Sabtu, 09 Juli 2011

sebuah tanggapan dari masyarakat awam

Polemik Susu Formula


Pada tahun 2008 sejumlah ahli dari Institut Teknologi Bandung (ITB) mengadakan penelitian terhadap susu formula yang tengah beredar di masyarakat. Hasil penelitian ini tidak diumumkan, entah kenapa dalam hal ini pemerintah tidak mengumumkannya. Terus terang penulis kalau boleh penulis yang bodoh ini berpendapat, kenapa ITB tidak langsung mengumumkan hasil penelitiannya. Mungkin… karena penelitian ini dibiayai oleh pemerintah, tapi hal ini kan mungkin.

Kasus ini menjadi pemberitaan besar beberapa waktu yang lalu, Menteri Kesehatan bersikukuh tidak akan mengumumkan hasil penelitian ITB ini. Tentu saja hal ini memancing rasa keingintahuan dari khalayak, ada apa gerangan? Kalau hasil penelitian ini postif dalam arti kata tidak ada masalah dalam kandungan susu formula yang beredar di masyarakat, kenapa harus dirahasiakan? Maka dari itu perasaan yang muncul ialah susu formula yang sekarang beredar merupakan susu yang bermasalah alias tidak sehat atau tidak baik untuk dikonsumsi oleh si buah hati. Tapi ini kan hanya asumsi, belum tentu benar dan belum tentu juga salah masih fifty-fifty.

Nah sekarang (berdasarkan pemberitaan yang penulis simak di TV pada hari Jum’at, 8 Juli 2011) pemerintah mengumumkan hasil penelitian mengenai susu formula. Namun hasil penelitian yang diumumkan bukanlah penelitian yang dilakukan ITB pada tahun 2008 melainkan penelitian tahun 2011 ini. Sayangnya stasiun TV yang penulis simak acara beritanya tidak menyebutkan merek susu formula yang bermasalah hanya menyebutkan pengumuman ini dilakukan oleh 3 mentri.

Banyak kalangan yang merasa heran dengan tingkah pola pemerintah dalam menanggapi isu formula, ada apa gerangan? Salah satunya ialah aktivis dari LSM kesehatan yang menganggap penelitian tahun 2011 ini mubazir. Lebih lanjut aktivis ini mempertanyakan dari mana dana yang digunakan untuk mengadakan penelitian tahun 2011 ini?

Mengherankan memang melihat tingkah pola pemerintah dalam menyikapi kasus susu formula ini. Seolah-olah ada tangan ghaib yang bergerak dibalik layar, apakah karena negara ini perlahan-lahan telah menjadi negara liberal dengan sistim ekonomi liberal sehingga ekonomi dikuasai oleh sekelompok kecil kapitalis yang bergerak hanya atas nama uang? Entahlah, setidaknya hal ini membuktikan investor bukanlah solusi yang baik dalam mengatasi permasalahan ekonomi. Utamakanlah ekonomi kecil, binalah mereka, janganlah investor juga yang dibina.

Penulis yakin kalau Bapak Presiden yang sangat dicintai oleh rakyatnya ini juga sangat mencintai rakyatnya. Begitu juga dengan pejabat-pejabat lainnya, walau terkadang kekuasaan dapat mengubah seorang malaikat menjadi iblis namun penulis masih optimis, terhadap anak kecil yang merupakan tumpuan masa depan bangsa pemimpin kita tidak akan rela mengorbankannya. Cuma ada sesuatu yang membuat pemerintah terdiam, mungkinkah karena tekanan politik atau ekonomi dari negara utama yang menjadi pusat dari kantor-kantor kapitalis yang ada Indonesia? Wallahualam….
  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sabtu, 09 Juli 2011

sebuah tanggapan dari masyarakat awam

Polemik Susu Formula


Pada tahun 2008 sejumlah ahli dari Institut Teknologi Bandung (ITB) mengadakan penelitian terhadap susu formula yang tengah beredar di masyarakat. Hasil penelitian ini tidak diumumkan, entah kenapa dalam hal ini pemerintah tidak mengumumkannya. Terus terang penulis kalau boleh penulis yang bodoh ini berpendapat, kenapa ITB tidak langsung mengumumkan hasil penelitiannya. Mungkin… karena penelitian ini dibiayai oleh pemerintah, tapi hal ini kan mungkin.

Kasus ini menjadi pemberitaan besar beberapa waktu yang lalu, Menteri Kesehatan bersikukuh tidak akan mengumumkan hasil penelitian ITB ini. Tentu saja hal ini memancing rasa keingintahuan dari khalayak, ada apa gerangan? Kalau hasil penelitian ini postif dalam arti kata tidak ada masalah dalam kandungan susu formula yang beredar di masyarakat, kenapa harus dirahasiakan? Maka dari itu perasaan yang muncul ialah susu formula yang sekarang beredar merupakan susu yang bermasalah alias tidak sehat atau tidak baik untuk dikonsumsi oleh si buah hati. Tapi ini kan hanya asumsi, belum tentu benar dan belum tentu juga salah masih fifty-fifty.

Nah sekarang (berdasarkan pemberitaan yang penulis simak di TV pada hari Jum’at, 8 Juli 2011) pemerintah mengumumkan hasil penelitian mengenai susu formula. Namun hasil penelitian yang diumumkan bukanlah penelitian yang dilakukan ITB pada tahun 2008 melainkan penelitian tahun 2011 ini. Sayangnya stasiun TV yang penulis simak acara beritanya tidak menyebutkan merek susu formula yang bermasalah hanya menyebutkan pengumuman ini dilakukan oleh 3 mentri.

Banyak kalangan yang merasa heran dengan tingkah pola pemerintah dalam menanggapi isu formula, ada apa gerangan? Salah satunya ialah aktivis dari LSM kesehatan yang menganggap penelitian tahun 2011 ini mubazir. Lebih lanjut aktivis ini mempertanyakan dari mana dana yang digunakan untuk mengadakan penelitian tahun 2011 ini?

Mengherankan memang melihat tingkah pola pemerintah dalam menyikapi kasus susu formula ini. Seolah-olah ada tangan ghaib yang bergerak dibalik layar, apakah karena negara ini perlahan-lahan telah menjadi negara liberal dengan sistim ekonomi liberal sehingga ekonomi dikuasai oleh sekelompok kecil kapitalis yang bergerak hanya atas nama uang? Entahlah, setidaknya hal ini membuktikan investor bukanlah solusi yang baik dalam mengatasi permasalahan ekonomi. Utamakanlah ekonomi kecil, binalah mereka, janganlah investor juga yang dibina.

Penulis yakin kalau Bapak Presiden yang sangat dicintai oleh rakyatnya ini juga sangat mencintai rakyatnya. Begitu juga dengan pejabat-pejabat lainnya, walau terkadang kekuasaan dapat mengubah seorang malaikat menjadi iblis namun penulis masih optimis, terhadap anak kecil yang merupakan tumpuan masa depan bangsa pemimpin kita tidak akan rela mengorbankannya. Cuma ada sesuatu yang membuat pemerintah terdiam, mungkinkah karena tekanan politik atau ekonomi dari negara utama yang menjadi pusat dari kantor-kantor kapitalis yang ada Indonesia? Wallahualam….
  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar