Perang yang Tak Kunjung Usai
Huru-hara yang
terjadi di Suriah belum juga usai, hampir setiap hari terdengar kabar
pembunuhan, penyerangan, ataupun penghancuran. Entah itu yang dilakukan oleh
fihak Pemerintah Bashar al Asad ataupun yang dilakukan oleh fihak pemberontak.
Sesungguhnya huru-hara yang terjadi dalam negeri Suriah ini bukanlah hanya
pertikain antara rakyat melawan pemimpin di negara mereka melainkan peperangan
antara beberapa kekuatan yang hendak berebut pengaruh di Timur Tengah. Kasihan rakyat
Suriah, mereka terperangkap dalam perang diantara dua kekuatan yang sedang
berebut kuasa. Banyak yang memutuskan meninggalkan rumah tempat tinggal mereka,
pindah ke tempat yang mereka kira akan lebih aman.
Salah satu kawasan
yang menjadi tujuan untuk mencari keselamatan oleh rakyat Suriah ialah sebuah
propinsi terletak dalam Negara Turki, tepatnya di bagian selatan dari negara
tersebut. Hatay nama propinsi tersebut dengan penduduknya kebanyakan berbahasa
Arab. Sebab sebagian besar dari mereka merupakan orang-orang Arab dan secara
budaya mereka juga Arab. Sedangkan Turki merupakan negara yang beretnis Mongol
dan telah mengalami percampuran dengan kawasan disekitarnya terutama Eropa.
Sudah lama Suriah
menyangka bahwa para pemberontak menjadikan kawasan selatan Turki sebagai
tempat berlindung mereka. Karena
banyak dari serangan, apakah itu serangan roket maupun kelompok bersenjata
berasal dari selatan Turki. Akhirnya Suriah kesal dan melancarkan serangan ke
selatan Turki, namun apa hendak dikata, serangan Suriah tidak tepat sasaran
sebab menewaskan lima orang penduduk sipil Turki.
Serangan ini membut Turki marah, maka terjadilah serangan balasan ke
Suriah. Parlemen Turki telah memberikan izin bagi angkatan bersenjata Turki
untuk melakukan tindakan militer yang lebih masif terhada Suriah. Berikutnya
terjadi beberapa insiden yang masih berbau konflik, seperti penangkapan pesawat
sipil Suriah oleh Turki dan sebaliknya. Yang terakhir di dengar ialah
diberlakukannya kawasan larangan terbang di wilayah selatan oleh Turki terhadap
pesawat-pesawat sipil Suriah.
Seperti yang telah kami sebutkan di awal tulisan ini bahwa pertikaian
ini bukan semata masalah antara rakyat dan para pemimpinnya di Suriah.
Melainkan juga pertikaian kekuatan-kekuatan lain yang hendak berebut pengaruh
di Timur Tengah. Beberapa penguasa yang memusuhi ataupun berkawan baik dengan
Barat telah runtuh di Timur Tengah. Adapun ciri-ciri dari para penguasa ini
ialah hampir semua dari mereka merupakan pemimpin yang keras, kejam, (dikatator),
menyalahgunakan kekuasaan, mengekang kebebasan rakyatnya, terlalu berkuasa di
bidang pemerintahan (eksekutif, legislatif, & yudikatif), dan lain
sebagainya.
Suriah merupakan negara yang selama ini menentang Amerika dan sekutunya.
Bersama dengan Iran mereka merupakan kawan erat, pasalnya selain sebagai
sama-sama negara yang menentang Barat, keluarga Asad yang merupakan penguasa
Suriah merupakan keluarga Syi’ah. Selain itu seperti yang kita ketahui bahwa
Timur Tengah merupakan ladang minyak
dunia, jadi semua fihak merasa berkepentingan. Namun berbeda dengan kasus
Irak, Afghanistan hampir sepuluh tahun yang lalu, ataupun dengan kasus Libya
pada beberapa bulan yang telah lalu. Barat tidak dapat sesuka hati ikut campur
dalam urusan Suriah, sebab dua negara kuat yakni Rusia dan Cina dengan setia
mendukung Suriah.
Sesungguhnya rezim Suriah bukan pula rezin yang baik, sebab mereka
seorang diktator dan mereka juga tidak segan membunuhi rakyatnya. Banyak negara
Arab dan dunia Islam mendukung gerakan perlawanan yang dilakukan oleh rakyat
Suriah yang kebanyakan berasal dari kalangan Sunni. Arab Saudi, Qatar, dan
beberapa negara Arab memberikan bantuan berupa uang dan peralatan perang kepada
para pejuang. Sedangkan Suriah mendapat sokongan dari Rusia dan Cina dalam hal
dukungan politik internasional dan Iran serta Hizbullah di Libanon dalam hal
persenjataan. Selain dari yang telah kami sebutkan di atas, Iran juga
memberikan bantuan dalam hal propaganda melalui saluran televisi berbahasa
Inggris milik Iran, Press TV.
Namun daripada itu, sokongan yang diberikan Barat pada gerakan
perlawanan di Suriah perlu diwaspadai. Sebab dukungan mereka bukannya tanpa
alasan, seperti kata pepatah orang Barat: tidak
ada makan siang gratis. Maka perlu rasanya umat Islam untuk berhati-hati,
Afganistan, Irak, Libya, dan beberapa negara lainnya telah menjadi contoh yang
nyata. Dalam sejarah di republik ini kitapun sudah melihat, bagaimana bantuan
dari orang kulit putih (di masa lalu) justeru mendatangkan bencana yang lebih
besar kepada kita. Orang bijak pernah berkata, hanya keledai dungulah yang terperosok ke dalam lubang yang sama untuk
kedua kalinya.
Serangan terhadap selatan Turki telah menguntungkan Barat, Turki dipaksa
secara tidak langsung untuk menyerang Suriah. Seperti yang telah dikatakan oleh
Komandan NATO bahwa mereka akan melakukan segala upaya untuk membela anggota
mereka. Dalam hal ini Turki merupakan anggota dari Nato. Apakah ini semua sudah
dirancanga oleh Barat, atau hanyalah kejadian yang memang sudah sepatutnya terjadi?
Kita tentunya tidak suka dengan kesewenang-wenangan keluarga Asad di
Suriah namun kita tidak pula suka dengan campur tangan orang Barat atau kafir
dalam dunia Islam. Namun disisi lain Dunia Islam tanpaknya terdiam, Organisasi
Konfrensi Islam atau OKI tidak jua bersuara, Liga Arabpun tidak berdaya,
sedangkan perpecahan dalam dunia Islam semakin nyata. Bilakah rasanya kita umat
Islam akan bersatu?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar