Jumat, 15 Juli 2011

Belajar dari Oscar, Shawn, & Budak Degil





Kalian tentu pernah menonton filem animasi “Oscar Oasis” dan “Shawn The Sheep” yang tayang setiap hari di MNC TV. Shawn The Sheep ditayangkan setiap pukul 6.30 yang bertepatan dengan waktu Magrib (untuk wilayah Sumbar & Sekitarnya), dan kemudian dilanjutkan dengan Oscar Oasis pada pukul 7.00 malam. Ya.. aku yakin jawaban yang akan terlontar ialah bahwa filem tersebut lucu dan menghibur. Tentunya filem ini cocok sekali untuk ditonton oleh anak-anak.

Pada awalnya aku hanya melihat dari sisi humornya saja, namun kemudian ketika aku simak betul jalan ceritanya aku menjadi bertambah suka. Ya kawan, kalian tentunya pernah mendengar dibalik cerita anak-anak selalu ada nilai atau pesan yang terkandung. Sebut saja kisah Si Kancil, Pak Belalang, Abu Nawas, atau kisah-kisah lainnya yang telah lama menjadi tradisi lisan dalam masyarakat kita. Begitu juga dengan serial animasi ini. Shawn The Sheep yang selalu cerdik, kreatif, setiakawan, dan setia kepada majikannya merupakan contoh yang baik bagi kehidupan. Padahal kalau difikir-fikir, binatang domba sebenarnya makhluk yang bodoh dan lamban namun sebaliknya di filem ini Shawn digambarkan sebagai domba yang cerdik. Tentunya tokoh Shawn hanya sebagai media penyampai pesan bagi penulis, pengarang, atau sutradara dari filem ini.

Beda lagi dengan Oscar, saya tak tahu jenis binatang apa gerangan Oscar ini, apakah cicak gurun? Entahlah, yang jelas dia merupakan binatang melata. Oscar sebenarnya makhluk yang kesepian, dalam menjalani harinya di gurun selalu dilaluinya dengan kesendirian. Ada satu episode yang menggambarkan perasaan Oscar ini. Terus terang kawan, aku menjadi tersentuh, sama nian dengn ku rupanya. Oscar merupakan pribadi yang lugu, polos, dan pantang menyerah. Oscar tidak pernah menyerah untuk mendapatkan makanan, tak peduli kerasnya rintangan dan besarnya halangan yang dihadapi, dia selalu berusaha. Terus terang kawan, aku sendiri jadi malu, karena jika dibandingkan Oscar, aku bukalah apa-apa. Kerap mengeluh dan menyerah terhadap keranya tantangan hidup. Aku sendiri malu, dan hingga kini masih berusaha untuk berubah.

Ada satu lagi kawan yakni Upin & Ipin, serial animasi dari Negara Jiran ini penuh akan pesan moral dan menghidupkan kembali kearifan lokal yang hampir hilang ditengah-tengah masyarakat kita. Kearifan lokal yang saya maksudkan ialah seperti permainan rakyat, makanan khas tradisional, dan lain sebagainya. Keluguan anak-anak, cara mereka menanggapi berbagai persoalan menjadi pelajaran bagi orang tua dalam mendidik anak. Pada masa sekarang ini berbagai permainan rakyat sudah mulai menghilang seiiring dengan masuknya permainan game online yang semakin merajai kehidupan sebagian besar anak-anak kita. Saya tak tahu dengan kalian kawan, tapi bagi aku sebagai orang yang menganut kebudayaan Melayu merasa ada something dengan filem ini. Kerinduan ku akan budaya nenek moyang sedikit terobati. Lagam bicara mereka mengingatkan ku akan kearifan tradisi nenek moyang kami. Terus terang kawan, mungkin banyak diantara kalian yang tak suka karena masalah sengketa antara kedua negara. Tapi itu terserah kalian kawan, bagi kami anak Melayu yang mencintai tradisi, sengketa tersebut hanya semacam bentuk kebodohan dari manusia moderen atas nama Nasionalisme (Indo) dan Patriotrisme (Malay). Bagi kami orang Muslim tidak mengenal hal tersebut yang kami kenal hanya Ukhwah Islamiyah.

Satu hal yang menarik dari Upin & Ipin, mereka tidak pernah mencerca atau mencaci negara kita, sangat berlainan sekali dengan berbagai acara di Indonesia yang kerap mengnyinggung-nyinggung tetangga kita ini. Bahkan di film ini ada satu karakter yang bernama Susanti berasal dari Indonesia dan keberadaannya disambut baik  oleh Upin dkk. Seharusnya kita malu karena hati kita terlalu kotor sehingga dipenuhi oleh nafsu setan sehingga tertutupi akan kebaikan yang  dipancarkan saudara kita. Kita tak tahu kalau sebenarnya kita sedang diadu-domba oleh musuh kita.

Nah kawan, bagaimana dengan kalian? Aku tak tahu mungkin saja kita memiliki penilaian yang berbeda. Tapi apapun itu semoga kita dapat mengambil faedah dari ini semua, amin.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jumat, 15 Juli 2011

Belajar dari Oscar, Shawn, & Budak Degil





Kalian tentu pernah menonton filem animasi “Oscar Oasis” dan “Shawn The Sheep” yang tayang setiap hari di MNC TV. Shawn The Sheep ditayangkan setiap pukul 6.30 yang bertepatan dengan waktu Magrib (untuk wilayah Sumbar & Sekitarnya), dan kemudian dilanjutkan dengan Oscar Oasis pada pukul 7.00 malam. Ya.. aku yakin jawaban yang akan terlontar ialah bahwa filem tersebut lucu dan menghibur. Tentunya filem ini cocok sekali untuk ditonton oleh anak-anak.

Pada awalnya aku hanya melihat dari sisi humornya saja, namun kemudian ketika aku simak betul jalan ceritanya aku menjadi bertambah suka. Ya kawan, kalian tentunya pernah mendengar dibalik cerita anak-anak selalu ada nilai atau pesan yang terkandung. Sebut saja kisah Si Kancil, Pak Belalang, Abu Nawas, atau kisah-kisah lainnya yang telah lama menjadi tradisi lisan dalam masyarakat kita. Begitu juga dengan serial animasi ini. Shawn The Sheep yang selalu cerdik, kreatif, setiakawan, dan setia kepada majikannya merupakan contoh yang baik bagi kehidupan. Padahal kalau difikir-fikir, binatang domba sebenarnya makhluk yang bodoh dan lamban namun sebaliknya di filem ini Shawn digambarkan sebagai domba yang cerdik. Tentunya tokoh Shawn hanya sebagai media penyampai pesan bagi penulis, pengarang, atau sutradara dari filem ini.

Beda lagi dengan Oscar, saya tak tahu jenis binatang apa gerangan Oscar ini, apakah cicak gurun? Entahlah, yang jelas dia merupakan binatang melata. Oscar sebenarnya makhluk yang kesepian, dalam menjalani harinya di gurun selalu dilaluinya dengan kesendirian. Ada satu episode yang menggambarkan perasaan Oscar ini. Terus terang kawan, aku menjadi tersentuh, sama nian dengn ku rupanya. Oscar merupakan pribadi yang lugu, polos, dan pantang menyerah. Oscar tidak pernah menyerah untuk mendapatkan makanan, tak peduli kerasnya rintangan dan besarnya halangan yang dihadapi, dia selalu berusaha. Terus terang kawan, aku sendiri jadi malu, karena jika dibandingkan Oscar, aku bukalah apa-apa. Kerap mengeluh dan menyerah terhadap keranya tantangan hidup. Aku sendiri malu, dan hingga kini masih berusaha untuk berubah.

Ada satu lagi kawan yakni Upin & Ipin, serial animasi dari Negara Jiran ini penuh akan pesan moral dan menghidupkan kembali kearifan lokal yang hampir hilang ditengah-tengah masyarakat kita. Kearifan lokal yang saya maksudkan ialah seperti permainan rakyat, makanan khas tradisional, dan lain sebagainya. Keluguan anak-anak, cara mereka menanggapi berbagai persoalan menjadi pelajaran bagi orang tua dalam mendidik anak. Pada masa sekarang ini berbagai permainan rakyat sudah mulai menghilang seiiring dengan masuknya permainan game online yang semakin merajai kehidupan sebagian besar anak-anak kita. Saya tak tahu dengan kalian kawan, tapi bagi aku sebagai orang yang menganut kebudayaan Melayu merasa ada something dengan filem ini. Kerinduan ku akan budaya nenek moyang sedikit terobati. Lagam bicara mereka mengingatkan ku akan kearifan tradisi nenek moyang kami. Terus terang kawan, mungkin banyak diantara kalian yang tak suka karena masalah sengketa antara kedua negara. Tapi itu terserah kalian kawan, bagi kami anak Melayu yang mencintai tradisi, sengketa tersebut hanya semacam bentuk kebodohan dari manusia moderen atas nama Nasionalisme (Indo) dan Patriotrisme (Malay). Bagi kami orang Muslim tidak mengenal hal tersebut yang kami kenal hanya Ukhwah Islamiyah.

Satu hal yang menarik dari Upin & Ipin, mereka tidak pernah mencerca atau mencaci negara kita, sangat berlainan sekali dengan berbagai acara di Indonesia yang kerap mengnyinggung-nyinggung tetangga kita ini. Bahkan di film ini ada satu karakter yang bernama Susanti berasal dari Indonesia dan keberadaannya disambut baik  oleh Upin dkk. Seharusnya kita malu karena hati kita terlalu kotor sehingga dipenuhi oleh nafsu setan sehingga tertutupi akan kebaikan yang  dipancarkan saudara kita. Kita tak tahu kalau sebenarnya kita sedang diadu-domba oleh musuh kita.

Nah kawan, bagaimana dengan kalian? Aku tak tahu mungkin saja kita memiliki penilaian yang berbeda. Tapi apapun itu semoga kita dapat mengambil faedah dari ini semua, amin.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar