Dunia Panggung Sandiwara
Demo akbar perihal kenaikan Harga BBM telah tuntas dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 27 Maret kemarin, dan tampaknya hari ini masih ada beberapa lanjutannya. Beragam cerita perihal demo ini terdengar, sesuai sangkaan kami dan kamipun yakin bahwa tuan dan engku sidang pembaca sekalian juga memiliki sangkaan yang sama dengan kami yakni terjadi pertikaian (bentrok) antara pengunjuk rasa dan aparat keamanan.
Yang paling mencolok ialah selain dimotori oleh berbagai kelompok organisasi, demo ini juga diikuti oleh pengurus, kader, dan pengikut salah satu partai politik di Indonesia. Partai yang selama ini memosisikan dirinya sebagai partai oposisi bagi pemerintahan. Sungguh aneh memang kelakuan para politisi di negara ini.
Terus terang kami sendiri tidak menyukai kenaikan harga BBM ini, karena dalam pandangan kami mudharat lebih banyak dari manfaatnya. Tulisan ini tidak ditujukan untuk menyokong pemerintah melainkan mengajak sidang pembaca untuk berfikir kritis. Janganlah hendaknya menerima begitu saja pemberitaan dari media. Karena walau bagaimanapun banyak terdapat unsur politik dalam setiap berita. Tujuan mereka ialah jangka panjang, bukankah pemilu sudah dekat. Beberapa partai politik ingin meraih suara sebanyak-banyaknya guna menaikkan rengking partai mereka. Supaya nantinya mereka dapat berkuasa,.. ya.. kekuasaaan, itulah pangkal dari semua ini.
Kami sendiri meanggap para politisi di Jakarta sedang memainkan lakon lawak (komedi) di pentas perpolitikan nasional. Betapa tidak, salah satu partai politik yang sangat keras penentangannya perihal kenaikan harga BBM ini ialah dahulunya pernah menjadi partai penguasa. Dimasa kekuasaan merekapun mereka pernah menaikkan harga BBM. Ketika hal tersebut dipulangkan kepada mereka, mereka menjawab bahwa keadaan dan kondisi saat itu berbeda. Alamaak jang...
Partai yang katanya memihak rakyat kecil, anti korupsi, dan partai nasionalis. Hal tersebut sesungguhnya bohong belaka, ketika belum berkuasa mereka berucap demikian. Akan tetapi bila telah berkuasa? Dimasa mereka berkuasa dahulu mereka justeru melakukan privatisasi terhadap sejumlah BUMN. Justeru dimasa merekalah privatisasi ini mula dilakukan.
Nah, kalau memang mereka menyatakan diri sebagai partai nasionalis lalu kenapa dahulu dimasa mereka berkuasa dimana Presiden berasal dari Partai mereka justeru menghadiri deklarasi Kemerdekaan Negara Timor Leste??? Kenapa tuan dan engku sekalian...?
Dan kita lihat sekarang, mereka mencerca habis Mendagri Gamawan Fauzi yang mengancam akan menjatuhkan sangsi pemecetan terhadap kepala daerah yang ikut membangkang menolak kenaikan harga BBM. Apalagi kepala daerah yang diancam berasal dari partai mereka, tentunya mereka kebakaran jenggot. Terlepas dari setuju atau tidak, bukankah aparat pemerintahan dalam hal ini ialah kepala daerah harus seayun selangkah dengan pemerintah? Kalaupun tidak setuju dengan rencana pemerintah pusat tentunya cara pejabat menolak berbeda dengan cara rakyat menolak. Ada aturan, ada tata cara, tatakrama ataupun etika antar pejabat. Bukannya berlagak sebagai pembela kepentingan rakyat seperti yang mereka tontonkan saat ini.
Apalagi tujuan demo kepala daerah tampaknya tidak murni ingin memperjuangkan kepentingan rakyat. Karena salah satu kepala daerah dari Partai Nasionalis ini sedang mencalonkan diri untuk menjadi Gubernur Jakarta, sedangkan wakilnya sedang bersiap-siap untuk menerima “tahta dari pendahulunya” dan tentunya untuk masa selanjutnya berniat pula memperpanjang masa kepemimpinannya. Sungguh lawak, sungguh munafik. Mereka menjadikan momentum kenaikan harga BBM ini untuk tebar pesona, untuk menggombal dihadapan rakyat supaya terpilih pada pemilihan umum.
Duhai tuan, benarlah kiranya kata orang Dunia itu Panggung Sandiwara...
Sumber gambar:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar