Serdadu Kumbang
Beberapa hari lalu (masih dalam pekan Hari Raya) kami menonton sebuah filem yang diputar pada salah satu Stasiun Tivi Swasta di Indonesia. Judul filemnya ialah “Serdadu Kumbang”, sungguh suatu judul yang sangat ganjil sekali. Tatkala membaca judulnya dan melihat bahwa filem ini berkisah perihal kehidupan anak-anak di salah satu daerah di Indonesia kami langsung patah semangat. “Ah.. rupanya meniru salah satu filem yang berhasil berjaya merebut perhatian orang Indonesia beberapa waktu yang lalu..!” begitulah kira-kira pendapat kami.
Tapi tuan, kami telah terlanjur terpukau dan terpikat dengan latar belakang keadaan alam tempat filem ini dibuat. Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, disanalah filem itu dibuat, sungguh sangat elok sekali pemandangan alamnya. Laut, pantai, perbukitan, awan, tebing dan jurang semuanya memberikan ketenangan pada jiwa ini. Akhirnyan kami keraskan juga hati untuk menonton.
Filem ini berkisah perihal anak-anak yang tinggal di pelosok Republik ini. tepatnya di Propinsi Nusa Tenggara Barat, sebuah propinsi yang terletak di bagian timur dari Republik ini. Anak-anak kampung dengan segala kekurangan yang mereka miliki harus berjuang bersaing untuk hidup dengan anak-anak kota. Ya tuan, mungkin itulah yang hendak disampaikan oleh Ari Sihasale dan Nia Zulkarnaen.
Kisah ini sungguh menyentuh, membosankan bagi sebagian dari tuan yang hatinya telah tertawan oleh dunia. Bagaimana payahnya hidup bertahan dari kerasnya persaingan serta minimnya fasilitas. Fasilitas hanya milik orang-orang kota sedangkan bagi orang kampung, mereka harus puas dengan apa yang mereka dapati.
Selain mengisahkan perihal cerita kehidupan sehari-hari dari orang-orang kampung, filem ini juga sekaligus mempromosikan keindahan alam Sumbawa. Sungguh elok nian tuan, sungguh elok sangat. Bilakah kiranya kami akan sampai ke sana? Entahlah tuan, mudah-mudahan saja Allah memberikan kami rezeki untuk sampai ke sana, amiin..
Yang menarik hati kami dalam filem ini ialah kehadiran sosok ibu guru muda yang manis (janganlah tuan tertawakan kami, maklum sajalah tuan, hingga kini kami masih dalam misi mencari isteri yang Shaleha..^_*). Dalam filem ini ibu guru yang diperankan oleh Ririn Ekawati ini menggunakan jilbab, sungguh cantik sangat tuan. Benar-benar kecantikan alami yang tampak oleh kami. Sayangnya sang aktris tak menyadari hal tersebut, sebab dalam keseharian rupanya dirinya tak menggunakan jilbab. Sungguh sangat disayangkan duhai tuan.
Dalam filem ini Ririn memerankan Ibu Guru Imbok yang meikhlaskan dirinya untuk mendidik anak-anak kampung pada sebuah sekolah di pelosok negeri. Sebagian dari anak-anak ini telah beberapa kali gagal untuk lulus dalam Ujian Nasional. Dengan lembut dia berusaha membimbing mereka, tidak hanya anak-anak akan tetapi juga orang-orang kampung. Pada dirinya kami dapati sosok Guru Sejati, sangat berlainan yang kami dapati dalam kehidupan sehari-hari. Kebanyakan guru-guru sekarang menjadikan profesi mereka sebagai guru untuk mencari uang. Yang ada di kepala mereka ialah sertifikasi, sedangkan kualitas dan mutu pengajaran yang mereka berikan kepada anak-anak didik mereka tak diperhatikan. Sungguh kasihan negeri ini tuan..
Begitulah tuan, sebuah filem yang mulanya kami ragukan menjadi filem yang sangat kami sukai. Pandai benar Ari Sihasale dan Nia Zulkarnaen membuat filem. Sebuah gambaran perihal sisi lain dari kehidupan, kehidupan orang kampung, kehidupan yang bersahaja, kehidupan yang masih sedikit terkontaminasi oleh gaya-gaya kehidupan bebas, kehidupan kota, kehidupan hedonis.
juga dimuat di http://soeloehmelajoe.wordpress.com
sumber gambar: internet
Tidak ada komentar:
Posting Komentar