Sabtu, 09 Juni 2012

Kritislah Terhadap Media


Melawan Arus

Melawan arus atau berfikir melawan arus, apa yang engku tangkap dari perkataan ini? Bukan engku, sekali bukan. Kami paham maksud engku, pastinya pola berfikir seperti yang dipertontonkan oleh ­agen-agen zionis di negara kita bukan? Para SEPILIS yang berusaha menghancurkan akidah dan keyakinan umat beragama di negara ini. Berfikir bebas, menghujat agama dan keyakinan, mendobrak tradisi, mengerjakan yang terpantangkan selama ini di tengah-tengah masyrakat kita.


Bukan engku, sekali lagi bukan. Yang kami maksudkan dengan berfikir melawan arus ialah suatu pola berfikir yang bertolak belakang dengan yang dilakukan oleh banyak orang (masyarakat awam). Tahukak engku, para ilmuwan telah mengelompokkan cara berfikir manusia kepada dua kelompok yakni cara berfikir awam (commonsense) dan ilmiah (scientific). Sebenarnya ada satu lagi yakni cara berfikir filosofis yang merupakan cara berfikir paling hebat. Namun sayangnya kami belum dapat memahaminya dengan baik. Oleh karena itu kita hanya akan membahas kedua cara berfikir yang tersebut di atas.

Cara berfikir awam atau bahasa kerennya ialah commonsense, merupakan cara berfikir masyarakat kebanyakan. Maksudnya ialah suatu cara berfikir yang tidak mendasari pendapat ataupun kesimpulan yang didapat pada penyidikan atas suatu kejadian (fenomena) yang disaksikan. Orang-orang yang berfikir semacam ini selalu mengambil suatu kesimpulan tanpa perenungan ataupun penyidikan mendalam atas fenomena ataupun permasalahan yang mereka hadapi. Mereka mempercayai begitu saja atas suatu informasi yang mereka dapat, kalaupun dilakukan penyidikan maka hanya sebatas membandingkan dengan satu atau dua sumber lainnya.

Akhirnya fikiran semacam itu melahirkan gagasan-gagasan umum yang kemudian menjadi lazim dan dapat diterima ditengah-tengah masyarakat. Intinya mereka mempercayai karena mereka tidak pernah menemukan dan memang mereka tidak pernah berusaha untuk menemukannya. Contoh sederhananya ialah seperti ini: Sudah menjadi kelaziman dalam masyarakat di negara ini apabila terjadi suatu tindaka terorisme seperti pengeboman pada tempat-tempat umum maka tuduhan akan segera mengarah kepada Kaum Radikalis yang cirikhas mereka ialah berjenggot, bergamis, dan memperjuangkan tegaknya Syari’at Islam di negara ini. Hal ini diberitakan dengan luas oleh media, hampir setiap media, apakah itu televisi, radio, koran, maupun internet menyuarakan hal serupa. Dan masyarakat awam pada umumnya percaya, percaya begitu saja atas informasi yang disampaikan. Walaupun mereka mengetahui dengan pasti ajaran agama mereka bahwa suatu tindakan semacam itu juga dilarang oleh agama mereka, namun mereka tetap percaya. Fikiran mereka telah teralihkan, sudah tidak merdeka lagi, telah dijajah oleh orang(kelompok orang) yang menguasai media.

Lalu bagaimana dengan cara berfikir ilmiah, duhai engku? Tatkala masih kuliah dahulu, salah seorang dosen kami pernah berujar “Tahukah engku, bagaimana ilmu itu dapat wujud sampai dihadapan kita..?”

Kami para mahasiswa tak dapat menjawab pertanyaan filosofis macam itu. Melihat kami diam tak menjawab maka dosen kamipun akhirnya memutuskan untuk menjawab sendiri pertanyaan yang diajukannya tadi “Ilmu itu engku-engku sekalian, berasal dari pertanyaan. Bagaimana pertanyaan itu dapat muncul? Yakni dengan meragukan segala persoalan yang dihadapi. Ciri orang berilmu ialah tidak mudah percaya, selalu meragukan yakni dengan mengajukan berbagai pertanyaan untuk mengujinya. Jika pertanyaan tadi sudah tak dapat dijawab maka itulah kebenaran tersebut.”


Begitu jugalah hendaknya engku, apabila sampai kepada kita suatu kabar berita perihal sesuatu perkara. Terutama kabar berita yang disampaikan oleh media-media yang saat ini lebih banyak dikuasai oleh orang-orang yang membenci Hukum Allah maka alangkah baiknya jika kita memeriksanya terlebih dahulu. Itulah yang dimaksudkan oleh Tuan Dosen kami dengan “meragukan”. Periksalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan dari berbagai sudut pandang. Sehingga kita tidak termasuk kepada orang-orang bodoh yang mempercayai apa yang dia lihat dan dia dengar.

Tahukah engku bagaimana cara mengajukan pertanyaan tersebut? Yakni dengan menggunakan konsep 5W + 1H. Tahukah engku dengan rumus semacam itu? Engku, itu bukanlah merupakan rumus Aljabar. Pabila ditanya kepada anak-anak yang belajar pada jurusan ilmu pasti, pastilah mereka tak dapat menjelaskannya. Hanya anak-anak dari bidang ilmu kemasyarakatanlah (terutama Sejarah dan Sosiologi) yang dapat menjawabnya.

Makna dari 5W ialah What, Where, When, Who, Why. Sedangkan 1H ialah How. Itulah engku, supaya kita tidak dapat dengan mudah disesatkan oleh informasi dari orang-orang fasik, munafik, dan kafir maka ajukanlah pertanyaan tersebut terhadap suatu kabar berita. 1. Apa yang disampaikan 2. Dimana tempat kejadiannya 3. Kapan terjadinya 4. Siapa yang melakukannya 5. Kenapa hal tersebut terjadi, kenapa dia (orang yang disangkakan) melakukan hal tersebut. Dan yang terakhir, 6. Bagaimana hal itu dapat terjadi.
Dua pertanyaan terakhir yakni kenapa dan bagaimana merupakan pertanyaan yang teramat penting. Kita harus hati-hati dan memeriksa jawaban yang kita dapati dengan benar. Bandingkan satu sumber dengan sumber lainnya. Namun yang terpenting ialah jangan mudah percaya pada jawapan yang engku dapat pada kedua pertanyaan tersebut. Ragukanlah..

Pada tahap ini (yakni menjawab dua pertanyaan penting ini) biasanya terjadi pembelokkan kebenaran. Jadi kita harus hati-hati, terus memperluas pengetahuan kita sehingga kita tidak dengan mudah dibohongi apalagi diperbodohi oleh orang fasik, munafik, ataupun orang kafir.

Itulah yang kami maksudkan dengan berfikir melawan arus engku. Jangan mudah percaya apa yang telah dipercayai oleh masyarakat kebanyakan. Sebab pendapat masyarakat banyak itu sangat mudah sekali dibentuk ataupun dialihkan. Mereka lebih mempercayai apa yang mereka lihat dan dengar. Apabila kita menentang pendapat mereka maka dengan mudah mereka menuduh kita dengan tuduhan yang telah ditanamkan ke dalam akal fikiran mereka yakni “radikal, fundamentalis, ataupun terorist”.

Seorang negarawan muslim abad pertengahan pernah berpendapat “Janganlah sekali-kali urusan politik suatu negara diserahkan kepada rakyat kebanyakan. Sebab kebanyakan dari rakyat itu ialah bodoh..”


sumber gambar: internet
juga dimuat di: http://soeloehmelajoe.wordpress.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sabtu, 09 Juni 2012

Kritislah Terhadap Media


Melawan Arus

Melawan arus atau berfikir melawan arus, apa yang engku tangkap dari perkataan ini? Bukan engku, sekali bukan. Kami paham maksud engku, pastinya pola berfikir seperti yang dipertontonkan oleh ­agen-agen zionis di negara kita bukan? Para SEPILIS yang berusaha menghancurkan akidah dan keyakinan umat beragama di negara ini. Berfikir bebas, menghujat agama dan keyakinan, mendobrak tradisi, mengerjakan yang terpantangkan selama ini di tengah-tengah masyrakat kita.


Bukan engku, sekali lagi bukan. Yang kami maksudkan dengan berfikir melawan arus ialah suatu pola berfikir yang bertolak belakang dengan yang dilakukan oleh banyak orang (masyarakat awam). Tahukak engku, para ilmuwan telah mengelompokkan cara berfikir manusia kepada dua kelompok yakni cara berfikir awam (commonsense) dan ilmiah (scientific). Sebenarnya ada satu lagi yakni cara berfikir filosofis yang merupakan cara berfikir paling hebat. Namun sayangnya kami belum dapat memahaminya dengan baik. Oleh karena itu kita hanya akan membahas kedua cara berfikir yang tersebut di atas.

Cara berfikir awam atau bahasa kerennya ialah commonsense, merupakan cara berfikir masyarakat kebanyakan. Maksudnya ialah suatu cara berfikir yang tidak mendasari pendapat ataupun kesimpulan yang didapat pada penyidikan atas suatu kejadian (fenomena) yang disaksikan. Orang-orang yang berfikir semacam ini selalu mengambil suatu kesimpulan tanpa perenungan ataupun penyidikan mendalam atas fenomena ataupun permasalahan yang mereka hadapi. Mereka mempercayai begitu saja atas suatu informasi yang mereka dapat, kalaupun dilakukan penyidikan maka hanya sebatas membandingkan dengan satu atau dua sumber lainnya.

Akhirnya fikiran semacam itu melahirkan gagasan-gagasan umum yang kemudian menjadi lazim dan dapat diterima ditengah-tengah masyarakat. Intinya mereka mempercayai karena mereka tidak pernah menemukan dan memang mereka tidak pernah berusaha untuk menemukannya. Contoh sederhananya ialah seperti ini: Sudah menjadi kelaziman dalam masyarakat di negara ini apabila terjadi suatu tindaka terorisme seperti pengeboman pada tempat-tempat umum maka tuduhan akan segera mengarah kepada Kaum Radikalis yang cirikhas mereka ialah berjenggot, bergamis, dan memperjuangkan tegaknya Syari’at Islam di negara ini. Hal ini diberitakan dengan luas oleh media, hampir setiap media, apakah itu televisi, radio, koran, maupun internet menyuarakan hal serupa. Dan masyarakat awam pada umumnya percaya, percaya begitu saja atas informasi yang disampaikan. Walaupun mereka mengetahui dengan pasti ajaran agama mereka bahwa suatu tindakan semacam itu juga dilarang oleh agama mereka, namun mereka tetap percaya. Fikiran mereka telah teralihkan, sudah tidak merdeka lagi, telah dijajah oleh orang(kelompok orang) yang menguasai media.

Lalu bagaimana dengan cara berfikir ilmiah, duhai engku? Tatkala masih kuliah dahulu, salah seorang dosen kami pernah berujar “Tahukah engku, bagaimana ilmu itu dapat wujud sampai dihadapan kita..?”

Kami para mahasiswa tak dapat menjawab pertanyaan filosofis macam itu. Melihat kami diam tak menjawab maka dosen kamipun akhirnya memutuskan untuk menjawab sendiri pertanyaan yang diajukannya tadi “Ilmu itu engku-engku sekalian, berasal dari pertanyaan. Bagaimana pertanyaan itu dapat muncul? Yakni dengan meragukan segala persoalan yang dihadapi. Ciri orang berilmu ialah tidak mudah percaya, selalu meragukan yakni dengan mengajukan berbagai pertanyaan untuk mengujinya. Jika pertanyaan tadi sudah tak dapat dijawab maka itulah kebenaran tersebut.”


Begitu jugalah hendaknya engku, apabila sampai kepada kita suatu kabar berita perihal sesuatu perkara. Terutama kabar berita yang disampaikan oleh media-media yang saat ini lebih banyak dikuasai oleh orang-orang yang membenci Hukum Allah maka alangkah baiknya jika kita memeriksanya terlebih dahulu. Itulah yang dimaksudkan oleh Tuan Dosen kami dengan “meragukan”. Periksalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan dari berbagai sudut pandang. Sehingga kita tidak termasuk kepada orang-orang bodoh yang mempercayai apa yang dia lihat dan dia dengar.

Tahukah engku bagaimana cara mengajukan pertanyaan tersebut? Yakni dengan menggunakan konsep 5W + 1H. Tahukah engku dengan rumus semacam itu? Engku, itu bukanlah merupakan rumus Aljabar. Pabila ditanya kepada anak-anak yang belajar pada jurusan ilmu pasti, pastilah mereka tak dapat menjelaskannya. Hanya anak-anak dari bidang ilmu kemasyarakatanlah (terutama Sejarah dan Sosiologi) yang dapat menjawabnya.

Makna dari 5W ialah What, Where, When, Who, Why. Sedangkan 1H ialah How. Itulah engku, supaya kita tidak dapat dengan mudah disesatkan oleh informasi dari orang-orang fasik, munafik, dan kafir maka ajukanlah pertanyaan tersebut terhadap suatu kabar berita. 1. Apa yang disampaikan 2. Dimana tempat kejadiannya 3. Kapan terjadinya 4. Siapa yang melakukannya 5. Kenapa hal tersebut terjadi, kenapa dia (orang yang disangkakan) melakukan hal tersebut. Dan yang terakhir, 6. Bagaimana hal itu dapat terjadi.
Dua pertanyaan terakhir yakni kenapa dan bagaimana merupakan pertanyaan yang teramat penting. Kita harus hati-hati dan memeriksa jawaban yang kita dapati dengan benar. Bandingkan satu sumber dengan sumber lainnya. Namun yang terpenting ialah jangan mudah percaya pada jawapan yang engku dapat pada kedua pertanyaan tersebut. Ragukanlah..

Pada tahap ini (yakni menjawab dua pertanyaan penting ini) biasanya terjadi pembelokkan kebenaran. Jadi kita harus hati-hati, terus memperluas pengetahuan kita sehingga kita tidak dengan mudah dibohongi apalagi diperbodohi oleh orang fasik, munafik, ataupun orang kafir.

Itulah yang kami maksudkan dengan berfikir melawan arus engku. Jangan mudah percaya apa yang telah dipercayai oleh masyarakat kebanyakan. Sebab pendapat masyarakat banyak itu sangat mudah sekali dibentuk ataupun dialihkan. Mereka lebih mempercayai apa yang mereka lihat dan dengar. Apabila kita menentang pendapat mereka maka dengan mudah mereka menuduh kita dengan tuduhan yang telah ditanamkan ke dalam akal fikiran mereka yakni “radikal, fundamentalis, ataupun terorist”.

Seorang negarawan muslim abad pertengahan pernah berpendapat “Janganlah sekali-kali urusan politik suatu negara diserahkan kepada rakyat kebanyakan. Sebab kebanyakan dari rakyat itu ialah bodoh..”


sumber gambar: internet
juga dimuat di: http://soeloehmelajoe.wordpress.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar