhadapan dengan rasa yang bernama “cinta”. Hanya saja cara menghadapinya saja yang berbeda.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar