Selasa, 15 November 2011

Kritislah terhadap berita


Rancangan untuk Indonesia yang Sekuler

Dewasa ini “orang-orang hebat” di Jakarta sering menyebut-nyebut perihal pluralisme dan multikulturalisme. Semua ini biasanya berujung pada kebebasan beragama. Isu ini muncul melihat gejolak ketidak nyamanan dikalangan anak bangsa yang cenderung/mudah terjerumus pada konflik yang berlatar belakang ras ataupun agama. Kita sendiri tidak pernah tahu bagaimana konflik ini bermula di masa moderen ini, hanya saja kita sudah mendengar dari media perihal konflik ini. Sungguh aneh dan menyedihkan karena seiring dengan konflik antar agama muncul, maka muncul pula isu pluralisme, liberalisme, sekularisme, dan multikulturalisme. Salah seorang aktivis Kontras ketika dimintai pendapatnya oleh media menyikapi kasus pengusiran jemaat gereja di Bogor beberapa minggu yang lalu mengungkapkan bahwa ada kepentingan politik yang terlibat di dalam konflik ini.

Hal inilah rupanya selama ini terasa namun begitu sukar untuk diungkapkan. Ya.. kepentingan politik, karena seperti yang kita ketahui, gerakan politik di Indonesia saat ini mengarah pada satu titik, yakni berusaha merubah ideologi negara ini menjadi berazas pada sekularisme. Dengan menjadikan Islam sebagai sasaran tembak. Namun mereka selalu berusaha menutupi gerak-gerik mereka dengan mengemukakan alasan gombal yakni “Pancasila” yang selama ini menjadi dasar negara. Lupa mereka tampaknya pada sila pertama.

Kita tidak pernah tahu, selain yang diberitakan oleh media tentunya. Pendek kata, kita hanya tahu apa yang diingin oleh orang-orang ini. Kita tak pernah tahu bagaimana urutan kronologisnya selain dari yang diberitakan oleh media. Kita hanya tahu bahwa sekelompok politisi baru-baru ini mengeluarkan komentar mengecam aksi tersebut termasuk terhadap walikotanya. Kita hanya tahu kalau tindakan pengusiran ini merupakan tindakan buruk, merusak kehidupan antar umat beragama.

Sama kiranya ketika kita mendengar seorang ditangkap karena melakukan tindak pidana pembunuhan. Ketika pertama kali mendengar tentunya kita beranggapan bahwa si pembunuh ini tentunya bersalah. Namun setelah kita  menyimak lebih lanjut, mendengarkan alasan kenapa dia sampai hati membunuh. Maka masihkah kita beranggapan demikian, dia salah?

Misalnya, ada seorang yang membunuh karena ingin mempertahankan kehormatannya, seperti seorang perempuan yang hendak diperkosa. Dimana tidak ada pilihan lain bagi dirinya selain membunuh bajingan yang hendak memerkosanya atau kehormatannya yang direnggut. Atau seseorang yang berada dalam kondisi antara hidup dan mati, kalau dibiarkan orang yang mengancamnya maka dia yang akan mati. Namun sebaliknya jika dia membunuh orang tersebut maka jiwanya terselamatkan. Atau kisah lainnya, seperti seorang anak yang membunuh ayahnya karena tidak tahan melihat ibunya disiksa tiap hari oleh sang ayah. Masih banyak lagi kisah-kisah lainnya yang dapat membuka mata hati kita.

Namun tujuan utama dari tulisan ini ialah untuk membuka mata hati kita, supaya tidak sepenuhnya percaya kepada media. Kritislah terhadap semua informasi yang disajikan. Jangan terpengaruh terhadap nama besar dari media yang menyajikan berita tersebut. Karena dalam setiap berita selalu ada kepentingan, apakah politik maupun ideologi lainnya. Jangan sampai kita menjadi korban dari orang-orang yang berusaha mengendalikan negara ini. Cobalah mencari berita dari sumber lain, kemudian bandingkan. Jangan hanya melihat dari satu sudut pandang saja, karena jika begitu maka berarti kita membiarkan diri kita diarahkan kepada pendapat atau opini yang telah dirancang.

Setiap detik, langkah mereka kian dekat, genggaman mereka kian erat, dan kekuasaan mereka kian bertambah. Kekuasaan mereka bukan pada kuatnya cengkraman mereka dalam bidang politik, militer, ataupun ekonomi. Walau aspek tersebut juga ikut berpengaruh. Namun yang utama dalam zaman moderen ini ialah penguasaan teknologi, terutama media informasi yang dijadikan alat utama dalam mempengaruhi fikiran rakyat. Nagara kita kan negara demokrasi, maka pendapat atau opini rakyat sangatlah perlu untuk dibentuk demi menyokong kepentingan dinasti. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Selasa, 15 November 2011

Kritislah terhadap berita


Rancangan untuk Indonesia yang Sekuler

Dewasa ini “orang-orang hebat” di Jakarta sering menyebut-nyebut perihal pluralisme dan multikulturalisme. Semua ini biasanya berujung pada kebebasan beragama. Isu ini muncul melihat gejolak ketidak nyamanan dikalangan anak bangsa yang cenderung/mudah terjerumus pada konflik yang berlatar belakang ras ataupun agama. Kita sendiri tidak pernah tahu bagaimana konflik ini bermula di masa moderen ini, hanya saja kita sudah mendengar dari media perihal konflik ini. Sungguh aneh dan menyedihkan karena seiring dengan konflik antar agama muncul, maka muncul pula isu pluralisme, liberalisme, sekularisme, dan multikulturalisme. Salah seorang aktivis Kontras ketika dimintai pendapatnya oleh media menyikapi kasus pengusiran jemaat gereja di Bogor beberapa minggu yang lalu mengungkapkan bahwa ada kepentingan politik yang terlibat di dalam konflik ini.

Hal inilah rupanya selama ini terasa namun begitu sukar untuk diungkapkan. Ya.. kepentingan politik, karena seperti yang kita ketahui, gerakan politik di Indonesia saat ini mengarah pada satu titik, yakni berusaha merubah ideologi negara ini menjadi berazas pada sekularisme. Dengan menjadikan Islam sebagai sasaran tembak. Namun mereka selalu berusaha menutupi gerak-gerik mereka dengan mengemukakan alasan gombal yakni “Pancasila” yang selama ini menjadi dasar negara. Lupa mereka tampaknya pada sila pertama.

Kita tidak pernah tahu, selain yang diberitakan oleh media tentunya. Pendek kata, kita hanya tahu apa yang diingin oleh orang-orang ini. Kita tak pernah tahu bagaimana urutan kronologisnya selain dari yang diberitakan oleh media. Kita hanya tahu bahwa sekelompok politisi baru-baru ini mengeluarkan komentar mengecam aksi tersebut termasuk terhadap walikotanya. Kita hanya tahu kalau tindakan pengusiran ini merupakan tindakan buruk, merusak kehidupan antar umat beragama.

Sama kiranya ketika kita mendengar seorang ditangkap karena melakukan tindak pidana pembunuhan. Ketika pertama kali mendengar tentunya kita beranggapan bahwa si pembunuh ini tentunya bersalah. Namun setelah kita  menyimak lebih lanjut, mendengarkan alasan kenapa dia sampai hati membunuh. Maka masihkah kita beranggapan demikian, dia salah?

Misalnya, ada seorang yang membunuh karena ingin mempertahankan kehormatannya, seperti seorang perempuan yang hendak diperkosa. Dimana tidak ada pilihan lain bagi dirinya selain membunuh bajingan yang hendak memerkosanya atau kehormatannya yang direnggut. Atau seseorang yang berada dalam kondisi antara hidup dan mati, kalau dibiarkan orang yang mengancamnya maka dia yang akan mati. Namun sebaliknya jika dia membunuh orang tersebut maka jiwanya terselamatkan. Atau kisah lainnya, seperti seorang anak yang membunuh ayahnya karena tidak tahan melihat ibunya disiksa tiap hari oleh sang ayah. Masih banyak lagi kisah-kisah lainnya yang dapat membuka mata hati kita.

Namun tujuan utama dari tulisan ini ialah untuk membuka mata hati kita, supaya tidak sepenuhnya percaya kepada media. Kritislah terhadap semua informasi yang disajikan. Jangan terpengaruh terhadap nama besar dari media yang menyajikan berita tersebut. Karena dalam setiap berita selalu ada kepentingan, apakah politik maupun ideologi lainnya. Jangan sampai kita menjadi korban dari orang-orang yang berusaha mengendalikan negara ini. Cobalah mencari berita dari sumber lain, kemudian bandingkan. Jangan hanya melihat dari satu sudut pandang saja, karena jika begitu maka berarti kita membiarkan diri kita diarahkan kepada pendapat atau opini yang telah dirancang.

Setiap detik, langkah mereka kian dekat, genggaman mereka kian erat, dan kekuasaan mereka kian bertambah. Kekuasaan mereka bukan pada kuatnya cengkraman mereka dalam bidang politik, militer, ataupun ekonomi. Walau aspek tersebut juga ikut berpengaruh. Namun yang utama dalam zaman moderen ini ialah penguasaan teknologi, terutama media informasi yang dijadikan alat utama dalam mempengaruhi fikiran rakyat. Nagara kita kan negara demokrasi, maka pendapat atau opini rakyat sangatlah perlu untuk dibentuk demi menyokong kepentingan dinasti. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar