Selasa, 08 November 2011

Beribadahlah dengan sungguh-sungguh


Beretikalah di dalam Masjid..

Suatu peristiwa yang aneh, kalau tidak boleh jika disebut mengesalkan terjadi suatu ketika pada saat menunaikan Shalat Zuhur di surau. Ketika sedang asyiknya menunaikan ibadah shalat tiba-tiba terdengar bunyi telpon genggam. Walau imam tak bosan-bosannya memberi himbauan kepada para jamaah untuk mematikan (off) seluruh alat komunikasi milik mereka ketika berada dalam masjid, namun terkadang masih tetap ada saja yang lupa mematikannya.
Rupanya tidak untuk saat ini, karena jamaah yang bersangkutan sepertinya sengaja membiarkan telpon genggamnya tetap menyala selama dia berada di dalam masjid. Awalnya para jamaah mengira, dia akan mematikan atau setidaknya membiarkan sampai telponnya tersebut berhenti berdering. Rupanya tidak, dia berhenti shalat dan menjawab panggilan tersebut.
Alangkah herannya karena yang bersangkutan tidak pergi ke luar untuk menjawab panggilan telponnya melainkan tetap berada di dalam masjid hanya saja dia pergi agak ke belakang arah yang lebih dekat ke jamaah perempuan. Tentunya suaranya masih terdengar oleh jamaah lain yang sedang menunaikan ibadah Shalat Zuhur. Ketika shalat, biasanya surau atau masjid berada dalam keadaan sunyi, tentunya suara yang dibuat sekecil apapun akan terdengar oleh para jamaah. Setelah menyelesaikan percakapannya, orang yang bersangkutan tanpa ada rasa bersalah atau segan, kembali shalat. Sebelumnya dia sudah masbuq, dan sekarang tentunya dia sudah tertinggal lebih banyak raka’at shalat.
Usai shalat, para jama’ah langsung tahu kalau orang yang mengangkat telpon tadi ternyata bukan anak muda yang masih belajar atau perlu diajari ilmu agama. Melainkan bapak-bapak usia sekitar 50 tahunan. Menyedihkan memang, karena dalam usia setua itu, seharusnya dia lebih paham agama dari pada yang lain.
Ketika dia sedang melanjutkan shalatnya setelah imam mengucapkan salam, telponnya kembali berdering. Rupanya selepas menerima panggilan tadi dia tidak mematikan telponya, melainkan membiarkan tetap menyala. Kali ini dibiarkannya berdering hingga dia selesai shalat. Begitu selesai salam, tanpa ada rasa bersalah ataupun malu dia kembali menerima panggilan tersebut. Beberapa jama’ah menoleh ke arahnya, tapi sepertinya yang bersangkutan tak mau ambil peduli.
Para imam masa dahulu dalam menyikapi kejian gancil semacam ini selalu berdo’a semoga Allah menjauhkan aku dari hal-hal yang demikian. Dan sekarang alangkah baiknya jika kita juga mengucapkan do’a yang serupa yakni semoga Allah menjauhkan aku, keluarga, serta keturunan ku dari hal-hal yang demikian.
Demikianlah, semoga kisah ini menjadi hikmah serta kita semua dapat mengambil pelajaran.
Ada beberapa kesimpulan yang dapat kita ambil pada kisah ini:
1.         Rasa malu ataupun memedulikan orang lain sudah hampir hilang pada kehidupan manusia masa sekarang. Semakin disibukkan oleh dunia telah menyebabkan manusia kehilangan kepeduliannya terhadap orang lain, lingkungan, bahkan kepada agama yang dianutnya.
2.         Sedikitnya pengetahuan dan pemahaman terhadap agama pada sebagian besar dari umat muslim. Tahu saja tidak cukup sekedar tahu saja kalau kita tidak memahami hakekat dari ilmu yang kita ketahui.
3.         Pelajari dan perdalamlah ilmu agama yang kita miliki, janganlah merasa puas pada pengetahuan agama yang ada. Kepada dunia kita sering merasa tidak puas, lalu kenapa kita merasa berpuas diri atas pengetahuan agama yang kita miliki? Karena jika usia kita habiskan untuk mempelajari agama, niscaya hal tersebut tidaklah cukup.
4.         Sepanjang hari yang kita jalani ialah untuk dunia, kenapa hanya beberapa menit saja untuk mengingat Allah kita merasa enggan. Sudah sepantasnyalah seluruh hal-hal yang akan menghubungkan kita dengan dunia kita singkirkan dahulu. Sesungguhnya Allah itu pencemburu.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Selasa, 08 November 2011

Beribadahlah dengan sungguh-sungguh


Beretikalah di dalam Masjid..

Suatu peristiwa yang aneh, kalau tidak boleh jika disebut mengesalkan terjadi suatu ketika pada saat menunaikan Shalat Zuhur di surau. Ketika sedang asyiknya menunaikan ibadah shalat tiba-tiba terdengar bunyi telpon genggam. Walau imam tak bosan-bosannya memberi himbauan kepada para jamaah untuk mematikan (off) seluruh alat komunikasi milik mereka ketika berada dalam masjid, namun terkadang masih tetap ada saja yang lupa mematikannya.
Rupanya tidak untuk saat ini, karena jamaah yang bersangkutan sepertinya sengaja membiarkan telpon genggamnya tetap menyala selama dia berada di dalam masjid. Awalnya para jamaah mengira, dia akan mematikan atau setidaknya membiarkan sampai telponnya tersebut berhenti berdering. Rupanya tidak, dia berhenti shalat dan menjawab panggilan tersebut.
Alangkah herannya karena yang bersangkutan tidak pergi ke luar untuk menjawab panggilan telponnya melainkan tetap berada di dalam masjid hanya saja dia pergi agak ke belakang arah yang lebih dekat ke jamaah perempuan. Tentunya suaranya masih terdengar oleh jamaah lain yang sedang menunaikan ibadah Shalat Zuhur. Ketika shalat, biasanya surau atau masjid berada dalam keadaan sunyi, tentunya suara yang dibuat sekecil apapun akan terdengar oleh para jamaah. Setelah menyelesaikan percakapannya, orang yang bersangkutan tanpa ada rasa bersalah atau segan, kembali shalat. Sebelumnya dia sudah masbuq, dan sekarang tentunya dia sudah tertinggal lebih banyak raka’at shalat.
Usai shalat, para jama’ah langsung tahu kalau orang yang mengangkat telpon tadi ternyata bukan anak muda yang masih belajar atau perlu diajari ilmu agama. Melainkan bapak-bapak usia sekitar 50 tahunan. Menyedihkan memang, karena dalam usia setua itu, seharusnya dia lebih paham agama dari pada yang lain.
Ketika dia sedang melanjutkan shalatnya setelah imam mengucapkan salam, telponnya kembali berdering. Rupanya selepas menerima panggilan tadi dia tidak mematikan telponya, melainkan membiarkan tetap menyala. Kali ini dibiarkannya berdering hingga dia selesai shalat. Begitu selesai salam, tanpa ada rasa bersalah ataupun malu dia kembali menerima panggilan tersebut. Beberapa jama’ah menoleh ke arahnya, tapi sepertinya yang bersangkutan tak mau ambil peduli.
Para imam masa dahulu dalam menyikapi kejian gancil semacam ini selalu berdo’a semoga Allah menjauhkan aku dari hal-hal yang demikian. Dan sekarang alangkah baiknya jika kita juga mengucapkan do’a yang serupa yakni semoga Allah menjauhkan aku, keluarga, serta keturunan ku dari hal-hal yang demikian.
Demikianlah, semoga kisah ini menjadi hikmah serta kita semua dapat mengambil pelajaran.
Ada beberapa kesimpulan yang dapat kita ambil pada kisah ini:
1.         Rasa malu ataupun memedulikan orang lain sudah hampir hilang pada kehidupan manusia masa sekarang. Semakin disibukkan oleh dunia telah menyebabkan manusia kehilangan kepeduliannya terhadap orang lain, lingkungan, bahkan kepada agama yang dianutnya.
2.         Sedikitnya pengetahuan dan pemahaman terhadap agama pada sebagian besar dari umat muslim. Tahu saja tidak cukup sekedar tahu saja kalau kita tidak memahami hakekat dari ilmu yang kita ketahui.
3.         Pelajari dan perdalamlah ilmu agama yang kita miliki, janganlah merasa puas pada pengetahuan agama yang ada. Kepada dunia kita sering merasa tidak puas, lalu kenapa kita merasa berpuas diri atas pengetahuan agama yang kita miliki? Karena jika usia kita habiskan untuk mempelajari agama, niscaya hal tersebut tidaklah cukup.
4.         Sepanjang hari yang kita jalani ialah untuk dunia, kenapa hanya beberapa menit saja untuk mengingat Allah kita merasa enggan. Sudah sepantasnyalah seluruh hal-hal yang akan menghubungkan kita dengan dunia kita singkirkan dahulu. Sesungguhnya Allah itu pencemburu.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar