Sabtu, 14 Juli 2012


Fanatisme

Fanatik, telah menjadi satu kata yang sangat bertuah di Indonesia. Bertuah bagi yang menjatuhkannya (memfonis) namun malapetaka bagi yang menerima. Dengan kesungguhan yang tiada henti, pemerintah dan media di Indonesia telah berhasil membuat pandangan (image/imej) bahwa sikap fanatik tersebut ialah identik dengan Islam. Setiap orang Islam yang berkeinginan hendak menegakkan Syari’at Islam di Indonesia maka ia merupakan seorang fanatik.


Namun engku-engku sekalian, tahukah engku arti dan makna dari kata fanatik tersebut? Benarkah sikap fanatik itu ialah orang-orang Islam yang berkeinginan untuk menegakkan hukum “Syari’at di Indonesia”?
Susah juga rupanya engku, yang banyak terdapat di internet hanyalah berbagai artikel mengenai fanatik. Sedangkan pengertian perihal apa itu fanatik sebenarnya sangatlah susah didapat. Kalau dalam sisi bahasa, fanatik berartiteramat kuat kepercayaan (keyakinan) terhadap suatu ajaran (politik, agama, budaya, dan lain sebagainya).

Namun dapat jua oleh kami pengertian fanatik yang kami cari. Beginilah kira-kira makna dari fanatik itu engku. Fanatik adalah suatu istilah yang digunakan untuk menyebut suatu keyakinan atau suatu pandangan tentang sesuatu. Apakah itu merupakan pandangan yang baik (positif) ataupun yang buruk (negatif). Pandangan tersebut tidak memiliki sandaran teori atau pijakan kenyataan, tetapi dianut secara mendalam sehingga susah diluruskan atau diubah. (A Favourable or unfavourable belief or judjment, made without adequate evidence and not easily alterable by the presentation of contrary evidence).

Jadi engku, sikap fanatik itu dapat menerpa siapa saja, apapun agamanya, pandangan politik, maupun latar belakang keluarga maupun budaya. sesungguhnya sikap fanatik ada pada setiap agama, budaya, politik, maupun paham-paham lainnya. Namun kenapa hanya Islam yang menjadi sorotan. Kenapa engku? Cobalah engku fikirkan? Tidak anehkah engku?

Coba kita tengok pada kehidupan bernegara. Sering kali pecah pertikaian antara pendukung tim sepak bola di Indonesia. bahkan tak jarang ada yang berujung pada kematian. Pernahkah hal semcam itu dilarang engku? Bukankah hal semacam itu dapat kita golongkan kepada fanatik, fanatik kepada tim sepakbola?

Lalu bagaimana pula dengan sekelompok orang yang memutuskan batanggang sampai pagi hanya untuk menonton pertandingan sepakbola dari tim kesayangannya di Benua Eropa Sana.. pada hal esok hari mereka harus bekerja,..bukankah hal semacam itu dapat pula kita golongkan pada sikap fanatik engku?

Ah..janganlah engku marah pula, kami paham, engkupun sangat gemar sekali menonton bola. Itukan hanya contoh, kami tidak membahas perkara benar ataupun salah..

Itulah yang terjadi di negara kita pada saat sekarang duhai engku, sikap fanatik hampir dimiliki setiap orang. Masyarakat kitapun berkat pemberitaan dari media dengan mudahnya menjatuhkan cap fanatik kepada seseorang ataupun kelompok orang hanya dengan melihat pakaian yang dipakainya. Pada hal mereka sebenarnya tidak kenal atau paham mengenai ajaran yang dianut oleh orang-orang tersebut. Hanya berbekal informasi yang sedikit dari media yang mereka peroleh maka dengan mudahnya mereka menjatuhkan cap fanatik.


Dalam kehidupan bernegara, pemerintah berkali-kali mendorong usaha untuk menghilangkan sikpa fanatik terhadap agama, terutama agama Islam. Tujuannya tidak hanya Islam sebagai agama juga Islam sebagai ideologi politik. Menghilangkan orang-orang yang berusaha menegakkan Syari’ah di Indonesia. Kamipun merasa heran engku, sebab sikap fanatik tidak hanya dimiliki oleh Islam sebagai suatu agama, akan tetapi juga agama lain. Sebagai ideologi politik, sikap fanatik juga tidak dimiliki oleh orang-orang yang berideologikan politik Islam melainkan oleh ideologi lainnya.

Engku yang budiman, negara kita pada saat sekarang ini sedang tenggelam ke dalam kebebasan buta, dimana setiap orang bebas menyuarakan pendapatnya, bebas menghujat, dan lain-lain bentuk kebebasan. Sikap keras dari pemerintah terhadap salah satu agama ataupun ideologi hanya akan memperburuk keadaan. Disatu pihak salah satu ideologi ditekan, namun dilain fihak ideologi lain yang bertentangan dengan ideologi tersebut dibiarkan merajalela di negara ini. Negara ini sesungguhnya sedang mebuat bom waktu untuk kehancuran dirinya. Jangan dikira berbagai ketidak puasan akan merada dan kemudian menghilang, justeru sebaliknya, ketidak puasan akan bertambah.

Sikap hujat-menghujat yang marak di dunia maya, akan menimbulkan kebencian bagi fihak yang dihujat. Kebencian ini lama-lama akan menjadi berubah menjadi sikap dan perilaku, perlahan-lahan masyarakat di negara ini telah terkotak-kotakkan. Sikap fanatik itu tidaklah muncul begitu saja dan juga kebanyakan bukan dari agama yang dianut. Melainkan dari cara orang lain menilai, memandang, dan bersikap kepada meraka. Dari sana muncul ketidak puasan dan berujung kepada perilaku keras dan merusak.


Ingat engku, jiwa manusia itu ibarat air, pabila terus ditekan dan ditekan, maka dia akan berontak. Cara yang paling arif menurut kami ialah dengan menciptakan keadilan, mengekang kembali segala macam bentuk kebebasan, dan mengawasi sekalian rakyat. Sebab salah seorang negarawan Islam di abad pertengahan yang berasal dari Afrika Utara pernah berujar: kehidupan politik/negara itu jangan samapi diserahkan kepada rakyat. Sebab sebagian besar dari rakyat itu ialah bodoh.

Bagaimana menurut engku? Lihatlah sistim demokrasi yang selama ini diagung-agungkan itu, baguskah?
Korupsi bertambah merajalela, orang miskin bertambah banyak, penjahat bertebaran, dan lain sebagainya seperti yang engku saksikan sendiri.

gambar: internet


juga dimuat di: hattp://soeloehmelajoe.wordpress.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sabtu, 14 Juli 2012


Fanatisme

Fanatik, telah menjadi satu kata yang sangat bertuah di Indonesia. Bertuah bagi yang menjatuhkannya (memfonis) namun malapetaka bagi yang menerima. Dengan kesungguhan yang tiada henti, pemerintah dan media di Indonesia telah berhasil membuat pandangan (image/imej) bahwa sikap fanatik tersebut ialah identik dengan Islam. Setiap orang Islam yang berkeinginan hendak menegakkan Syari’at Islam di Indonesia maka ia merupakan seorang fanatik.


Namun engku-engku sekalian, tahukah engku arti dan makna dari kata fanatik tersebut? Benarkah sikap fanatik itu ialah orang-orang Islam yang berkeinginan untuk menegakkan hukum “Syari’at di Indonesia”?
Susah juga rupanya engku, yang banyak terdapat di internet hanyalah berbagai artikel mengenai fanatik. Sedangkan pengertian perihal apa itu fanatik sebenarnya sangatlah susah didapat. Kalau dalam sisi bahasa, fanatik berartiteramat kuat kepercayaan (keyakinan) terhadap suatu ajaran (politik, agama, budaya, dan lain sebagainya).

Namun dapat jua oleh kami pengertian fanatik yang kami cari. Beginilah kira-kira makna dari fanatik itu engku. Fanatik adalah suatu istilah yang digunakan untuk menyebut suatu keyakinan atau suatu pandangan tentang sesuatu. Apakah itu merupakan pandangan yang baik (positif) ataupun yang buruk (negatif). Pandangan tersebut tidak memiliki sandaran teori atau pijakan kenyataan, tetapi dianut secara mendalam sehingga susah diluruskan atau diubah. (A Favourable or unfavourable belief or judjment, made without adequate evidence and not easily alterable by the presentation of contrary evidence).

Jadi engku, sikap fanatik itu dapat menerpa siapa saja, apapun agamanya, pandangan politik, maupun latar belakang keluarga maupun budaya. sesungguhnya sikap fanatik ada pada setiap agama, budaya, politik, maupun paham-paham lainnya. Namun kenapa hanya Islam yang menjadi sorotan. Kenapa engku? Cobalah engku fikirkan? Tidak anehkah engku?

Coba kita tengok pada kehidupan bernegara. Sering kali pecah pertikaian antara pendukung tim sepak bola di Indonesia. bahkan tak jarang ada yang berujung pada kematian. Pernahkah hal semcam itu dilarang engku? Bukankah hal semacam itu dapat kita golongkan kepada fanatik, fanatik kepada tim sepakbola?

Lalu bagaimana pula dengan sekelompok orang yang memutuskan batanggang sampai pagi hanya untuk menonton pertandingan sepakbola dari tim kesayangannya di Benua Eropa Sana.. pada hal esok hari mereka harus bekerja,..bukankah hal semacam itu dapat pula kita golongkan pada sikap fanatik engku?

Ah..janganlah engku marah pula, kami paham, engkupun sangat gemar sekali menonton bola. Itukan hanya contoh, kami tidak membahas perkara benar ataupun salah..

Itulah yang terjadi di negara kita pada saat sekarang duhai engku, sikap fanatik hampir dimiliki setiap orang. Masyarakat kitapun berkat pemberitaan dari media dengan mudahnya menjatuhkan cap fanatik kepada seseorang ataupun kelompok orang hanya dengan melihat pakaian yang dipakainya. Pada hal mereka sebenarnya tidak kenal atau paham mengenai ajaran yang dianut oleh orang-orang tersebut. Hanya berbekal informasi yang sedikit dari media yang mereka peroleh maka dengan mudahnya mereka menjatuhkan cap fanatik.


Dalam kehidupan bernegara, pemerintah berkali-kali mendorong usaha untuk menghilangkan sikpa fanatik terhadap agama, terutama agama Islam. Tujuannya tidak hanya Islam sebagai agama juga Islam sebagai ideologi politik. Menghilangkan orang-orang yang berusaha menegakkan Syari’ah di Indonesia. Kamipun merasa heran engku, sebab sikap fanatik tidak hanya dimiliki oleh Islam sebagai suatu agama, akan tetapi juga agama lain. Sebagai ideologi politik, sikap fanatik juga tidak dimiliki oleh orang-orang yang berideologikan politik Islam melainkan oleh ideologi lainnya.

Engku yang budiman, negara kita pada saat sekarang ini sedang tenggelam ke dalam kebebasan buta, dimana setiap orang bebas menyuarakan pendapatnya, bebas menghujat, dan lain-lain bentuk kebebasan. Sikap keras dari pemerintah terhadap salah satu agama ataupun ideologi hanya akan memperburuk keadaan. Disatu pihak salah satu ideologi ditekan, namun dilain fihak ideologi lain yang bertentangan dengan ideologi tersebut dibiarkan merajalela di negara ini. Negara ini sesungguhnya sedang mebuat bom waktu untuk kehancuran dirinya. Jangan dikira berbagai ketidak puasan akan merada dan kemudian menghilang, justeru sebaliknya, ketidak puasan akan bertambah.

Sikap hujat-menghujat yang marak di dunia maya, akan menimbulkan kebencian bagi fihak yang dihujat. Kebencian ini lama-lama akan menjadi berubah menjadi sikap dan perilaku, perlahan-lahan masyarakat di negara ini telah terkotak-kotakkan. Sikap fanatik itu tidaklah muncul begitu saja dan juga kebanyakan bukan dari agama yang dianut. Melainkan dari cara orang lain menilai, memandang, dan bersikap kepada meraka. Dari sana muncul ketidak puasan dan berujung kepada perilaku keras dan merusak.


Ingat engku, jiwa manusia itu ibarat air, pabila terus ditekan dan ditekan, maka dia akan berontak. Cara yang paling arif menurut kami ialah dengan menciptakan keadilan, mengekang kembali segala macam bentuk kebebasan, dan mengawasi sekalian rakyat. Sebab salah seorang negarawan Islam di abad pertengahan yang berasal dari Afrika Utara pernah berujar: kehidupan politik/negara itu jangan samapi diserahkan kepada rakyat. Sebab sebagian besar dari rakyat itu ialah bodoh.

Bagaimana menurut engku? Lihatlah sistim demokrasi yang selama ini diagung-agungkan itu, baguskah?
Korupsi bertambah merajalela, orang miskin bertambah banyak, penjahat bertebaran, dan lain sebagainya seperti yang engku saksikan sendiri.

gambar: internet


juga dimuat di: hattp://soeloehmelajoe.wordpress.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar