Melancong Ke Nagari Bonjo[1]
(Negeri Bonjol)

- Museum Tuanku Imam Bonjol
Apa yang terbayang dibenak tuan dan engku pabila kami menyebut nama Bonjo atau Bonjol? Tentunya Tuanku Imam Bonjol sang pahlawan Perang Paderi. Tidak banyak yang tahu, terutama orang-orang yang berasal dari luar Minangkabau bahwa nama Bonjol sesungguhnya ialah nama salah satu negeri di pedalaman Minangkabau. Nama negeri ini dinisbatkan pada Peto Syarif yang menjadi Imam atau pemuka agama yang pada saat itu merupakan pucuk tertinggi pimpinan politik di negeri tersebut. Peto Syarif ialah nama aslinya sedangkan Imam Bonjol merupakan nama gelar yang disematkan kepada dirinya.
Negeri ini dilalui oleh Jalan Lintas Sumatera, yakni jalan yang dilalui pabila tuan hendak menuju Sumatera Utara. Terletak 50 km sebelah utara Kota Bukittinggi. Dari Bukittinggi tuan akan melalui jalan berliku membelah Pegunungan Bukit Barisan. Hati-hati tuan, akan jarang tuan temui jalan yang lurus dan datar, namanya juga pegunungan. Namun pemandangan yang disajikan sepadan dengan kesulitan yang tuan hadapi. Berhentilah agak sejenak pada beberapa titik untuk menikmati keindahan pemandangan Alam Minangkabau. Tuan takkan menyesal,..
Di Nagari Bonjo atau Bonjol ini terdapat sebuah museum yang dibuat untuk mengenang perjuangan Tuanku Imam (begitu biasa beliau dipanggil) dalam menegakkan Hukum Syari’at di Tanah Minangkabau. terletak pada lapangan yang cukup luas. Pada kawasan ini juga terdapat sebuah tugu berbentuk bola dunia sebagai penanda batas garis khatulistiwa. Negeri Bonjol dilalui oleh garis khayal khatulistiwa atau equator bahasa Inggrisnya.
Di depan bangunan museum akan tuan temui patung Tuanku Imam sedang menunggang kuda. Pada tugu tersebut tertulis “MONUMEN TUANKU IMAM BONJOL (PETO SYARIF) 1772-1864. PEMIMPIN PERANG PADERI 1821-1837”

- Tugu Tuanku Imam Bonjol
Cukup mengherankan juga bahwa di negeri ini terdapat patung Tuanku Imam sebab mengingat dalam ajaran Islam sama sekali tidak diperbolehkan membuat patung. Apakah ini suatu pertanda bahwa tingkat pemahaman Agama Islam pada orang Minangkabau semakin menipis pada masa sekarang? Mungkin juga tidak, sebab tujuan dibuat patung ini tentunya berbeda pula. Apakah benar untuk mengenang perjuangan Tuanku Imam semata? Atau ada alasan lain oleh Pemerintah Daerah? Wallahu’alam..
Keadaan taman dan museum Tuanku Imam boleh dikatakan tidak terawat disaat kami mengunjungi tempat ini. Tuan tengok sendiri pada tugu (monumen) Tuanku Imam, tak patut pula kami terangkan bukan? Museum sedang keadaan tertutup ketika kami sampai di sana, padahal saat itu hari Ahad, hari libur. Keadaan kebersihan juga kurang terjaga, terdapat beberapa kerusakan pada bangunan gedung museum.
Namun yang sangat memprihatinkan ialah kawasan ini juga dijadikan sebagai tempat memadu kasih bagi sebagian anak muda. Walaupun sejauh pemandangan kami tidak melihat adanya hukum syari’at (kalau boleh dikatakan berpacaran tidak bertentangan dengan Hukum Syari’at) yang dilanggar oleh pasangan kekasih yang sedang memadu cinta di kawasan ini. Namun hal tersebut tak urung membuat kami mencela dalam hati. Bukankah ini Negerinya Tuanku Imam Sang Pahlawan Syari’at Islam, terlebih kali ini kawasan museum beliau pula..!