Radikalis VS Radikalis
Beberapa saat yang lalu orang-orang di Jakarta heboh dengan mengadakan demo. Mereka menuntut pembubaran FPI (Front Pembela Islam) yang menurut mereka organisasi radikal di Indonesia. Mereka kesal dengan tingkah polah FPI yang menurut mereka meresahkan, radikal, dan fundamentalis. Jauh-jauh hari telah benyak suara yang mengampanyekan pembubaran organisasi masa ini.
Seorang kawan yang suka sekali dengan kehidupan hedonis, tipe orang yang menganggap tubuh perempuan merupakan karya seni yang paling agung dan patut untuk diekspos. Orang dengan kehidupan bebas yang tidak memedulikan segala aturan yang ada. Dia termasuk ke dalam golongan orang-orang yang membenci FPI, seperti kata orang kampung ku bacirik atino mancaliak FPI.
Apa yang salah dengan FPI?
Sebelum kita mengkaji kesalahan dari FPI, sebelum kita membahas kemuakan para liberalis dan sekularis terhadap organisasi ini. Alangkah eloknya jika kaji terlebih dahulu penyebab kelahirannya. Kenapa atau why merupakan pertanyaan mendasar dalam suatu penelitian. Tanpa menjawab ataupun mengajukan pertanyaan semacam ini maka mustahil semuanya akan terbuka secara lugas.
Secara perlahan semenjak berdirinya negara ini, perkembangan kehidupan bernegara mengarah ke satu titik yakni liberalisme dan sekularisme. selama pemerintahan Soekarno, ideologi Islam dihabisi. Selama pemerintahan Soeharto, kembali Islam ditekan dengan disebut sebagai ekstrim kanan. Dan untuk yang kesekian kalinya dalam era Reformasi, Islam kembali ditekan dengan disebut sebagai fundamentalis, radikalis, dan teroris.
Tidak ada asap kalau tidak ada api, begitu kata orang-orang. Kenapa, sekali lagi kenapa FPI bisa lahir? Karena kezaliman negara terhadap rakyatnya, Islam diperlakukan sebagai anak tiri, pemerintahan melanjutkan agenda dari negara asing untuk memerangi Ideologi Islam, perang terhadap terorisme.
Kemunculan FPI disebabkan karena keresahan melihat kehidupan masyarakat terutama umat Islam yang semakin jauh dari syari’at. Tempat pelacuran semakin terang-terangan, tempat hiburan malam semakin menjamur, dan bulan suci tidak lagi dihormat. Kami juga butuh hiburan, tidak hanya umat Islam. Kata para fundamentalis liberal. Hati siapa yang tak kan panas ketika bulan sucinya dinodai dengan maksiat, ketika banyak dari orang-orang yang mengaku beragama Islam basipakak banak terhadap ajaran agamanya, bahkan cenderung melecehkan ajaran agamanya sendiri. Hati siapa yang takkan panas?
buanglah segala keraguan terhadap syari'at |
Kalau memang seandainya negara hendak menghapuskan segala macam bentuk radikalisme dalam Islam, bukan dengan cara menangkap, menyiksa, dan memfitnah bahwa mereka teroris. Melainkan dengan mengambil posisi ditengah. Kalau memang tidak suka dengan radikalisme Islam maka jangan berteman dengan radikalis SEPILIS.
Kenyataannya ialah, yang dianggap radikal hanya umat Islam sedangkan para penghujat malah mendapat tempat dan pujian sebagai pembaharu, orang yang berfikir terbuka, para intelektual, cendekiawan. Hati siapa yang takkan panas?
Kalau memang tidak suka radikalisme, maka hapuskan atau tindak segala macam bentuk radikalisme. Apakah itu dalam Islam atapun Ideologi lainnya. Tangkapi juga para penghujat agama..
Selama negara masih menganak tirikan Islam, maka akan selama itu radikalisme dalam Islam akan tumbuh subur. Hilang satu tumbuh seribu. Ketidak puasan itulah pangkalnya, itulah benihnya. Hancurkan benih itu dengan bersikap adil terhadap umat Islam, bukan sebaliknya.
sumber foto:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar